Happy reading! ^^
Jeonju, 15.00 KST.
Sohyun melambaikan tangannya pada Sehun dan Kyungsoo yang sudah membantunya pindah hari ini. Ya, tidak banyak barang yang gadis itu bawa, hanya pakaian, dan beberapa buku sekolahnya. Sebelumnya Kyungsoo memberikan sejumlah uang untuk Sohyun. Gadis itu sempat menolaknya, namun Kyungsoo tetap memaksa.
"Setidaknya untuk pegangan saja," kata Kyungsoo. Pria itu juga berjanji akan mengirimkan Sohyun uang jika ia membutuhkannya karena Kyungsoo sudah memiliki rekening sekarang.
Ya. Inilah kehidupan Sohyun yang baru.
Gadis itu menatap rumah barunya sepeninggal Sehun dan Kyungsoo yang kembali ke Seoul. Untuk pertama kalinya, ia benar-benar merasa sendirian. Di tempat yang jauh dari tempat lahirnya, dan jauh dari Kyungsoo yang sejak kecil selalu bersamanya.
Rumahnya memang tergabung dalam satu wilayah penginapan, namun gadis itu mendapatkan sebuah rumah khusus yang terpisah dengan ruangan lainnya. Memasuki ruang tamunya, sebuah ruang minimalis dengan alas karpet yang terlihat serasi dengan warna dinding yang terbuat dari kayu itu. Beberapa lukisan dipajang di sana, dan jendela kayu yang mudah untuk dibuka dari dalam.
Lurus ke depan, adalah sebuah dapur minimalis, dengan jendela yang berada di belakang kompor. Jika membuka jendela itu, maka ada pemandangan menarik di mana terdapat rumah-rumah lagi di bawahnya dan sebuah danau kecil yang indah. Ya, rumah Hanok milik Ny. Byun Jaeri ini terletak di dataran yang sedikit tinggi daripada rumah yang lain. Kamar Sohyun berada di sisi kanan dari ruang tamu. Kamar itu tidak terlalu kecil dan besar, sedang saja. Namun entah mengapa Sohyun sangat menyukai kamarnya sekarang. Walau tempat tidurnya adalah sebuah kasur yang diletakkan di lantai, gadis itu merasa sangat nyaman. Jendela di kamar ini juga terlihat menarik, karena ketika membukanya, sinar matahari pagi akan langsung masuk. Saat sore, kamar ini tidak terasa panas.
Gadis itu mendudukan dirinya di kamar dan menatap sekeliling kamarnya. Hampa dan kosong, namun terasa hangat. Berbeda dengan rumah lamanya. Berbicara soal rumah lamanya, Sehun benar-benar menepati janjinya untuk membayar uang sewa rumah Sohyun. Pria itu loyal sekali.
"Sohyun, boleh aku masuk?" tanya Baekhyun dari luar kamarnya.
"Oh, iya," jawab Sohyun. Pria Byun itu pun masuk ke dalam Sohyun dan tersenyum.
"Kau suka rumah ini?" tanyanya.
Sohyun tersenyum tipis dan mengangguk sopan, "Ini sangat nyaman. Aku menyukainya. Terima kasih banyak, Tuan Byun."
"Eii... jangan panggil aku seperti itu," ujar Baekhyun menyipitkan matanya sambil tersenyum, "panggil aku Baekhyun saja. Kudengar kau memanggil temanku dengan namanya saja tanpa embel-embel 'Saem'."
"Ah... baiklah," jawab Sohyun tersenyum lagi.
"Kalau kau ingin makan, kau bisa mampir ke rumahku dan ibuku. Kalau kau ingin bahan makanan dan memasak di sini, ambil saja di rumahku. Tapi kalau bisa, kau membantu ibuku memasak dan makan bersama kami."
Sohyun menganggukkan kepalanya, "Baik. Terima kasih, Baekhyun."
Baekhyun tersenyum, "Kalau begitu aku permisi. Selamat beristirahat." Ia pun keluar dari kamar Sohyun dan membiarkan gadis itu kini kembali dalam hening di kamarnya. Namun ketika Sohyun sedang membereskan barang-barangnya, suara derap langkah kembali menuju kamarnya.
"Sohyun, ini ada titipan dari Sehun," kata Baekhyun lagi dari luar kamar Sohyun.
"Titipan?" gumam Sohyun. Gadis itu pun keluar dan ia langsung disuguhkan dengan sebuah kotak hitam di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Sunshine ✔️
RomanceHidup bagiku adalah sebuah kutukan. Tidak kumengerti kenapa orang menghargai kehidupan. Mati. Itu yang aku inginkan. Karena bagiku, kedua hal itu tidak jauh berbeda seperti yang kujalani sekarang. Apakah kematian jauh lebih baik dari kehidupanku? N...