"Janji adalah suatu kalimat yang mudah di ucapkan, namun terkadang sulit di jalankan."
.
.
.Rintikan hujan di pagi hari ini seakan enggan untuk pergi. Setiap percikan airnya membasahi apapun yang berada di muka bumi. tak terkecuali dengan gadis cantik yang tengah berlarian menghindari hujan yang kian semakin deras, dan umpatan-umpatan kecil tak henti-hentinya keluar dari bibir tipisnya.
"Kampret.. Ujannya makin gede. Huwaa.. Fiks nyari tempat neduh ini mah."
Setelah menemukan tempat berteduh, gadis itu sedikit menepuk-nepuk pakaiannya yang hampir basah kuyup. Memajukan sedikit bibirnya dan umpatan-umpatan kembali terlontar dari bibir tipisnya.
"Buset becek dah muka gue, eyeliner gue luntur juga pasti ini mah."
Gadis itu mengeluarkan kaca dan tisu dari dalam tasnya. Sedikit meringis saat bayangan wajahnya yang berantakan terpampang jelas di cermin yang tengah ia pegang.
"Ya ampun Dila muka lo ancur banget anjir."
Saat gadis itu---Dila, tengah sibuk membersihkan wajahnya, tiba-tiba ada gadis lain yang berlari dan ikut berteduh bersamanya.
Sejenak ia mengalihkan pandangannya pada gadis itu. Pandangan mereka bertemu, seketika badan Dila sedikit menegang dan nafasnya mulai memburu."Hai, lama gak ketemu."
Ucap gadis itu sambil tersenyum. Itu bukan senyum tulus, namun senyum yang penuh akan arti. Perasaan takut mulai menghampiri Dila. Dila takut jika gadis itu kembali karna ingin membuktikan sumpahnya dulu. Atau gadis itu akan menagih janji yang dulu pernah Dila ucapkan. Dila takut, apalagi dengan keadaan dirinya yang sekarang, yang tengah terjebak dalam dua pilihan yang sama-sama membingungkan.
Hening. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing. Sampai akhirnya hujan mulai semakin reda namun tak ada seorangpun di anatara mereka yang angkat bicara. Sampai akhirnya gadis itu mengucapkan kalimat yang bahkan tak ingin Dila dengar, ucapan yang membuat tubuh Dila kembali menegang.
"Lo udah janji, dan lo ingkar. Sekarang gue kembali, sumpah itu masih berlaku sampe saat ini. Kali ini gue gak akan lepasin apa yang dulu pernah gue lepasin," ucap gadis itu sebelum melenggang pergi meninggalkan Dila.
~O~
Jeje terus mengumpat karna Dosen mata kuliahnya kali ini benar-benar menyebalkan. Masuk ke dalam kelas hanya untuk mengisi absen dan memberikan tugas yang menumpuk.
"Dasar botak sialan, ngasih tugas gak kira-kira."
Jeje tengah merapikan perlengkapan belajarnya di temani oleh Rey yang terus menatapnya jengah.
"Berisik bego, ngomel mulu lo. PMS?"
"PMS mata lo!"
"Yee..ngegas."
Rey menoyor pelan kepala Jeje sehingga membuat Jeje mendengus sebal. Karna terlalu kesal dan terus-terusan mengumpat Jeje sampai tidak menyadari bahwa perutnya sudah berteriak-teriak minta di isi. Akhirnya setelah selesai dengan aktifitas memasukan buku-buku ke dalam tas nya, Jeje memutuskan untuk mengisi perut sejenak sebelum mengikuti mata kuliah yang berikutnya.
"Udah ah kantin kuy, laper gua."
Sesampainya di kantin Jeje kembali mengumpat, pasalnya kantin sangat penuh dan semua tempat duduk sudah terisi. Rey hanya mendengus mendengar segala sumpah serampah yang terus Jeje rapalkan.
"Kantin udah kaya pasar anjir. Penuh, sumpek. Ini kampus bagusnya doang tapi kantin kagak memadai. Ini udah kepenuhan kapasitas buset dah. Kalo gak ada kursi siapin karpet kek buat lesehan."
Rey menoyor kepala Jeje cukup kencang. Membuat Jeje sedikit terhuyung dan menabrak salah satu senior wanitanya.
"Woy hati-hati dong!"
"Maaf kak."
"Lain kali kalo mau becanda jangan disini, kantin penuh sama orang. Masih untung bakso gue gak tumpah!"
"Iya kak, sekali lagi maaf kak."
Senior itu pergi meninggalkan Jeje yang kini menatap kesal ke arah Rey yang bertingkah seolah-olah dia tidak tahu apa-apa.
"Sialan banget lo!"
Jeje membalas toyoran Rey tidak kalah kencangnya. Sampai Rey menabrak senior wanita lainnya. Namun saat di lihat senior wanita itu ternyata tak lain adalah kekasihnya. Rey hanya nyengir dan menatap wajah datar kekasihnya.
Tiba-tiba Meila menjewer kuping Rey yang membuat Jeje tertawa terbahak-bahak melihat kesialan yang Rei dapatkan."Mampus! Ajab noh. Bhwahah.. "
"Sialan lo Je. Aduh..duh lepasin dong sakit ini, di liatin orang-orang juga itu Mei."
Rey memelas kepada Meila agar segera di lepaskan. Pasalanya hampir sebagian penghuni kantin memperhatikan pertengkaran mereka meski ada sebagian pula yang tak peduli.
"Mangkannya ngerti kondisi dong! Udah tau lagi padet gini malah pada becanda. Kaya bocah tau gak!"
Rey hanya menatap horor ke arah Meila. Sepertinya kekasihnya tengah datang bulan sehingga berubah menjadi singa betina yang ganas.
"Kelar luh Rey, cewe lo lagi PMS kayaknya," bisik Jeje kepada Rei.
Rey menelan salivanya kasar dan menatap wajah Meila yang tengah menatapnya kesal.
"Iya anjir, mati ini mah gue kena amuk singa betina."
Tiba-tiba Dila datang dengan semangkuk bakso di tangannya. Menatap heran ke arah Meila yang terlihat kesal serta Jeje dan Rey yang tengah asik saling berbisik.
"Kenapa Mei?"
"Tuh, dua curut malah becandaan mulu. Udah tau kantin lagi padet hari ini, mereka malah main dorong-dorongan sampe tadi si Rey nabrak gue, untung bakso gue gak tumpah."
Dila mendengus, dan menghampiri Jeje yang masih Asik berbisik dengan Rey. Dila menepuk pelan pundak Jeje sehingga membuat Jeje menengok ke arahnya dan meninggalkan acara bisik-bisiknya dengan Rey.
"Udah makan?"
Jeje menggeleng pelan.
"Yaudah nyari tempat duduk yu, nanti aku pesenin makanan."
Dila pun menarik tangan Jeje menjauh dari Rei dan Meila.
Meila masih berdiri di tempatnya dengan semangkuk bakso di tangannya. Pandangan matanya masih tajam mengarah kepada Rey dan membuat Rey kembali menelan ludahnya susah payah.
"Hehe.."
Rey menggaruk tengkuknya yang bahkan tidak gatal saat melihat Meila berjalan mendekat ke arahnya.
"Haha.. Hehe, apaan?"
"Iya deh iya maaf yang."
Meila mendengus, dan memanyunkan sedikit bibirnya. Menatap ke arah Rey yang tengah menatap melas ke arahnya.
"Iya iya di maafin. Udah makan?"
"Belum. Baru masuk terus ngeliat kantin padet banget."
"Yaudah ayo pesen makanan."
Rey pun mengekori Meila yang mulai berjalan ke arah stand penjual makanan.
Vomen plis:(
Sorry for typo
KAMU SEDANG MEMBACA
Akhir Pejuang LDR
RomantizmAda saatnya semuanya harus berakhir. Saat takdir tak lagi menentukan kebersamaan, perpisahan adalah jalan mengecewakan yang harus di ambil. Saat sebuah kebohongan menghancurkan kepercayaan, dan keegoisan pula menghancurkan sejuta harapan. Saat tub...