(04) Hujan

680 72 2
                                    

Kendaraan roda dua yang performanya tidak sekuat dulu, selalu menemani keberangkatan dan kepulanganku dari pekerjaan membosankan ini, si budak kerja yang selalu dimarahi tanpa alasan jelas oleh atasan. Aku sangat membenci butiran air yang turun membasahi tubuh di musim penghujan saat perjalanan pulang, membuatku basah kuyup.

Dikarenakan mantel hujan yang baru saja kubeli, hilang dicuri akibat keteledoranku menyimpannya di atas jok motor yang terparkir di luar -maklum, motor tua, sehingga tidak mempunyai bagasi luas untuk menyimpan barang- terpaksa aku harus berbelok dan meneduh di sebuah ruko tutup dan berteras sempit, sambil menunggu hujan deras disertai angin kencang ini reda.

Ah, gemericik air ini membuat kupingku sakit saja. Sayangnya earphoneku terjatuh disaat berkendara, sehingga terpaksa kuharus mendengarkan jeritan-jeritan air ini dengan wajah masam dan tubuh menggigil. Suara petir menggelegar menambah rasa kesalku terhadap hujan.

Tak lama, rolling dor toko itu terbuka dan terlihat kakek tua dengan tongkat untuk membantunya berdiri, mengajakku masuk ke dalam. Tanpa pikir panjang aku menuruti kebaikannya. Belum lagi ia memberiku handuk kering dan secangkir teh.

Kusipitkan mata, memastikan jumlah bayangan si pak tua yang sedang membawa sesuatu di balik dapur.

Tubuhku tersentak, kala melihat pak tua itu membawa sebuah golok di tangan kanannya. Dan tiba-tiba mengayunkannya ke hadapanku. Spontan aku memejamkan mata dan menutupi wajah dengan tangan.

Tapi, sepertinya ayunan golok itu tidak mengarahku. Ternyata ia hanya memukul hama tikus yang kabur dari sebuah kandang bertuliskan "Jangan Dibuka!"

Fyuh, aku kira aku akan dijadikan daging cincang olehnya. Aku tersenyum malu, karena telah salah paham kepadanya. Alisku terangkat karena melihat ia membawa bangkai tikus itu ke dalam sebuah ... wadah? Kuali? Gelap menghalangi pandanganku, hingga tidak tau itu apa.

Tak lama hujan pun reda. Aku pun pamit dan keluar dari ruko itu untuk menemui istri dan anakku yang sudah lama menanti di rumah.

Sinyal begitu buruk selama hujan berlangsung. Namun, sesudah hujan reda, rentetan pesan mulai muncul karena sinyal sudah kembali normal.

"Mas, hujan-hujan gini enaknya makan baksonya Abah Suep deket pengkolan. Beliin yah!" pesan dari istriku.

Aku menengok lagi ke arah ruko dan melihat plang di ruko itu bertuliskan, "Bakso Abah Suep Maknyus! Dijamin Halal."

Aku muntah setelah melihatnya.

<><><>

By. @KacangMas

BAYANGAN (Kumpulan Dark Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang