Bab 1 = Desa Terpencil

1K 133 10
                                    

Somewhere outta nowhere
Lee Jeno

Aku menghidupkan kameraku. Aku memang membuat vlog. Tapi disaat Haechan berhenti mengendarai mobil, badanku terjatuh maju dan mengenai kursi depan.

Kameraku terjatuh dan sampai saat ini belum bisa dihidupkan. Aku ingin memaki Haechan namun wajahnya terlihat serius. Bahkan Haechan sampai keluar memeriksa apakah ada sesuatu yang diluar sana.

Aku yang awalnya marah menjadi penasaran. Apakah kami menabrak sesuatu?

"Hey, lu liat apa Chan?" tanyaku sembari melirik kemana Haechan melihat bagian mobilnya. Ternyata dia melihat ban mobil. Kakiku gatal ingin melihat ban mobil Haechan.

Jadi aku keluar dan menjumpai Haechan. Setelah itu, aku melihat apa yang terjadi dengan ban mobilnya.

"Anjing."

"Semua ban mobil gue bocor Jen," ujarnya. Aku membuang nafasku kasar. Bagaimana mungkin hal ini terjadi di tengah malam. Dan selain diriku dan Haechan, hanya Renjun yang belum tidur.

"Gimana jadinya nih? Perlu kita bangunin Jaemin?" tanya Haechan. Jaemin masih tertidur setelah ia membaca buku. Dan Jaemin merupakan tipe yang jika dibangunkan dia bakal marah karena hal itu mengganggu tidurnya.

"Ga ada cara lain. Bangunin aja Jaemin." ucapku. Haechan masuk kedalam mobilnya dan membangunkan jaemin dan minus Renjun yang sudah tau kemana arah percakapan ini.

"Gua ga gamau jalan!" bentak Renjun. Lagi lagi aku mengeluh. Mulai dari kameranya yang rusak sampai empat orang yang didalam mobil harus berjalan mencari bala bantuan.

"Lu mau mati kelaparan Jun?" ancam Haechan. Renjun berpikir dua kali sedangkan Jaemin masih menelaah apa yang terjadi sekarang. Dia menyimpan bukunya kembali dan memasukanya ke dalam tas.

"Apaan kok Jeno diluar?" tanya Jaemin. Haechan dan Renjun melihatku yang sedang melipatkan tangan di dadaku. Ini bukan waktunya untuk menjawab pertanyaan sepele itu.

"Kita harus cari bantuan Jaem, kalau tinggal di mobil aja ga ada guna. Malah sinyal ga ada lagi disini." ujarku. Jaemin masih belum mengerti sama sekali. Tapi dia mengeluarkan ponselnya dan mengangkatnya ke atas.

"Oke, lu benar. Jadi kenapa kita harus cari bantuan?" tanyanya lagi. Aku mengusap kepalaku sedangkan Renjun menepuk dahinya. Ini bukan waktunya untuk baku hantam.

"Oke, karena keempat ban mobil kita bocor dan kita cuma punya satu ban cadangan." bentakku. Jaemin terdiam dan melihat ban mobil kami. Aku tidak pernah bohong jika situasi sudah genting.

Akhirnya Jaemin turun. Kami sengaja meninggalkan mobil dan menulis nomor telfon kami di kaca mobil. Mungkin ada orang yang akan membantu kami. Semoga saja.

Aku dan Haechan berjalan sampingan diikuti oleh Renjun dan Jaemin di belakang. Jalan ini terlihat kosong dan tidak pernah ada yang melewati rute ini.

"Gila lu Chan, kenapa kita ga ambil jalan yang satunya aja?" tanyaku. Aku tidak bohong jika jalan ini kelihatan seram. Karena tanganku sudah menggigil mendengar suara siulan hewan.

"Jalan yang satu lagi banyak begal disana. Mau lu jadi korban?" tanya Haechan. Aku terdiam, Haechan mencari jalan yang paling aman dimana kami memiliki kesialan di hari ini.

"Ga ada orang Jen, mending balik ih." ucap Jaemin. Kami melihat jalan yang kosong. Jarak kami dengan mobil sudah terbilang jauh. Dan aku malas jika kami
Kembali ke mobil tanpa adanya hasil. Setidaknya harus ada seseorang yang lewat.

"Kalau lu ga mau balek mending gua aja deh yang balek," jelas Jaemin. Ketika dia berbalik, Aku melihat sebuah lampu yang ada disamping hutan. Tidak mungkin lampu itu merupakan sinar matahari, karena jam yang tertera di ponselku menunjukan jam stengah satu

The Dreams Inferno ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang