"Re, vagina lo enak banget, ahhhhh", desah Abdil sambil menaikkan kecepatan memompanya.
"Ahh, fuck fuck, fuck harder dude", teriak Rera frustasi.
"Ih, enak banget ngentod anjer", sambar Abdil.
"Dilll, gw mau nyampe klimaks nih, ahhhh", desah Rera.
Kringggggg
Rera kaget dengan bunyi alarmnya, ia membuka matanya dan langsung menutup wajahnya dengan boneka kesayangannya. Frustasi menyerangnya karena percintaannya dengan Abdil hanyalah mimpi belaka.
Tanpa banyak babibu, Rera langsung pergi ke kamar mandi dan sesegera berangkat ke kampus. Ia memasang alarm sesuai dengan jadwal kelasnya.
Sesampainya di kampus, Rera turun dari mobil pengawalnya dan berjalan mencari gedung dan kelasnya, namun di tengah jalan, ia dipanggil oleh sesosok orang yang berada di mimpinya.
"Re, Reraaaa", teriak Abdil.
"Ha? E... Eh, Abdil?", jawab Rera terbata bata dengan wajah memerah.
"Eh, lu kenapa si? Kok muka lu merah gitu, kaya ketemu setan aja", tanya Abdil sembari berjalan menjajari Rera.
"Eh apaan si, gw kepanasan tau", jawab Rera sambil menutup mulutnya menggunakan buku kuliahnya.
"Eh lu kalo boong selalu keliatan ya begooo. Ciri ciri lo boong tuh ya selalu nutupin muka lo. Dasar tukang boong", ejek Abdil sembari menahan ledakan tertawanya.
"Anjir, pergi sana lo!", bentak Rera malu malu.
"Ngapain pergi, tujuan kita sama anjir, gw ambil kelas yang sama kaya lo", jawab Abdil santai.
"Eh, lu tau darimana data kelas gw?" selidik Rera curiga.
"Lu ngeremehin gw lagi, lu gabakalan gw sapa", ancam Abdil.
Ancaman itu memberi pukulan telak terhadap argumen Rera. Rera seketika bungkam mengingat siapa sosok Abdil yang sebenarnya. Namun, ia sedikit bangga karena Abdil memperhatikannya.
"Iya deh, serah lu", jawab Rera pasrah.
"Eh Re, lu ada acara gak malem ini?" tanya Abdil hati hati.
"Ngga ada si. Kenapa emang?" tanya Rera penasaran.
"Mau temenin gw gak?" tanya Abdil.
"Kemana?" timbal Rera.
"Ada deh, lu pake baju ala ala Jakarta aja ya. Jangan pake yang ala Subay, gaasik", Abdil mengatakannya sambil mengedipkan matanya.
"Iya deh iya, serahhhhhh, gw kan santuy setiap saat"
"Gw jemput di apartement lu jam 9 malem ya, jangan molor, males gw kalo lu molor", ejek Abdil.
"Hmmm, iya iya bawel", jawab Rera sembari duduk di salah satu kursi di ruangannya.
Tak disangka, Abdil membuntuti Rera dan duduk di sebelahnya. Wajah Rera kembali memerah karena teringat mimpinya.
Mata kuliah berlangsung dengan damai, namun hati Rera kembali berdegup kencang karena Abdil selalu memperhatikannya. Hingga mata kuliah berakhir pun, Abdil selalu membuntuti Rera hingga Ia masuk ke mobil asistennya.
Appartemen Rera
Rera menghubungi asistennya untuk memberitau bahwa ia akan pergi bersama temannya.
Rera: pak, gw nanti mau pergi sama temen. Jadi bapak gaperlu nganter gw ya
Asisten: siap non, ntar kalo ada apa apa hubungin bapak aja ya.
Rera: oke pakTepat jam 9 malam, Rera sudah menunggu Abdil di depan appartemennya. Tak lama kemudian, mobil sport warna merah menepi, membuka kacanya, mengisyaratkan agar Rera segera masuk ke dalam mobil.
"Wuih, gini dong, kaya anak Jakarta", puji Abdil sembari menggigit bibirnya. Hal ini membuat Rera semakin berbunga bunga karena Rera menyukai Abdil saat menggigit bibirnya.
"ih, apaan si buaya loo", tanggapan itu hanya dibalas oleh senyum nakal Abdil. Tanpa babibu lagi, Abdil melajukan mobilnya ke salah satu bar yang lumayan jauh dari apartement Rera.
Rera santai saja karena sebelumnya ia juga pernah pergi ke bar bersama teman temannya. Sesampainya di bar tersebut, Rera langsung disambut oleh teman teman Abdil yang terhitung banyak. Dan mereka telah membawa pasangan mereka sendiri sendiri.
"Eh Re, lo bisa minum kan?" tanya Abdil berhati hati agar Rera tetap tenang.
"Lo lupa julukan gw di sekolah dulu Dil? Gw tuh ahlinya hehe", jawab Rera sedikit sombong.
"oke, gw tantang lo banyak banyakan minum sama gw", jawab Abdil sambil tersenyum nakal
"Oke, siapa takut, kalo kalah hukumannya apa?" tanya Rera santai sambil menghisap vapornya.
"Terserah yang menang", jawab Abdil sambil menuangkan bir ke dalam 10 sekoci yang selanjutnya dibagi menjadi 5 sekoci masing masing.
Satu sekoci, keduanya berhasil
Dua sekoci, keduanya masih berhasil
Tiga sekoci, Abdil mulai merasa mual
Empat sekoci, Abdil muntah dan merasa pusing
"Oke, gw menang hahahaha", ujar Rera sambil menahan sendawanya.
"Ah, iya, jadi apa hukuman buat gw?" tanya Abdil sambil membersihkan mulutnya.
Tanpa banyak ucapan, Rera mendekati wajah Abdil, mencium mulutnya lembut dan menarik rambutnya kuat kuat. Rera seakan tidak ingin ciuman itu berakhir.
Abdil tidak tinggal diam, dia meremas payudara Rera yang besar dan mulai menggigit leher Rera perlahan. Rera mengerang keenakan.
"Re, ke atas yuk, gatahan nih gw", ajak Abdil yang notabenenya lantai atas adalah tempat persewaan kamar untuk one night stand.
"Boleh", jawab Rera sambil menahan nafsunya.
Dengan sempoyongan, kedua orang tersebut langsung menaiki tangga dan reservasi ruangan VVIP yang terkenal dengan fasilitasnya yang lengkap. Sesampainya di dalam kamar, Rera langsung melanjutkan aksinya mencium Abdil brutal. Abdil pun tidak tinggal diam. Ia membuka baju Rera yang hanya sepaha itu sembari meremas payudaranya.
"Ahhh, Abdil, lo ganas juga ternyata", desah Rera kenikmatan.
"Re, bukain baju gw dong", pinta Abdil manja. Rera pun membuka baju Abdil dan tanpa disangka, Rera juga membuka celana Abdil, meloloskan Mr. P yang sangat besar itu dari sangkar yang menyiksanya.
"Anjir, punya lo gede banget Dil", ucap Rera setengah sadar, Rera menyadari bahwa dirinya sedang mabuk, namun Rera tidak dapat melewatkan momen dimana ia akan bercinta dengan orang yang pernah ia cintai saat SMA.
"Iya nih, sedot gih, udah lama gapernah diajakin main dia", perintah Abdil
To be continued...
Maapin ya guys, bikin penasaran hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Sex(y) Lady
RandomWARNING!!!!! HANYA UNTUK 18++ **CLOSE FOR UPDATE** SILAHKAN MEMBACA SERIES AUTHOR YANG LAIN