Wednesday Love

287K 1.6K 25
                                    

16.00

"Pak Rama, Bu Rera sudah sadar", kata kata itu membangunkan Rama dari tidurnya. Ia tertidur saat menunggu Rera di depan ruang operasi.

"Baik dok, terima kasih", jawab Rama semangat.

Tanpa basa basi lagi Rama masuk ke dalam ruang operasi Rera. Dilihatnya tubuh lemah itu dengan mata berair. Dengan susah payah menahan air matanya, Rama mendekati Rera.

"Re, maafin aku", Rama berkata seraya duduk dan memegang tangan Rera.

"Iya", jawab Rera singkat. Terlihat jelas kekecewaan di wajah Rera. Tanpa sadar, Rera mengelus perut yang sudah tidak ada janinnya itu.

"Ram, dia kamu apakan?", kata kata itu mampu membuat Rama menangis. Tampak penyesalan mendalam di wajah Rama.

Sore itu pula langit juga mengeluarkan air matanya. Deras, sederas tangisan Rama di ruangan kecil bercat putih itu.

"Re, aku tau aku salah. Aku minta maaf, aku gak siap dengan anak kita. Tapi siapa yang bakalan nyangka kalo akhirnya dia gabisa bertahan lama. Maaf Re, maaf." sesal Rama

"Ram, entah kenapa mulai detik ini rasa sayangku hilang. Entah mengapa mulai detik ini kepercayaanku hilang", jawab Rera sembari menatap jendela dengan hujan deras dibaliknya.

Hening, ruangan putih itu hening, hanya terdengar isakan Rama yang berada di sebelahnya. Rama benci dengan dirinya sendiri. Rama ingin membuat wanitanya kembali menyayanginya sepenuh hati.

Hari itu menjadi hari yang sangat lama bagi Rama. Segala penyesalan berkumpul menjadi satu. Jam dinding terus berdetak sembari mengimbangi hujan deras sore itu.

*tok tok tok

Suara ketukan itu diikuti oleh sura terbukanya pintu ruangan Rera. Sesosok wanita tinggi dengan perawakan tubuh ideal dan berambut ombre merah muncul. Ia menatap Rama sinis dan langsung menghampiri Rera.

"What happen Re?" tanya wanita itu.

Namun, Rera hanya terdiam. Mengelus perutnya dan perlahan, air matanya pun ikut turun, membasahi baju pasiennya.

"Rama, lo harus jelasin semua ini!" suasana mulai tegang karena wanita itu mulai meninggikan suaranya.

"Maaf Dean, aku gak bermaksud membuat Rera keguguran." jawab Rama dengan suara penuh penyesalan

"Ck, ngerawat Rera aja gak becus. Kalo sampe ada apa apa lagi sama dia, jangan sampe lo ngarep ketemu dia lagi."

Suasana hening seketika, hanya terdengar rintik hujan dan isakan Rera.

"Kak, Rama udah minta maaf kok. Kakak istirahat dulu ya. Pasti capek habis perjalanan dari Las Vegas", Rera mulai menenangkan kakaknya saat tangisannya mulai berakhir.

"Iya, gue capek banget. Btw, kamar lo jelek banget dek, gue pindah ke VVIP ya, bisa mati lo kalo kamar lo jelek gini", jawab Dean sangat santai.

Kakak Rera yang bernama Dean ini memang memiliki sifat yang tak menentu. Kadang ia meledak, namun di saat tertentu ia malah lembut. Setelah dipindahkan ke kamar VVIP, Dean tertidur dengan pulas di sofa besar di ruangan itu.

"Re, maafin aku", Rama kembali meminta maaf pada Rera.

"Ram, aku tau kamu nyesel. Tapi aku pengen kamu buat aku sayang sama kamu lagi." Jawab Rera lemah. Ia tak tega melihat kekasihnya memohon mohon untuk kesekian kalinya.

"Aku janji sayang"

Cup, ciuman lembut itu berakhir di pipi Rera. Dan Rera hanya tersenyum menyukai sifat Rama yang melunak. Rama memegang tangannya, menunggunya hingga tertidur.



To be continued...

Hai guys, I'm back. Maafin ya, udah hiatus lama banget :"

Sex(y) LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang