Kau dan aku bukan lagi kita yang memilih tetap tinggal. Tidak ada tempat bersandar atau sekedar melukis kenang. Kita hanya angan.-JK-
•••
Katanya bahagia itu milik semua orang. Mungkin hanya dia tapi tidak dengan aku. Berpura-pura bahagia bukanlah perkara yang mudah, tapi tersenyum ditengah luka ternyata lebih para dari pada menjilat ludah.
Aku tahu, dibalik perbuatan yang sudah aku lakukan akan aku dapatkan lagi bahkan bisa lebih parah dibandingkan yang aku perbuat, sebut saja karma. Kini aku merasakannya.
Aku menghela nafas, entah sudah keberapa kalinya namun helaan nafas ini begitu mencekat ditenggorokan. Rasanya seperti tersedak air liur sendiri bisa juga seperti nafas ini berhenti beberapa detik lalu kemudian bernafas dengan normal.
Seperti biasa pada malam tiba, aku berada dihadapan laptop dengan beberapa berkas yang seharusnya sudah terselesaikan satu jam yang lalu namun waktu memaksaku untuk tetap berkutat dengan laptop serta berkas-berkas penting terkait perusahaan. Belum tengah malam, Jiena masih mengerjakan PR bersama Hanna.
Ya, sudah 1 tahun terakhir ini kami hidup bersama sama seperti keluarga kecil penuh bahagia pada umumnya, mungkin itu yang tergambar dalam pikiran orang lain tentang kami, namun pembaca cerita ini tahu sendiri bagaimana dengan hubungan keluarga kecil ku sekarang.
Jarak itu semakin jelas terkecuali Jiena bersama kami. Jiena menjadi prioritas utama yang harus aku dan Hanna rawat sepenuh hati, itu kata Hanna.
Pernah aku coba untuk membatalkan perceraian itu dengan alasan nyata aku masih menaruh rasa cinta padanya namun di tolak mentah-mentah oleh Hanna. Wanita yang aku cintai masih tetap kokoh pada pendiriannya untuk tidak terlibat lagi dengan hidup ku terlebih perasaan ku.
Hidupku yang pernah menjadi hidupnya juga.
Mediasi yang di setujui Min Yoongi tidak berjalan dengan baik karena Hanna tetap tidak acuh dengan bangunan baru yang ingin aku buat untuknya. Aku memang pantas menerima itu, bukan?
Mengingat dulu aku sudah menyakiti hatinya, menduakan Hanna demi Seulhee dan bahkan menikah dihadapan sepasang matanya. Hatinya pasti sangat sakit saat itu melihat aku sosok yang dia cintai menikah dengan wanita lain.
Siapa yang tidak sakit hati?
Apalagi saat dia mempergoki Seulhee di kantorku, aku membela Seulhee dihadapannya dibalik kebenaran yang dia pertahankan dan aku buta oleh semua itu, aku memeluk wanita lain sementara saat itu dia membutuhkan aku, iya aku!
Tak pernah terbayangkan oleh ku saat itu bahkan ketika figur tubuhnya terbaring di sofa karena menunggu ku pulang dari kantor dan dengan kepura-puraan itu aku asik bersama Seulhee bukan sibuk mengurus kantor. Dia menyiapkan makanan yang dulu sangat aku sukai namun di mataku sangat hambar saat itu.
Bahkan ketika putriku membutuhkan kasih sayang dari ku, aku malah pergi dengan alasan pertemuan tiba-tiba di kantor sehingga aku harus buru-buru dan meninggalkan rasa kecewa pada dirinya terhadap ku sebagai seorang Ayah, pahlawan nya.
Dan mungkin yang paling menyakitkan seorang Hanna adalah aku menghamili Seulhee, bahkan dari darah daging ku sendiri, kami melakukannya tanpa ada ikatan dan secara diam-diam sementara status ku masih sebagai suami Hanna.
Aku pria jahat sedunia. Iyaa, sebut saja aku seperti itu.
Kutuk saja aku.
Itu memang benar
KAMU SEDANG MEMBACA
Polygamy [Season 2]
FanfictionCerita ini berlanjut. Dimana Jeon Jungkook merasakan namanya sebuah penyesalan, kehampaan, kesepian dan kesakitan. Dia pantas merasakan hal itu atas apa yang Ia lakukan pada dua orang wanita. Nam Seulhee dan Jeon Hanna. Dan, kini apa yang akan terja...