Chapter1

2.4K 80 3
                                    

Sebelum membaca cerita ini di harapkan terlebih dahulu membaca cerita Pejuang LDR . Ok thanks~
Jngn lupa vomen ya:)

.
.
.
.

Setelah kepergian Alysa yang secara tiba-tiba membuat Jeje sedikit murung. Ia merindukan adik kecilnya yang sangat ia sayangi. Jeje benar-benar menyesal dengan segala yang sudah terjadi. Dengan segala sikap bodohnya yang tega menyakiti gadis lugunya. Ya, dulu Alysa adalah adik kecilnya yang begitu lugu, begitu manis, dan begitu ia sayangi.

Jika boleh memutar waktu, Jeje tak akan membiarkan Alysa berharap padanya dengan begitu hebatnya.
Sehingga ia tak harus melukai Alysa dan membuatnya pergi jauh meninggalkannya. Bahkan kini Jeje tak tahu dimana keberadaan Alysa, semua teman dekat Alya seakan tutup mulut dengan begitu rapatnya.

"Sayang, kenapa?"

Jeje tersadar dari lamunan panjangnya. Di depannya telah berdiri seorang gadis cantik yang berstatus sebagai kekasihnya. Kekasih yang dulu hanya mampu ia lihat lewat layar kaca handphone kini dapat ia lihat dengan jelas bahkan dapat ia sentuh juga.

Setelah kejadian masalalu yang menimpa mereka. Kekasihnya memilih menetap di tempatnya dan mencari tempat pendidikan yang ada di daerah tersebut.

"Kapan kamu kesini?"

Senyum hangat Jeje tunjukan tak lama saat siluet menawan itu terpampang jelas di matanya. Wajah yang tak pernah bosen ia pandang, tubuh yang tak pernah jenuh ia rengkuh, dan mata indah yang tak pernah jengah ia tatap.
Dia Dila Anggina Putri, kekasihnya, semestanya.

"Barusan. Kamu kenapa ngelamun? Ada yang di pikirin?"

Usakan lembut Jeje berikan pada puncak kepala Dila. Senyum hangat tak pernah luntur dari bibirnya. Dan mata berbinar menyiratkan penuh cinta tak pernah lepas dari pandangannya.

"Aku gak papa sayang... Oh ya tentang tawaran aku yang minta kamu tinggal bareng aku udah kamu pikirin? Besok aku juga udah mulai masuk kuliah di tempat kamu, kita kan jadi bisa pulang-pergi bareng."

Beberapa bulan yang lalu Jeje telah menyeleskan pendidikan setara Kejuruannya. Dan ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di tempat yang sama dengan kekasihnya tersebut.

"Udah aku pikirin kok. Aku mau, cuma..."

Dila menggantungkan ucapannya sehingga membuat Jeje menaikan sedikit alisnya dan menatapnya penuh tanya.

"Ihh.. Kok diem aja?!"

Dila menghentakan kakinya dan menatap kesal ke arah Jeje yang semakin menukikan alisnya kedalam.

"Lah.. Aku kan lagi dengerin kamu."

"Au ah!"

Jeje menghembuskan nafasnya kasar. Salah lagi salah lagi, pikir Jeje. Padahal niatnya hanya tak ingin menyela ucapan sang kekasih agar ia cepat menyelesaikan ucapannya . Jeje mana tahu jika hal itu membuat Dila kesal, Jeje kan bukan cenayang.

Jeje menarik Dila kedalam pelukannya. Menaruh dagunya di ceruk leher Dila dan mengecupnya beberapa kali.

"Marah mulu."

"Kamunya ngeselin."

"Yaudah maafin aku ya?"

Jeje mengecup sekilas pipi Dila dan mengacak rambutnya gemas. Membuat Dila sedikit menggerutu dan semakin memanyunkan bibirnya sebal.

"Jeje ih.. Berantakan!"

Jeje hanya terkekeh menanggapi semua protesan Dila. Jeje selalu merasa bahagia saat membuat Dila kesal, karna Dila akan berkali-kali lipat terlihat lebih lucu saat sedang merasa kesal.

"Jadi gimana? Kamu mau tinggal sama aku?"

"Iya. Tapi gak dalam waktu deket. Paling cepet ya bulan depan."

Raut wajah Jeje seketika langsung berubah. Terlihat jelas raut tidak suka yang Jeje tunjukan. Sekilas membuat Dila tersenyum melihat perubahan raut wajah Jeje, ia paham akan sikap Jeje yang tidak sabaran.

"Loh kenapa?"

Intonasi suara Jeje sedikit meninggi. Terdengar jelas nada kesal dan tidak terima yang Jeje keluarkan. Lagi-lagi membuat Dila tersenyum.

"Ya gapapa. Satu bulan gak lama kok sayang, sabar ya."

Dila mengelus pipi Jeje pelan, senyum masih merekah di bibir tipisnya. Jeje mendengus dan menangangguk terpaksa. Dila yang menyadari kekesalan Jeje pun langsung memeluknya erat, ia berharap pelukannya dapat menghilangkan rasa kesal sekaligus memberikan pengertian terhadap Jeje.

Akhirnya Jeje mau mengerti dengan keputusan Dila. Namun dengan raut wajah yang masih terlihat sebal Jeje mengajukan persyaratan bahwa malam ini Dila harus menemaninya, berbagi selimut, saling memeluk dan saling menghangatkan.

Tak terasa jam telah menunjukan pukul 23.30 tetapi Dila masih duduk di depan laptop untuk mengerjakan segudang tugas yang Dosennya berikan. Sesekali matanya melirik ke arah Jeje yang tengah duduk sambil menangkup dagu di sampingnya. Dila berkali-kali menahan tawa saat melihat Jeje hampir terjungkal karna tidak terasa duduk sambil tertidur.

Karna tidak tega melihat Jeje yang terus-terusan hampir terjungkal, akhirnya Dila memutuskan untuk menutup laptopnya dan menatap gemas ke arah Jeje yang tengah berusaha tetap terjaga. Tak sering juga ia sesekali mengucek-ngucek matanya dan menguap lebar.

"Kalo ngantuk kenapa gak tidur aja hm? Maksain banget buat tetep nemenin aku. Aku tau loh kamu hampir beberapa kali mau nyusruk. Ayo pindah ke kamar."

Dila menarik tangan Jeje dan menuntunnya masuk ke dalam kamar. Saat sampai di dalam kamar, Jeje langsung membaringkan tubuhnya dan tak lama terdengar dengkuran halus menandakan ia telah sampai pada alam mimpinya.

"Selamat malam. Love you."

Ucap Dila sambil mengecup pucuk kepala Jeje dan ikut membaringkan tubuhnya di sebelah Jeje dan memeluk Jeje erat.

Author come back:v
Ada yang kangen sama kisah melow Jeje sama Dila? :v
Maafkan author di cerita lanjutannya ini bakal gak kalah melow deh, kayanya:v
Buat semua yang udah setia baca cerita gaje author, thanks All~:*

Akhir Pejuang LDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang