Xelia Hospitals, 6am
"Kak, k... Kakak... " panggil Rera lirih. Namun, Dean masih memasang earphone di telinganya, menenangkan diri dan menghilangkan jet lagnya yang sudah melekat sejak kemarin.
Tanpa kehabisan akal, Rera langsung saja mengangkat tangannya pelan, berusaha memberi sinyal kepada kakaknya bahwa dia membutuhkan kakak semata wayangnya tersebut. Dean yang sedang asik memainkan ponsel pun akhirnya menyadari gerakan Rera. Tanpa basa basi, Dean menghampiri Rera dengan perasaan yang sangat lega.
"Akhirnya lo sadar juga Re, gw sempet ngira kalo lo gabakalan kembali lagi di dunia ini", begitulah Dean, mulutnya memang tidak bisa dikontrol siapapun, bahkan Dean sendiri tak bisa mengontrolnya.
"Kak", jawab Rera sambil tersenyum. Adik Dean yang satu ini mengerti betul bagaimana sikap kakanya yang terlewat tomboy.
"Dek, lo gw pindah ke tempat nenek, Surabaya. Semua barang barang lo udah gw pindah ke appartemen kita yang ada di daerah selatan. Kuliah lo juga udah gw atur. Semuanya udah beres", jelas Dean panjang lebar.
Dean tau bahwa Rera pasti tidak akan mengingat hal apapun tentang mantannya, Rama. Rera memiliki suatu kelainan psikologis. Sejak kecil, Rera dapat dengan cepat melupakan kenangan buruknya, sehingga Rera selalu kehilangan sebagian memorinya tentang hal hal yang dianggapnya buruk. Bahkan Rera tidak mungkin tau alasan sebenarnya Ia dirawat di rumah sakit.
1 month later
"Aduh, hari ini hari pertama gw masuk kampus. Mana gw lupa lagi jalan di Subay, aduh gimana ya bener bener lupa nih anjing", gerutu Rera pagi itu di apartmentnya.
Rera membenarkan kemejanya dan menyisir rambutnya seraya mengunyah roti yang sedari tadi Ia gigit. Dengan frustasi, akhirnya Rera memutuskan untuk menghubungi Dean yang sedang kembali bertugas di luar pulau Jawa.
Phone's ringing
Rera: DEANNNN!!!!
Dean: busyet, lo pagi pagi udah ngegas, santai dong. Ini baru jam 8 begoo, masih sibuk di kantor nih gw
Rera: eh anjir, bukan gitu ya maksud gw, gw cuma bingung kak, gimana cara gw pergi ke kampus. Gw udah lupa sama jalan di Subay. Lo kalo mindahin gw yang serius dong, jangan setengah setengah
Dean: eh lo kalo bego jangan keterlaluan deh. Apa fungsinya sticky notes di kulkas kalo lo gapernah baca semenjak seminggu lalu lo keluar dari RS
Rera: emang ada sticky notes yak di pintu kulkas?
Dean: eh begoo, cek dulu sana. Gila deh nyokap, ko bisa bisanya punya anak macam lo
Rera: eh iya ding, ini gw baru baca sticky notes hehe. Makasi kak udah dikasi asisten pribadi, gw sayang looooo
Dean: lain kali dibaca ya apa apa yang sekiranya penting, bisanya ngebo mulu. Udah ah, sekretaris gw udah ngingetin kalo waktunya rapat. Lo cari cowok gih sana, biar ada yang jagain lo. Ati ati di jalan ya adek tololku.
Rera: eh kata siapa gw tol.....Tut tut tut...
"Eh anjir, nih orang dari dulu gapernah berubah, selalu aja matiin telpon tiba tiba", omel Rera sebelum akhirnya ia memutuskan untuk menghubungi asistennya.
Sesampainya di kampus, Rera langsung dikejutkan oleh tatapan tatapan mahasiswa yang ada di kampus tersebut. Banyak tatapan kagum yang memandanginya. Namun, tanpa banyak bicara, Rera langsung saja menuju ke pos satpam untuk bertanya mengenai denah kampus.
"Pak, bisa minta denah kampus nggak?" tanya Rera santai. Pak satpam yang berjaga langsung mengambilkan secarik kertas yang diatasnya tergambar denah kampus dengan jelas.
"Mbaknya yang pindahan dari Jakarta itu kan? Adeknya nak Dean?" tanya Pak satpam sopan.
"Eh iya pak, kok bapak bisa tau si? Kan aku baru aja sampe", Rera bertanya dengan antusias.
"Iya mbak, semua staff di sini udah tau. Kalo mbak kesulitan silahkan menghubungi cp yang ada di denah ya mbak", jawab pak satpam.
"Oke bapak, trims ya, aku mau cari kelasku dulu", pamit Rera.
Setelah berjalan sekitar 5 menit, akhirnya Rera dapat menemukan gedung tempat mata kuliah pertamanya ditempuh. Rera memasuki gedung tersebut dengan santai dan sesampainya Ia di ruang kelas, betapa terkejutnya dia dengan bahasa asli Surabaya yang benar benar asing di telinganya.
Rera duduk di kursi paling belakang, merasa tak nyaman, akhirnya ia mengambil earphone kesayangannya dan langsung memutar playlist lagu andalannya. Namun, tak lama kemudian ada seorang mahasiswi yang manis tiba tiba duduk di sebelahnya. Mahasiswi tersebut tersenyum ke arahnya dan langsung saja mengulurkan tangannya.
"Hai, kamu mahasiswi pindahan kan? Kenalin, aku Billie. Namamu siapa?" sapa Billie dengan lembut. Rera melepas earphonenya dan langsung menjabat tangan Billie.
"Hai, kenalin gw Rera, dari Jakarta. Lo dari mana?" Rera menggunakan logatnya sehari hari untuk menyahuti sapaan kenal Billie.
"Aku dari Surabaya asli sih", jawab Billie.
"Yaudah, gw dengerin lagu dulu ya", izin Rera yang ditanggapi dengan anggukan manis Billie.
Ya, hari pertama Rera memang flat hingga sepulangnya ia dari kampus. Rera berjalan menuju pintu keluar gedungnya dan tiba tiba ada sesosok cowok yang tidak asing di mata Rera.
"Hei dil, lo kuliah disini?", sapa Rera kepada teman SMAnya yang kini satu kampus bersamanya.
"Eh elu Ra, iya gw kuliah disini. Kayanya lo kuliah di Jakarta deh, kenapa tiba tiba ada di Subay si?", tanya Abdil penasaran.
"Ceritanya panjang. Btw, lo pulang sama siapa ntar?"
"Gw si sendiri, mobil gw males bawa orang banyak banyak wkwk", jawab Abdil cekikikan.
"Lo tetep aja ya dil dari SMA. Yaudah deh gw balik dulu."
"Eh Ra, chat gw ya, nomer lo ilang"
"Ilang apa sengaja dihapus? Dasar buaya", ejek Rera.
"Anjir bacot lu, sana sana pergi dah lu yang jauh", usir Abdil dengan senyumannya yang menggoda iman Rera.
"Yauda, bye", jawab Rera santai.
Sepanjang perjalanan pulang, Rera asyik dengan hpnya, mulai dari mencari nomor Abdil hingga stalking ig Abdil. Ya, Abdil adalah salah satu cowok terganteng di sekolahnya. Rera pernah mengangumi Abdil walaupun ia tak pernah menyampaikan perasaannya.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Sex(y) Lady
RandomWARNING!!!!! HANYA UNTUK 18++ **CLOSE FOR UPDATE** SILAHKAN MEMBACA SERIES AUTHOR YANG LAIN