Rumah Aryo, Jakarta Pusat Pukul 21:00 WIB
Aryo tiba di rumahnya yang berpagar cokelat, ia turun dari mobilnya, ia masih mabuk kepayang karena Arlin. Seorang satpam membuka gerbang rumahnya. Mobil Aryo memasuki halaman rumahnya yang besar. Setelah memarkirkan mobilnya, ia turun dari mobil BMW miliknya yang berwarna hitam. Seorang wanita membuka pintu rumahnya, seorang wanita berambut sebahu, berwarna hitam menyambutnya.
"Hai Mas." sapanya.
"Hai." balas Aryo.
"Sayang, aku udah masakkin mie buat kamu. Sama kopi." ucap wanita memakai tank top pink.
Aryo masuk ke dalam rumahnya yang penuh dengan kristal dari Inggris dan juga lukisan-lukisan kuno dari Inggris. Elisa mengajak suaminya ke ruang makan. Ia menggandeng tangan suaminya yang memakai sweater hitam. Keduanya duduk di kursi berhadap-hadapan. Aryo memakan mie buatan istrinya. Pikirannya masih terbayang ke leher milik Arlin. Ia makan sambil memandang wajah istrinya. Ia gerah dan ingin menikah lagi.
Elisa memandangi wajah suaminya, ia jatuh cinta dengan pria berjenggot tipis di hadapannya. Mereka sudah menikah selama tiga tahun tetapi belum dikaruniai anak. Elisa tersenyum kepada suaminya. Wanita berdarah Jawa-Tionghoa di hadapan Aryo memakan mie miliknya.
"Mienya enak?" tanya Elisa.
"Enak." jawab Aryo. Ia terus memakan mienya, ia sebenarnya ingin ke kamar dan tidur. Ia ingin sekali tidur bersama Arlin. Ia harus segera membuang istrinya ke rumah mertuanya. Ia ingin bercumbu dengan Arlin di kamar.
"Mas, gimana acaranya tadi?"
"Bagus. Walaupun ada panitia yang berantem sama temennya."
"Kenapa?"
"Muridku si Danu itu kan suka sama cowok ya ditegur sama orang yang dia taksir."
"Ooh. Eh Mas besok kita nonton yuk."
"Nonton film apa?" Aryo jengkel dengan istrinya.
"Kita nonton film alien."
"Aku lagi males lihat darah."
"Tumben kamu nggak suka nonton film alien sama aku."
"Lagi males." Aryo meninggalkan meja makan. Piringnya ia geser dengan sedikit suara keras. Ia menuju kamar meninggalkan istrinya yang sedang bertanya-tanya karena suaminya yang memasang wajah jengkel kepadanya.
Ia menengok ke miniatur alien yang sangat besar dipajang di salah satu kaca. Tak ia sadari air mata keluar dari wajahnya. Ia teringat ketika ia membeli miniatur besar itu bersama Aryo. Ia membeli miniatur tersebut di salah satu mall terbesar di Indonesia. Ketika itu film alien sedang tayang di bioskop. Elisa membeli miniatur itu karena ia suka dengan tampilan aliennya.
Wajah alien itu bertaring, kepalanya bulat, tubuhnya berwarna hitam. Elisa memandangi lama miniatur alien itu. Beberapa menit berlalu, Elisa menuju ke kamarnya, ia membuka pintu, terlihat suaminya sedang tidur. Di dalam kamarnya terpajang poster film Blade Runner yang dibingkai oleh frame hitam. Elisa berbaring di samping suaminya yang memunggunginya. Wanita berumur 35 tahun itu terlentang melihat lukisan itu, di salah satu sudut terpajang beberapa lemari kaca berisi karakter-karakter dari film "Blade Runner' dan juga beberapa karakter dari film "Predator" dan "Alien".
Elisa tertidur, tiba-tiba terdengar suara hembusan angin yang di halaman rumah. Di depan rumah, sesosok Kuntilanak bermata merah berdiri di halaman rumah mereka. Ia memegang telur berwarna putih, sangat besar. Ia mengusap-usap telur yang ia pegang sambil melotot ke jendela kamar mereka berdua. Kuntilanak itu menembus rumah mereka, ia menuju ke wastafel dapur dan mengarahkan telapak tangannya yang berkuku tajam ke sana. Kuntilanak itu tertawa lalu menghilang.
![](https://img.wattpad.com/cover/163505130-288-k843689.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Wangi Pelet
HorrorArlin adalah seorang remaja SMA yang menggunakan ilmu hitam untuk menarik lawan jenisnya. Ia menggunakan ajian jaran goyang untuk memikat pria yang ia taksir. Ia tak segan untuk menyakiti siapapun yang membuat ia marah. Teman sekolah Arlin, Mawar h...