Bab 4 = Tidak Ada Jalan Keluar

358 100 20
                                    

This fires burn
Lee Jeno


"Karena teman saya juga ga pernah kembali."

"Anjir gua kesandung. Jaem, bantuin gua dong." teriak Haechan. Aku dan Jaemin bernafas lega. Jaemin yang dipanggil Haechan kemudian menarik tangan Haechan untuk berdiri.

"Sepertinya anda salah." ucapku meremehkan Kim Sunwoo.

Di kejauhan aku melihat Renjun yang sedang tertawa bersama Eric dan yang satu lagi. Aku lupa namanya siapa tapi mereka bertiga tersenyum.

Aku juga lega melihat teman temanku kembali dalam keadaan utuh. Yang kami lakukan sekarang adalah pergi dari desa ini dan menunggu kedatangan sinyal di ponselku.

Kami semua memiliki powerbank dan baterai ponselku juga masih 82.

"Renjun, skuy cabut," ucapku ketika Renjun sudah mendekat. Renjun terlihat heran tapi aku langsung menarik tanganya.

"Tapi, kita belum dapat ban," ujarnya.

"Kita bisa dapat sinyal nantinya. Lu ga takut apa sama mereka?" ucapku. Renjun menggelengkan kepalanya. Mungkin karena dia bersama Eric dan pria yang kulupakan namanya.

"Kalaupun takut, doa aja sama Tuhan," jelas Renjun sekali lagi. Aku lupa bahwa anak ini sangat religius. Makanya dia tidak percaya dengan hal mistis yang tak berguna seperti vampir dan yang lainya.

"Hyunjae ngajak kita minum sama teman temanya. Selagi kita disini, kenapa ga join aja," ucap Renjun lagi. Aku melirik kepada Jaemin dan Haechan. Mereka bahkan memberikan reaksi yang sama denganku.

"Lu, lu ga dihasut sama mereka kan?" tanya Jaemin kemudian. Renjun menggelengkan kepalanya. Bahkan dia tertawa menanggapi pertanyaan Jaemin.

Dia memang dihasut dengan mereka.

"Oke, lu senang senang aja disini. Kami nunggu di mobil aja," ucap Haechan menarik tanganku dan Jaemin.

"Lukamu juga perlu diperban." ucap seseorang yang berdiri disamping Sunwoo. Kalau tidak salah itu Juyeon. Karena aku hanya mengingat Sunwoo si rambut merah dan Juyeon yang paling tampan.

"Gak butuh. Makasih ya,"

Renjun pergi meninggalkan kami yang tak percaya dengan mereka. Bahkan dia merasa kami bukan teman dia. Oh ayolah, kami sudah berteman dari kecil dan Renjun mengabaikan kami hanya teman baru.

Teman baru yang mirip denganku.

Aku harus sedikit jujur, aku merasa bahwa Eric ini mirip denganku. Tapi berbeda dengan sifatnya yang energetic. Aku lebih Introvert dan teman temanku yang menuntunku untuk berteman.

Seperti temanku adalah teman mereka. Salah satu teman yang kudapatkan sendiri adalah Hwall. Dan aku juga jarang bertemu denganya karena aku lebih akrab dengan temanku ini.

Tapi salah satunya sudah berpindah pihak.

"Udahlah Jen, tinggalin aja Renjun." Jaemin menarik tanganku. Kami tanpa melirik Renjun ataupun mereka, meninggalkan desa sialan tersebut dan menunggu di mobil.

Kami tidak tersesat untuk berjalan menuju mobil kami. Karena aku menandakan jalan ini dengan sticker yang kutempelkan di pohon, jadi kami mengetahui jalan keluarnya.

Kami berjalan sampai menemukan mobil kami. Ban mobilnya masih bocor. Dan aku lagi lagi mengeluh kesal karena kesialan yang menimpa kami.

"Kita ganti aja satu ban nya. Terus tunggu yang lain." ucap Jaemin. Aku mengangguk. Disisi lain, Haechan sedang berjalan mencari sinyal. Tentu saja tidak ada. Karena aku juga mencari sinyal di ponselku dan hasilnya tidak ada sama sekali.

The Dreams Inferno ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang