(06) Servis Keliling

533 61 4
                                    

"Berapa semuanya, Kang?" tanya mang Heru, pemilik kedai nasi goreng kepada tukang servis tv keliling, kang Edi.

"Tujuh puluh lima ribu aja," jawabnya sambil mengelap keringat.

Ia rogoh semua saku di badannya, mengecek dompet dan melihat laci uang di gerobaknya, namun mang Heru tidak menemukan uang kecil untuk membayar jasa kang Edi yang sudah membetulkan tv di kedainya hingga larut malam.

"Cuma ada seratus ribu. Ada kembalian nggak, Kang?"

Kang Edi yang sedang membereskan peralatannya hanya bisa menggelengkan kepala dan  memperlihatkan selembar uang lima puluh ribu rupiah.

"Gimana kalau sisanya pake nasi goreng? Gak papa?" ujar kang Heru menawar.

"Um ... gak usah. Gak papa, lima puluh aja. Udah malem banget. Arah jalan pulang saya rawan begal," jawabnya menyetujui harga sambil bergegas pulang.

Tak lama datang pelanggan. "Ru! Biasa yang pedes," pinta Dodo memesan nasi goreng seperti biasanya.

Bergegas Mang Heru mengambil seseduk nasi, memecah sebutir telur ke dalam katel, meracik bumbu dan memasukan 5 sendok cengek pedas, lalu mengaduknya dengan lihai, karena tak mau membuat pelanggannya menunggu.

Seporsi nasi goreng hangat yang asapnya masih mengepul, tersaji dengan sepelastik kerupuk dan ditaburi potongan mentimun. Membuat siapapun menelan ludah, membayangkan kenikmatannya ketika menyentuh lidah.

"Oh iya. TV-nya dah bener? Ada piala dunia euy. Bola ... bola," tanya Dodo.

"Udah dong. Baru aja dibenerin."

Sambil menyantap nasi goreng yang mengobati rasa laparnya, mereka menikmati setiap gocekan dan tendangan para pemain kelas atas yang membawa nama baik negaranya di ajang sepak bola paling bergengsi itu.

Walau nasi gorengnya sudah habis, Dodo masih menonton di kedai.

"Dodo, apa kau lupa bahwa malam ini banyak kesempatan untuk membegal?"

"Ah, nanti aja. Lagi seru ini," jawabnya.

"Lagi ngomong sama siapa, Do?" tanya mang Heru keheranan.

"Oh, lagi ngomong sama bayangan sendiri. Udah dua hari ada suara-suara yang bisa didenger sama aku doang," jawabnya santai.

"Ih apaan tuh. Serem amat."

Sementara kang Edi tiba di rumahnya dan mencium kening putri kecilnya yang sudah tertidur lelap.

"Maafkan Bapak ya, Dek. Pulang kemalaman lagi," ujar kang Edi kepada anaknya yang sedang tertidur lelap. 

<><><>

By @KacangMas

BAYANGAN (Kumpulan Dark Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang