(07) Kondom

612 54 3
                                    

"Selamat datang di Indo*aret! Selamat berbelanja!" sapaku menyapa setiap pelanggan yang masuk ke minimarket 24 jam ini.

Tengah malam aku bekerja di bagian kasir, berdiri menanti pelanggan membayar belanjaannya di minimarket dengan guyuran hujan lebat di luar. Sepertinya, aku harus bekerja sendirian malam ini, sebab temanku sedang sakit terbaring di kost-annya. Karena tanggung jawab kerja dan sudah bagiannya shift malam, mau bagaimana lagi.

Mungkin karena guyuran hujan lebat, ditambah sekarang sudah jam 1 malam, membuat ruangan yang dipenuhi oleh belanjaan menanti tuk dibeli menjadi sepi. Hanya beberapa orang saja yang berkunjung, itu juga sekalian berteduh di depan teras.

Pada pukul 2 malam, hujan pun akhirnya reda. Sebenarnya cukup menyeramkan sendirian di tengah malam sunyi, berdiri di hadapan rak-rak yang sesekali terdengar suara gesekan plastik. Aku berusaha berpikir jernih, bahwa suara-suara itu hanyalah tiupan angin, untuk menjaga pikiranku agar terus tenang.

Sebenarnya situasi sepi bagi para pekerja sangat dinantikan untuk dimanfaatkan sebagai jeda istirahat, tetapi untuk situasi sekarang ini, kehadiran pelanggan justru sangatlah dinantikan. Walau hanya seorang pelanggan membeli sebungkus mie instan, bahagia dan senangnya bukan main. Dengan adanya pelanggan, membuat pandanganku juga berani mendongak ke atas, melihat cermin yang memperlihatkan semua sudut ruangan.

Setelah pelanggan itu pergi, aku kembali menunduk dan berselancar dengan wifi gratisan untuk mengisi waktu dan terjaga agar tidak mengantuk.

Hingga, ada seorang pelanggan dengan jaket hitam dan tudung kepalanya ia kenakan tiba-tiba langsung menghampiriku, bagian kasir.

"Mas, sefty-nya 10 bungkus. Dur** warna biru sama merah," ujarnya.

Huh, melihat tampilan dan gerak-geriknya, sempat kuberpikir bahwa ia ingin merampok. Ternyata hanya ingin membeli barang itu. Wajar sih, jam segini memang waktu strategis untuk membelinya. Aku rasa membeli sepuluh bungkus itu berlebihan. Tapi, mungkin saja untuk stok jangka panjang atau menjualnya lagi kepada orang yang malu membeli alat ini.

Aku rasa ia terbebani dan merasa sangat bersalah, terlihat keringat dingin dan rasa takut tergambar di wajahnya. Aku tidak tega dan bergegas membungkus pesanannya.

Ia pergi dan berlari seperti ketakutan setelah mendapatkan apa yang ia mau.

Berlari? Padahal biasa saja seharusnya. Aku lihat dari wajahnya pun terlihat cukup umur untuk membeli barang itu. Ada-ada saja pelanggan ini.

.

.

.

"Bro! Gwa dah dapet barangnya, 10 bungkus sesuai pesanan. Tapi ... gila anjin*, tadi serem banget. Ada makhluk hitam legam setinggi tujuh meter berdiri di belakang kasir. Wajahnya senyum lebar dan matanya belotot gtu. Gwa ampe keringetan. Pokoknya gwa gak mau lagi belanja disitu," ujar pelanggan itu kepada temannya di telepon.

<><><>

By. @KacangMas

BAYANGAN (Kumpulan Dark Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang