Hari ini seluruh keluarga Jeje melakukan perjalanan menuju Surabaya untuk menemui keluarga besar Dila. Sebelumnya mereka telah memberitahukan niat kedatangannya melalui telepon. Awalnya keluarga Dila kaget, apalagi ayahnya yang awalnya tidak setuju karna Dila bahkan belum menyelesaikan kuliahnya. Namun dengan sedikit pengertian dan menceritakan tragedi yang terjadi anatar Dila dan Riski, akhirnya ayah Dila menyetujui meski awalnya ia benar-benar marah besar pada Dila.
Semuanya pergi, terkecuali Jeje yang kini tengah melajukan motornya di tengah hiruk pikuk jalan raya kota Bandung. Dengan alasan sibuk dengan kuliah dan banyak mata pelajaran yang tak bisa di tinggalkan, akhirnya semuanya sepakat untuk tak mengajak Jeje. Salsa hanya tersenyum kecut saat Jeje mengeluarkan segala alibinya, karna Salsa tau alasan sebenarnya mengapa Jeje tidak mau ikut ke Surabaya.
Jeje memarkirkan motornya tepat di depan sebuah gerbang sekolah. Sekolah yang dulu hampir setiap hari ia kunjungi. Rasanya baru kemarin ia melakukan kegiatan masa orientasi siswa namun saat ini ia telah menjadi alumni.
Gerbang mulai terbuka. Terlihat siswa-siswi mulai berhamburan keluar. Dari yang berjalan kaki menuju halte, naik motor, hingga yang mengenakan mobil.
Jeje membuka helmnya lalu melambaikan tangannya ke arah seorang gadis yang kini tengah berlari kecil ke arahnya.
"Hey!"
Jeje mengusak surai hitam gadis di depannya dengan senyum manis yang terukir d bibirnya.
"Kok gak telpon dulu?"
"Tadi gak sengaja lewat sini, sekalian aja jemput kamu."
Gadis itu hanya ber-oh ria sambil mengangguk-ngangguk lucu.
"Kakak gak kuliah?"
"Tadi cuma ada dua mata pelajaran pas pagi. Ayo naik! Tapi kakak lupa gak bawa helm lagi, gapapa?"
Gadis itu--Alysa, hanya mengangguk lalu mulai naik ke atas motor dan mendudukan dirinya di kursi penumpang. Jeje mulai menyalakan mesinnya lalu melajukan motornya dengan kecepatan sedang.
"Mau langsung pulang atau kemana?"
"Hah?! Apa kak?"
Jeje mengurangi kecepatan laju motornya lalu membuka kaca helm agar suaranya lebih terdengar jelas oleh Alysa.
"Mau pulang atau jalan-jalan dulu?"
"Aku lagi mau eskrim, ke kedai eskrim dulu aja yuk?!"
Jeje hanya mengangguk. Lalu menutup kaca helmnya dan mulai menaikan kecepatan laju motornya menuju kedai es krim yang sering mereka kunjungi.
Setelah mampir ke kedai es krim, keduanya memutuskan untuk pulang ke apartemen Alysa. Kini Jeje tengah duduk sambil memperhatikan Alysa yang tengah memasak makanan untuk keduanya.
Tak jarang sudut bibir Jeje terangkat ke atas saat melihat Alysa begitu lihai meracik masakan yang harumnya sudah mulai tercium begitu lezat.
Bola matanya bergerak kesana kemari sesuai dengan gerak tubuh Alysa.Pikiran Jeje kini mulai menerawang jauh saat dimana pertama kali ia bertemu dengan Alysa. Menyelamatkan gadis cantik yang dua tahun di bawahnya itu dari tabrak lari. Ia tak menyangka takdir akan membuatnya begitu dekat dengan Alysa.
Jeje sedikit tersenyum kecut tatkala mengingat begitu banyak luka dan air mata yang telah ia berikan pada Alysa. Saat Jeje menatap mata bulat itu, terpancar segala ketulusan di dalamnya. Jujur Jeje sangat menyesali semua perbuatannya, apalagi perbuatan yang ia lakukan pada malam itu. Jeje sedikit menghela nafas, perasaan bersalah terus menyeruak masuk kedalam setiap rongga dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akhir Pejuang LDR
RomanceAda saatnya semuanya harus berakhir. Saat takdir tak lagi menentukan kebersamaan, perpisahan adalah jalan mengecewakan yang harus di ambil. Saat sebuah kebohongan menghancurkan kepercayaan, dan keegoisan pula menghancurkan sejuta harapan. Saat tub...