Bab 7 = Bloody Hell

306 97 18
                                    

We don't really know what the fuck is goin on
Lee Jeno

Aku melihat jam tanganku. Aku berdecak kesal karena kami hanya melewati aktivitas mengerikan ini selama satu jam setengah. Apakah para vampir ini punya kekuatan untuk memperlambat waktu.

Aku tidak tau, tapi kekuatan itu baik digunakan jika kalian tidak ingin tua. Bukan hal yang seperti ini.

Aku dan Jaemin masih setia berdua. Kami rencananya menunggu Chanhee kembali menuju meja kami dan kami lanjut menanyainya. Tapi, Chanhee tidak berkunjung balik.

Sialan.

Lebih sialan lagi ternyata kawanan Sunwoo berjalan ke meja kami. Tentunya Renjun bersama mereka. Tapi, kali ini aku melihat tatapan Renjun yang bingung seperti kami.

"Kenapa nih?" tanya Renjun. Para vampir itu tidak membalas Renjun. Aku sudah gugup. Senjata yang ada di kantong sakuku hanyalah pensil yang diruncing tajam

Tapi aku mengeluarkan pensil tersebut jaga jaga jika mereka menyerang. Meskipun mereka sering ditusuk dengan korban lainya, aku tau luka itu sangat sakit. Jangan bantahkan pernyataan itu.

"Kami cuma ingin memberikan pertunjukan" ucap Hyunjae. Tanganya yang kekar itu membuatku ngeri. Bagaimana jika dia memukul kepalaku hanya dengan satu pukulan karena lenganya.

Tentu saja manusia tidak sekuat vampir.

Aku mengabsen mereka semua. Yang tidak ikut hanyalah Chanhee, Dan dua orang yang masih belum kenalan dengan kami.

"Renjun, bisakah kau kesini mendekatiku?" tanya Hyunjae. Renjun mengangguk. Dia juga diikuti oleh Kevin dan Haknyeon. Hyunjae menepuk pundak Renjun keras yang membuat Renjun merintis kesakitan.

"Apa apaan ini?" tanya Jaemin. Kami masih belum paham mereka mau berbuat apa. Aku dengan reflek mundur karena melihat mereka semakin lama semakin maju.

"Oke baiklah, silahkan makan."

"Apa?" tanyaku.

Aku mulai muntah ketika Kevin dan Haknyeon menggigit leher Renjun. Darahnya yang bercucuran itu membuatku ingin muntah. Begitu juga dengan Jaemin yang menutupkan matanya.

Tidak hanya Kevin dan Haknyeon, tapi Juyeon dan Eric ikut menyerbu mereka. Mata mereka menjadi merah pekat setelah menghisap darah Renjun.

Wajah Renjun menjadi pucat dan dia tidak bisa berteriak karena lemahnya imune dia.

Aku juga tidak bisa melakukan apa apa karena semakin aku melihat mereka semakin keluar yang ada di perutku.

Renjun terhempas ke tanah setelah darahnya habis diminum. Jika aku ingat ingat, manusia mempunyai empat liter darah merah dan jika mereka berempat maka mereka meminum darah Renjun sebanyak satu liter.

Sialan, pasti ada empat orang yang akan menghisap darahku. Sudah pasti si setan merah salah satunya.

Haknyeon mengelap mulutnya yang ada darah Renjun. Dia mendekatiku dan dengan reflek aku menusukan pensil runcingku ke jantungnya. Di buku panduan, cara untuk menghentikan mereka sesaat adalah menusuk mereka tepat  di jantung.

Sekarang kulakukan hal itu demi membela diriku yang sedang panik ini. Haechan juga belum ditemukan, ban kami masih belum datang dan kami tidak melihat keberadaan Sangyeon.

Haknyeon mencabut pensil runcing itu. Aku dengan cepat merampas pensilnu yang sudah terkena darah vampir itu dan mengelapnya dengan bajuku. Setelah itu aku masukan lagi pensil itu ke kantong sakuku.

Haknyeon terjatuh dengan darah yang bercucuran di jantungnya. Aku sejenak melihat matanya yang sudah kembali seperti biasa. Bahkan dia tidak kelihatan pucat.

Aku melirik ke semua vampir bahkan Chanhee dan kedua vampir asing itu. Apa yang kuperbuat.

"Men!" ucap Jaemin. Semua vampir menatapku tak percaya. Apakah aku pemburu vampir yang bisa langsung membunuh vampir tanpa ada barang barang kelemahan mereka.

Mungkin saja aku spesial.

Tapi aku mulai sadar sesuatu.

Apakah pensil ini terbuat dari kayu jati. Karena Haknyeon tidak terbangun. Aku memang menusuk di jantungnya. Tapi anak ini tidak terlihat seperti vampir. Dia terlihat seperti kami. Seperti manusia.

"Dia membunuhnya?" tanya Juyeon kepada Sunwoo. Mata Juyeon masih merah.

"Dia membunuhnya." ujar Sunwoo sambil menatapku. Aku menarik tangan Jaemin dan berlari sejauh mungkin dari desa ini. Anehnya mereka tidak mengejarku. Mungkin mereka punya kekuatan super seperti Edward yang ada di Twilight.

Mereka akan mengejar kami belakangan. Mereka menganggap kami adalah manusia bodoh.

"LARILAH SEPUASMU LEE JENO. KAMI AKAN MENGEJARMU SESAAT LAGI." teriak Sunwoo. Aku tetap berlari sampai kami tidak melihat mereka. Semoga saja mereka tidak bisa menemukan kami.

• The Dreams Inferno •

Ah Shit We're Fucked Up
Vampires Point of View

Younghoon mengecek Hankyeon yang sama tergeletak di tanah bersama Renjun. Haknyeon sangat menyerupai Renjun. Biasanya jika vampir ditusuk di jantung, maka mereka akan terbius selama berberapa jam dengan kulit pucat, serta perubahan wajah dan mata merah yang terbuka.

Tapi mata Hankyeon tertutup dan wajahnya tidak pucat. Sudah pasti Jeno membunuhnya.

"Jadi dia punya kayu jati?" tanya Eric. Mereka tidak melihat bagaimana Jeno bisa menyerang Haknyeon. Tapi sudah dipastikan Jeno punya kayu jati.

"Mungkin." jawab Sunwoo. Mereka semua mulai memasang wajah panik selain Sunwoo dan Hyunjae.

"Kita lebih kuat dari mereka," ujar Hyunjae.

"Kita bakal dapatkan mereka sebelum matahari terbit," sambungnya lagi. Mereka para vampir lainya mendengarkan rencana Hyunjae. Bahkan Chanhee beserta Jacob dan Changmin (Q) mendengarkan ceramah Hyunjae.

"Emang kenapa kalau matahari udah terbit. Kan kita masih aman disini," jelas Eric lagi. Hyunjae menatap Eric. Dia bisa memaklumkan Eric karena Eric merupakan anggota baru di desa mereka.

Orang orang yang tergolong penduduk lama itu Hyunjae, Younghoon, Chanhee, dan Sangyeon. Jadi Hyunjae sedikit lebih tau bagaimana cara mengatasi target yang sedang kabur daripada vampir baru ataupun vampir yang terbilang lama juga.

Untuk menjawab pertanyaan Eric tadi. Hyunjae tersenyum dan menepuk bahu Eric berkali kali.

"Berarti kita masih bisa melewati lintas merah itu." ucapnya.

The Dreams Inferno ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang