Day 1 Pregnant

384K 2.1K 29
                                    

Oke guys, makasi udah vote di pengumuman
Dan inilah dia yang kalian tunggu tunggu ^ω^

November, 11th

"Re, bangun" Rama berkata dingin.
Sosok yang dipanggilnyapun perlahan mengerjapkan mata. Hari sudah siang, namun Rera tetap belum makan dan tertidur akibat rasa kecewanya dengan janin yang dikandungnya.

"Ram, udah pulang?" tanya Rera serak, suara khas orang bangun tidur.

"Iya, ini buat kamu", Rama menyodorkan sekotak coklat dan bunga yang ia bawa, namun sikapnya tetap dingin.

"Aku gak nafsu makan Ram, tapi, makasih coklat dan bunganya. Aku suka", Rera tersenyum lembut, ia tak menyadari bahwa sikap Rama berubah menjadi cuek.

"Makan aja, aku ada perlu diluar Re. Jangan tunggu aku, kalo mau makan ntar tinggal pesen anter aja. Kamu baik baik ya", Rama mengecup kening Rera sebentar dan sangat dingin.

"Iya, hati hati ya", Rera memandangi tubuh Rama yang perlahan mulai menghilang dibalik pintu apartemen.

Tes....

Air mata Rera jatuh. Ia menangis sekuat tenaga, menjerit, dan merutuki semua keteledorannya. Rera baru saja menyadari bahwa Rama telah bersikap dingin. Rera juga baru menyadari bahwa testpack yang berada di kamar mandi itu sekarang telah berada di sebelah tempat tidurnya.

Rera takut, takut apabila Rama meninggalkannya
Rera cemas, cemas apabila Rama tidak bertanggung jawab atas apa yang telah ia lakukan

Perlahan, Rera berjalan ke sofa, duduk sambil meratapi semua kejadian besar hari ini dan akhirnya, ia kembali tertidur karena kelelahan

Bir Addicted, 2 p.m

"De, gw harus gimana?"

"Apa lo bilang?"

"Gw harus gimana De?", Rama melantangkan suaranya, namun ini kondisi maklum karena Rama dan temannya, Deka sedang berada di sebuah bar dengan musik yang sangat kencang.

"Gw tau lo gamau nikah dulu, tapi setidaknya tanggung jawab dong Ram", Deka memberi saran yang sangat masuk akal bagi Rama.

"Gw takut mencoret nama baik keluarga", sahut Rama menunduk.

"Lu gamau mencoret nama baik, tapi lu sendiri enak aja goyang anak orang tanpa pengaman"

"Gw tau gw salah" jawab Rama tak mau kalah.

"Gimana kalo lo lamar aja dia?" Deka memberi saran sambil menenggak habis sebotol bir yang ia beli.

"Itu masuk akal De, tapi gw takut dia anggep gw lamban, masa dia hamil gw masih ngelamar dia?" Rama juga mengikuti Deka, menenggak habis botol ketiganya.

"Ram, lu mabuk?" Deka memastikan.

"Lu temen gw sejak gw bau kencur, tapi malah gatau kalau gw jagonya nahan mabuk, dasar babi", Keduanya tertawa lepas.

Jam menunjukkan pukul 9 malam, Rama dan Deka meninggalkan bir yang menjadi saksi bisu Rama memutuskan sebuah pilihan.

Rama melajukan mobilnya ke toko perhiasan, memilih cincin termahal dan terbagus di toko itu. Dengan keyakinan yang mantab, Rama akan melamar Rera malam ini juga.

"Reraaaaaa", teriak Rama seraya membuka pintu.

Sahutan tak kunjung terdengar, membuat Rama cemas. Akhirnya rama mencari Rera di tempat tidur, namun juga tak kunjung menemukannya. Akhirnya, Rama mencarinya di ruang tamu. Tepat sekali, kekasih tersayangnya sedang tidur.

But, wait, Rama tidak bisa membangunkan Rera. Tubuhnya dingin akibat AC yang dinyalakan terus menerus. Bibir Rera juga pucat, nafasnya lemah. Dan saat Rama hendak membawanya ke tempat tidur, Rama menyadari ada darah yang mengalir dari kewanitaan Rera

Tanpa basa basi lagi, Rama membopong Rera ke rumah sakit

Sesmpainya di rumah sakit, Rera dibawa ke ruang UGD. Dokter terus memeriksa secara intens

Namun, diluar ruangan UGD,  tampak sesosok Rama yang terisak.

to be continued...

Sex(y) LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang