Ada adegan 17+~
Sedikit, gak banyak:v
...Jika kebahagiaan ini hanya sesaat,
ijinkan aku mencintaimu dengan sangat. Sampai aku lupa bagaimana caranya bernafas, caranya berkedip, dan bagaimana caranya berbicara.
Ijinkan aku mencintamu tanpa batas.
Meski akhirnya aku yang akan terluka,
aku akan tetap bertahan dengan sisa-sisa kepingan yang kau hancurkan.
Hanya padamu sang pemilik hati,
yang ku cinta tanpa alasan
dan batasan..
.
.Setelah pertengkaran kecil yang terjadi antara Jeje dan Dila, kini berakhir dengan Dila yang tengah terbaring pasrah di bawah kungkungan Jeje.
Desahan kecil sesekali lolos dari bibir tipisnya."Shhh..."
Tangan Jeje mulai masuk kedalam kaos yang Dila pakai, meremas gundukan kenyal yang ada di dalamnya, menelusup kedalam bra yang Dila pakai dan sesekali memilin puncak dadanya yang sudah mengeras.
Lidah Jeje terus menyelusuri leher jenjang Dila dan menghadiahinya gigitan dan hisapan. Tak lupa meninggalkan tanda kepemilikan disana.
"Je..mhh.."
Tangan Jeje mulai menyingkap kaos yang Dila pakai. Tangannya menyelusuri punggung mulus Dila, mencari sesuatu untuk ia buka.
Setelah menemukan apa yang ia cari, Jeje langsung membuka kaitan bra yang Dila pakai.Bibir Jeje mulai memagut bibir Dila. Melumat, menggigit, serta menghisap bibir itu dengan sedikit kasar karna bernafsu.
'Tok..tok..tok'
Suara ketukan pintu menghentikan aktifitas panas mereka. Keduanya saling pandang lalu menengok ke arah pintu yang di ketuk semakin keras.
Jeje mendengus sebal lalu bangkit dari atas tubuh Dila. Merapihkan baju Dila yang telah ia buat berantakan beberapa detik yang lalu.
"Aku buka pintu dulu ya."
Dengan ekspresi kesalnya, Jeje menyeret kakinya menuju pintu. Saat pintu terbuka, terpampanglah siluet gadis cantik yang selama ini ia rindukan. Senyum hangat gadis itu tunjukan. Untuk persekian detik Jeje hanya diam mematung, sampai akhirnya gadis itu menyadarkannya.
"Gak mau peluk, hm? Gak kangen?"
Jeje langsung menghambur ke pelukan gadis itu yang sebelumnya sudah merentangkan tangannya lebar. Menghirup dalam aroma gadis yang lebih pendek darinya itu.
"Kangen~" rengek Jeje sambil mengeratkan pelukannya.
Gadis itu hanya terkekeh dan mengelus punggung tegap Jeje dengan penuh sayang.
~O~
"Rey itu bawangnya hampir gosong, astaga!"
Rey hanya memutar matanya jengah. Kini ia tengah terjebak di dalam ruangan yang penuh dengan peralatan memasak dengan seorang gadis yang terus mengomelinya. Saat ini Meila tengah memaksanya untuk belajar memasak.
'Traangg..'
"Yak! Kenapa spatulanya di buang?!"
Kini Rey tengah berjongkok sambil mengelus pipinya kasar. Sedikit menunduk dan ringisan kecil keluar dari bibirnya.
"ADUH..PIPI GUE BERASA KEBAKAR!"
Sejenak Meila mematikan kompor sebelum akhirnya menghampiri Rey yang masih berjongkok sambil mengelus kasar pipinya.
'Plakk..'
Satu tamparan pelan mendarat di pipi kiri Rey yang terbebas dari usapan kasar Rey.
"Alay banget sih lo! Itu cuma cipratan minyak, astaga!"
"Tapi sumpah ini pipi aku kaya kebakar Mei. Pokonya aku udah gak mau belajar masak!"
Meila menarik tangan Rey dan memaksanya untuk berdiri.
"Berdiri! Pokonya lanjutin masaknya! Aku gak mau tau!"
Rey tetap kukuh berjongkok dan masih menangkup pipinya yang terkena cipratan minyak panas.
"Aku gak mau pokonya!"
"Oh..yaudah...."
Meila menggantung ucapannya sejenak lalu bersedekap di hadapan Rey yang tengah mendongakan wajahnya ke arah Meila.
".....tapi gaada jatah selama seminggu!"
Meila tersenyum miring membalas tatapan Rey yang kini masih terdiam dengan tangan yang masih memegangi pipi kananya.
Tiba-tiba Rey bangkit dan berjalan perlahan mendekat ke arah Meila. Senyum miring dan pandangan penuh arti pun ia tunjukan, membuat Meila mulai sedikit demi sedikit memundurkan langkahnya. Karna jujur, senyum miring yang Rey tunjukan sedikit membuat Meila bergidig ngeri.
Kini tubuh Meila menabrak pantri di belakangnya. Tubuh Rey semakin mendekat dan hampir menghimpitnya. Repleks tangan Meila terangkat untuk menahan pundak Rey agar tubuh Rey tak benar menghimpit tubuhnya.
Senyum miring Rey masih tercetak jelas, membuat Meila sedikit menelan ludah susah payah.
"So, kamu gak mau ngasih aku jatah selama seminggu, hm?"
"Stop senyum kaya gitu! Kamu keliatan kaya om-om mesum, tau gak!"
Rey tak memperdulikan ocehan Meila. Ia masih tersenyum dengan tatapan seakan ingin menerkam Meila saat itu juga.
Rey menarik kasar pinggang Meila sehingga membuat tubuh Meila menubruk tubuhnya.
Memeluk pinggang itu penuh kepossesivan lalu menundukan wajahnya untuk menatap Meila yang tengah menatap polos ke arahnya.Rey sedikit demi sedikit menundukan wajahnya dan memposisikan bibirnya di dekat telinga sebelah kiri Meila. Hembusan nafas dan bisikan lembut membuat bulu kuduk Meila sedikit meremang.
"Kamu gak mau kasih, hm? Aku bisa maksa kok. Dan aku yakinin kalo kamu bakal mendesah nikmat di bawah aku, bahkan bisa saat ini juga kalo kamu mau."
Meila menelan ludahnya susah payah. Kini Rey tengah tersenyum manis ke arahnya, bersikap seolah apa yang sebelumnya ia ucapkan bukan hal yang membuat pipi gadis di depannya bersemu merah.
'Plakk'
Meila menampar pipi Rey cukup kencang lalu memeluk tubuh Rey erat dan menyembunyikan wajahnya di dada lebar kekasihnya tersebut.
Rey terkekeh, sadar akan keadaan gadisnya yang tengah tersipu malu karna ucapannya..ah, lebih tepatnya bisikannya.
~O~
Jeje semakin mengeratkan pelukannya pada gadis di hadapannya. Tanpa ia sadari, di belakangnya tengah berdiri kekasihnya yang tengah menatapnya penuh tanya.
Gadis dalam pelukan Jeje mulai menyadari kehadiran orang lain di sekitar mereka. Sejenak melepaskan pelukannya dan menatap ke arah Dila yang juga tengah menatapnya.
"Emm..Je, dia siapa?"
Jeje membalikan tubuhnya dan tersenyum ke arah Dila lalu menarik Dila untuk berdiri di hadapan gadis yang ia peluk tadi.
"Namanya Dila. Dan Dila, kenalin ini..."
Ucapan Jeje terpotong karna suara gaduh yang berasal dari lantai bawah.
Repleks ketiganya langsung turun dan terlihat Mamah Jeni tengah terduduk di lantai sambil memegangi kakinya."Mamah!"
Jeje langsung berlari menghampiri mamahnya diikuti dua gadis lain di belakangnya.
"Mamah kenapa?"
"Kaki mamah kesleo, aduh..Je, bantuin mamah berdiri."
Jeje pun membantu mamahnya berdiri lalu memapah tubuh mamahnya menuju ke arah soffa dan mendudukannya.
Cieee siapa lagi yang muncul nih? :v
Oh ya, sebelumnya gue mau minta maaf bakal jarang Up.
Kenapa? Soalnya lagi sibuk sama bimbel dan tugas-tugas yang menumpuk:(
2 minggu lagi gue mau simulasi jadi harus mulai fokus belajar.
Tapi gue bakal tetep usahain buat tetep Up ini cerita meski gak bisa rutin.
So, sampai jumpa di chapter berikutnya 😙
KAMU SEDANG MEMBACA
Akhir Pejuang LDR
RomanceAda saatnya semuanya harus berakhir. Saat takdir tak lagi menentukan kebersamaan, perpisahan adalah jalan mengecewakan yang harus di ambil. Saat sebuah kebohongan menghancurkan kepercayaan, dan keegoisan pula menghancurkan sejuta harapan. Saat tub...