BAB VIII

2.7K 344 30
                                    

Kalian harus baca sampai
Bawah, siapa tahu ada sesuatu.
Ig : @dinamiran_

•••

Gemercik hujan membasahi sebagian kota Busan hingga malam kelabu kian menambah suasana haru yang senantiasa mengebu-ngebu seperti tak ada ujung dari puncak merindu akan hadir sesosok pembawa rindu.

Segelas soju diteguk habis oleh pria paruh baya yang kini penampilannya tak serapi saat pertama jumpa. Kini dasi yang melingkar pada kerah kemeja telah di longgarkan dan memandang lelaki muda di hadapannya.
Pertemuan kali ini tepat di sebuah kedai menikmati ramen dan Soju yang menggelitik tenggorokan pria separuh baya dihadapan Jungkook.

Pria bermarga Jeon hanya meneguk segelas soju saja menghormati Kang Jaehon sebagai klien yang akan membeli Valas 2 dengan harga yang cukup fantastis. Pengusaha paruh baya itu memiliki cukup banyak uang hingga berani membeli Valas milik Jungkook yang terbilang mahal harganya.

Jungkook sangat menyayangi Valas 2 itu tapi sangat di sayangkan lagi jika ia tidak mengurusnya dan ditinggal percuma. Jadi, Jungkook memilih menjual Valas 2 dan 3 hingga mempertahankan Valas 1 yang sangat berharga.

"Permisi. Saya harus segera kembali karena masih ada urusan lain." dusta Jungkook agar dapat pergi dan menghindar dari bau alkohol.

Jaehon mengangguk paham, dengan senyum disela kepalanya yang terasa berat lalu menjabat tangan Jungkook.

"Terimakasih. Sudah mempercayakan Valas mu pada ku, Jeon." Jaehon merasa sangat terhormat bisa membeli Valas 2 milik Jungkook, karena dari pembahasan yang mereka bicarakan bahwa Jungkook mencari orang yang tepat dan benar-benar pantas untuk sebuah Vila dengan tanah seluas 2 hektar tersebut.

Jungkook menghela nafasnya dengan senyum yang merekah saat ia keluar dari kedai tersebut. Ia tidak ingin minum terlalu banyak sebab dirinya sudah pernah tepar akibat meminum Vodka dan Soju dalam satu waktu.

Lelaki berparas tampan itu berjalan menyisir setiap bibir jalan sementara Paman Gong yang selalu mengantar Jungkook kemanapun kini ia suruh pulang lalu dirinya memilih berjalan kaki saja karena sudah lama ia tidak merasakan ketenangan di tengah jalan raya yang ramai apalagi saat ini di kota Busan.

Ketampanan Jungkook memang tidak bisa dipungkiri walau usianya sudah menginjak kepala tiga namun wajah yang mempesona tetap di anggap ketampanan yang terhakiki apalagi bagi para kaum hawa yang kini atensi mereka terlalu terpesona memandang sekilas saja Jungkook yang melewati mereka.

Jungkook tetap pada tempatnya berjalan lurus dengan wajah angkuh, matanya menelisik setiap sudut kota hingga tatapan elangnya terhenti pada sekelompok bunga yang tersusun rapi dengan berbagai bentuk serta warna namun terlihat indah di matanya. Sudah lama tidak membeli bunga, pikirnya.

Terakhir ia membeli bunga hidup untuk Hanna dan entah diterima dengan wajah senyum atau kecewa. Jungkook tidak tahu.

Selang beberapa menit terdapat helaan nafas berat dari Jungkook bukan karena tidak suka dengan bunga yang kini tergenggam erat di jemarinya. Terkadang ia bingung mengapa ia membeli sebuket mawar putih sementara tidak tahu akan di apakan benda tersebut.

Jungkook bahkan menertawakan dirinya sendiri saat pelayan toko bunga mengira jika ia membeli bunga untuk kekasihnya, sementara Jungkook tak punya tambatan hati lagi selain pelupuk rindunya pada Hanna yang kini mungkin sudah bahagia di surga.
Lelaki bertubuh tinggi itu kembali melangkah meneruskan perihal jalan-jalannya bersama bunga dan kesepian yang kian semakin membuatnya tak berguna.

Hujan tak lagi ada, perihal luka dan rindu masih membekas dalam relung hatinya. Contoh'kan saja bagaimana caranya lepas, bukan menghujat menambah bebannya saja. Jungkook sensitif dengan hujatan dari deretan fakta gosip yang sempat membanjiri kehidupannya bahkan sosial medianya.

Polygamy [Season 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang