-بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ-
Jika aku mencintaimu dengan semampuku
Apakah kamu akan membalasnya?
Aku tau, tak mudah untuk mendapatkanmu
Kuserahkan semua cinta ini kepada sang pemiliknya.
-Zahidaaa-
---💓---Pagi yang cerah ini, tak sanggup dilukiskan persis dengan yang dilihat, ciptaan-Mu memang indah, tak sanggup di katakan semuanya, cukup dengan ucapan -Bismillah- dan di akhiri dengan -Alhamdulillah- telah cukup merasakan semuanya.
Tak ada orang yang tak ingin terus begini, termasuk Ara. Yang di awali hari ini dengan shalat shubuh didalam kamar berukuran 5×7 meter, mungkin hanya cukup untuk ia saja.
Di lanjutkan mengambil baju yang terpajang jelas didepan bola matanya. Gamis berwarna merah muda bercorak, senada dengan khimar syar'i, disampingnya tak jauh ada sepasang sepatu berhills dan satu tas mewah yang diberikan Anis kepadanya.
Ia pakai baju tersebut, lalu berkaca didepan lemari. Yang pertama ia lihat hanya keanehan. Karena sebelumnya ia tak pernah memakain baju semewah ini, apalagi baju ini dipesan langsung oleh Anis calon mertuanya.
Setelah semua ia pakai, lalu berjalan selayaknya mojang priangan. Dengan anggun ia memulai langkah, perlahan tapi pasti yang ia lakukan.
Dertttt....(suara dering messenger)
"Siapa yang pagi hari menghubungi, sebelumnya ia tak pernah menerima pesan diwaktu ini. Batin Ara penuh dengan pertanyaan, lalu dibuka dan ia baca.
-Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatu.
"Waalaiakumsalam," gumamnya. Siapa dia? orang asing di handphonenya, lalu ia buka poto profilnya untuk memastikan. Seakan ia tak marah dengan semua ini hanya senyuman yang ia dapatkan dipagi yang cerah ini.
"Mbak, cepetan pake bajunya, bu Eneng yang mau ngerias udah dateng!," panik Auryn dan membuka slot pintu kamar mbaknya, dan membuatnya terkejut dan terdiam, Ara lempar handphone kekasur dan berkaca seakan lagi berkaca, seandainya Auryn tau, ia hanya akan ditertawakannya.
Bagaimana tidak melihat perilaku Ara yang aneh, dan Auryn menyangka ada sesuatu yang disembunyikan oleh mbaknya, tapi yasudah.
"I-iyaa, bentar"
"Ntah apa yang akan terlintas dari pikiran Mas Nathan, tapi seengganya aku telah menjawab salamnya meski tidak tertulis, semoga Mas Nathan mengerti." Batinnya.
---💓---
"Nak, kamu sudah dewasa ya, dan Papah sudah cukup menjagamu dan sekarang tugasmu menjaga istri dan anak-anakmu kelak," ucap Hamish kepada Nathan didepan sofa seiring menunggu rombongan keluarganya.
"Pah, sebelumnya Nathan minta maaf telah membuat papah jengkel atas perilaku Nath," terjeda.
Sambungnya. "Karena Nath, papah jadi suka sakit-sakitan ditambah tekanan daeah tinggi papah sering kumat, hanya karena Nath, maaf ya pah. Nath belum bisa merawat, menjaga dan membahagiakan papah,
"Dan sekarang beraninya Nath meminang perempuan lain untuk menjadikannya sebagai istri Nath, padahal untuk membahagiakan papah saja Nath belum mampu._
"Pah, doain Nath ya, papah jangan bosen ngedoain Nath, meski Nathan sering bandel dan gak nurut kepada papah apalagi ke mamah._
Hamish hanya terdiam mendengarkan dan melihat gerak-gerik yang ditunjukkan oleh bibir anaknya tersebut. Air mata lolos dari mata yang sudah mulai kabur dan pipi yang menua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku Hanya Untukmu Istriku
EspiritualAku tidak tahu jika engkau mengetahuinya bahwa aku mencintaimu. Ku titipkan namamu disetiap doa didalam shalatku. Ku kirimkan doaku untuk selalu bersamamu kepada-Nya. Ku mencari cara untuk bisa didekatmu apapun itu. Tapi itu tidak cukup untuk bisa m...