BAB V

3.9K 492 36
                                    

Vote and Comment
-
-
-
-
-

Dunia yang kejam tidak henti menghantam hingga menguji sebagian manusia. Tuhan mengatur setiap cerita hidup manusia seperti seorang penulis yang menyajikan sebuah konflik dan pengakhiran pada fiksi pada karakter fiksinya.

Bergelombang tidak henti, tidak lurus dan tidak juga congkak. Seperti itu hidup seorang Hanna yang menyedihkan. Mengawali fiksi ini dengan gelombang denyut nadi yang bergetar hebat oleh sebutan menunggu dibawah atap yang sedang tertimpa oleh badai hujan.

Berusaha menetralisirkan kedua bulat mata agar berhenti mengantuk. Menunggu sang pangeran tiba seperti menanti pangeran sungguhan pada dunia dongeng seorang putri kesayangannya.

Hingga detik pengetahuan itu tiba, semuanya seperti susu yang tidak lagi putih, seperti kopi yang berubah bening, seperti air jernih yang berganti menjadi kumpulan para lumut merusak setiap kejernihan. Kasihan sekali.

"Kasihan sekali!"

Penuturan tersebut sering terungkap dengan sadar. Membaca setiap bagian pertama dan akhir cerita ini. Tidak banyak juga menitihkan air bening, menyumpah kasar, dan menyebut kata seandainya. Membela seorang Hanna yang baik namun malang, membenci Jungkook yang buta cinta, dan Seulhee yang disebut jalang merebut suami orang.

Kota Seoul yang ramai tidak bisa menyembunyikan tentang hati orang yang terluka. Termenung dalam diam, beranggapan kapan perginya luka ini?
Soal luka tidak ada yang tahu, namun proses melewati luka yang sangat menyakitkan itu benar-benar menyulitkan.

Berusaha menerima saran dan respon orang yang mendengar cerita tentang luka yang dialami tidak sedikitpun mengobati. Hanya diri sendiri, yang mampu mengendalikan beban terberat oleh cinta.

Jeon Jungkook termenung memandang orang-orang yang berkumpul dan berpasang-pasangan. Tidak menentang keras bukan hanya dirinya yang sedang sendirian malam ini, beberapa orang lainnya ada yang sedang sendiri sambil menikmati soju pada malam yang dingin.

Namun lelaki itu tidak ingin menyentuh soju untuk malam ini. Ia tidak ingin mabuk dan pulang dengan keadaan pusing, lalu terkapar lemas diranjang. Masih banyak pekerjaan di kantor yang masih perlu tanda tangannya besok dan lagi meeting dengan para investor perusahaannya.

Jungkook pusing.

"Ouh, Presdir Jeon!" seru seorang gadis dengan rambut yang tergulung rapi dan kaos putih polos serta jins hitam yang melengkapi tubuhnya.

"Eunsoo?" gumam Jungkook.

Gadis yang dipanggil Eunsoo berlari kecil kearah lelaki yang diserunya dengan nyaring bahkan kedatangan gadis itu cukup menganggu aktivitas semula Jungkook kali ini.

"Yak! Kenapa kau disini? Kau memikirkan mantan istrimu lagi, ya?" Tutur Eunsoo dengan lantang bahkan tangan dan jari telunjuknya secara sengaja menunjuk kearah Jungkook.

Lantas membuat lelaki itu mengernyitkan dahinya. Bagaimana bisa Eunsoo menuturkan kata seperti itu.

Ah, dia pasti sudah memakan gosip para karyawan tentang Jeon Jungkook.

"Kau mabuk?" tanya Jungkook dengan malas dan datar.

Melihat perilaku berbeda gadis bernama Eunsoo membuat Jungkook menggeleng. Gadis itu mabuk bahkan masih dapat berjalan dengan baik, walau ia terus memegang kepalanya yang mungkin terasa pusing.

"Wae? Aku memang mabuk!" sentak Eunsoo dengan raut khas mabuk yang terkesan seperti menahan kantuk.

"Egh, ini gila sekali! Kenapa kita bisa bertemu, aku seperti de ja vu dengan hal ini." tutur Eunsoo lagi.

Polygamy [Season 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang