Chapter12

633 43 0
                                    

Penghianatan tetaplah penghianatan.
Mau sekecil apapun itu, aku tidak pernah mau memaafkan penghianatan,-Jeje

.
.
.

Setelah pertemuannya dengan Alysa, sejenak Jeje melupakan masalahnya dengan Dila. Kini Jeje tengah duduk bersandar di kepala ranjang dengan Alysa yang merebahkan tubuhnya dan menjadikan paha Jeje sebagai bantalan.

"Lys?"

Alysa mendongak dan menatap penuh tanya ke arah Jeje. Manik hitamnya berusaha mencari tahu apa yang hendak di katakan oleh seseorang yang amat sangat di cintai namun tak dapat di milikinya.

"Kakak bener-bener minta maaf atas segalanya yang udah terjadi di antara kita. Kakak sayang banget sama kamu Lys. Kamu tau itu."

Alysa mengalihkan pandangannya dan tersenyum miris. Jeje mungkin memang menyayanginya, namun rasa sayangnya tak sama dengan apa yang Alysa rasakan.

"Lys.."

"Cukup kak, kakak gak usah minta maaf terus-terusan, aku cape dengernya. Aku udah maafin kakak, mungkin takdir kita emang harus gini, cuma sebatas adik-kakak dan gak lebih. Aku baik-baik aja kok kak, gak usah khawatir. Tapi tolong.. Biarin aku buat tetep cinta sama kakak, meski hanya sendirian."

Terdengar helaan nafas keluar dari bibir Jeje. Kecupan lama Jeje berikan pada kening mulus Alysa. Perasaan itu masih sama, jantung Alysa masih berdetak kencang untuk Jeje. Hatinya menghangat, terasa begitu besar Jeje menyayanginya. Meski kenyataan harus kembali menghancurkannya, dimana Jeje hanya menyayanginya sebagai adik, tak lebih.

"Ini udah malem, kamu istirahat ya Lys. Kakak mau pulang."

Alysa mengangguk lalu bangun dan menemani Jeje keluar dari kamarnya. Terlihatlah Salsa yang tengah tertidur meringkuk di atas soffa. Jeje berjalan pelan lalu berjongkok di hadapan Salsa.

"Lo ade gue yang paling durjana. Tapi gue bener-bener ngucapin makasih sama lo karna lo udah nemuin gue sama Alysa lagi. Meski dengan cara yang sedikit bikin gue pengen mites pala lo."

Jeje menatap lekat wajah Salsa yang terlihat damai dalam lelapnya, tersenyum hangat lalu mengusak pelan kepalanya.
Jeje berdiri lalu kembali berjalan ke arah Alysa yang kini tengah berdiri di belakangnya. Obsidian jernihnya menatap tepat pada manik kelam milik Jeje.

"Kakak mau meluk kamu dulu, sini!"

Jeje merentangkan tangannya lalu Alysa maju beberapa langkah dan menubrukan tubuhnya ke tubuh jangkung milik Jeje. Memeluk tubuh itu dengan sangat erat seakan tak ingin melepaskannya.

"Alysa, kakak mohon jangan pergi lagi. Kakak butuh kamu di hidup kakak. Tolong tetap bertahan di sisi kakak. Mungkin kakak emang egois nyuruh kamu bertahan di sisi kakak, sementara kakak tau kalo itu ngelukain perasaan kamu."

Jeje mengelus sayang surai hitam Alysa lalu mencium puncak kepalanya.

"Gapapa kak. Seenggaknya aku bisa jadi adik kakak yang amat sangat kakak sayang. Aku gak akan berharap lebih kakak bakal bales perasaan aku. Kehadiran kakak di hidup aku udah lebih dari cukup."

Itu hanya ucapan semata. Dalam kenyataannya Alysa amat sangat mengharapkan balasan dari Jeje.
Apalagi setelah ia mendapatkan satu kenyataan tentang Dila. Kali ini ia tak akan melepaskan Jeje lagi, tak akan pernah!

Jeje melepaskan pelukannya dan tersenyum hangat ke arah Alysa. Kembali berjalan ke arah Salsa dan menepuk kencang pipi Salsa yang membuat Salsa terlonjak dan terbangun dari mimpi indahnya.

"Bangun kampret. Ayo pulang!"

Sejenak Salsa terdiam, berusaha tersadar dari keterkejutannya. Setelah sadar, Salsa langsung menatap tajam ke arah Jeje yang tengah tertawa melihat ekspresi terkejut Salsa akibat ulahnya.

Akhir Pejuang LDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang