END

1.3K 57 23
                                    

'Tap.. Tap.. Tap'

Bunyi langkah tiga pasang sepatu saling bersahutan. Berjalan beriringan di jalan tanah yang sedikit basah dan lembab akibat hujan yang mengguyur saat pagi.

Ketiganya berhenti di depan sebuah gundukan yang selama 5 tahun ini sering mereka kunjungi. Aroma bunga serta tanah basah menyeruak sesaat ketiganya berjongkok di hadapan gundukan tanah, yang kini telah di tumbuhi rumput menjalar yang sengaja di tanam dan di rawat.

"Hai ateu, Jeje balik lagi. Ateu kangen gak sama Jeje?"

Dua orang di hadapannya hanya mampu tersenyum miris melihat anaknya yang tengah berinteraksi dengan sebuah batu nisan. Anak itu biasanya tak terlalu banyak bicara, namun dia akan sangat menjadi rewel saat berhadapan dengan batu nisan seseorang yang ia sebuat ateu.

Sebuah cahaya keluarga yang harus pergi jauh membawa sejuta kebahagiaan dan meninggalkan sejuta penyesalan. Kepergiannya menyisakan luka mendalam untuk semua orang terdekatnya.

"Ateu, hari ini Jeje ulang tahun. Ateu tau gak apa yang ayah kasih sama Jeje? Ayah kasih foto ateu saat kecil. Kata ayah Jeje mirip banget sama ateu. Ateu gak mau bangun? Jeje pengen buktiin kalo omongan ayah itu bener. Ateu ayo bangun! Terus kita main."

Seorang perempuan yang sedari tadi melihat apa yang di lakukan anaknya, tak kuasa menahan air mata. Satu persatu bulir air mata merembas keluar dari sudut matanya. Rasa penyesalan, rindu, cinta, dan rasa sakit bercampur jadi satu. Sesak, itu yang selalu di rasakannya setiap kali mengunjungi tempat itu.

Suaminya merangkul erat pundak perempuan itu, berusaha memberikan kekuatan pada istri tercintanya. Jauh di dasar hatinya, keadaannya tak jauh berbeda dengan sang istri. Ia juga kacau, namun ia berusaha kuat untuk anak dan istrinya.

"Ayah bilang, ateu sayang banget sama mamah. Ateu selalu jagain mamah, kasih mamah perhatian, kasih sayang, dan ateu gak pernah cape ngadepin sikap mamah yang bandel. Kalo ateu masih ada disini, ateu pasti sayang sama Jeje juga kan?"

Perempuan itu semakin menangis mendengar kalimat demi kalimat yang di ucapkan dengan begitu polos oleh putranya. Melihat keadaan sang istri, akhirnya suaminya berusaha menghentikan kegiatan anaknya. Mencoba mengentikan ocehan polos yang keluar dari bibir tipis jagoan kecilnya.

"Sayang. Sekarang giliran ayah ya yang ngomong sama ateu, oke?"

Anak itu hanya mengangguk patuh lalu sedikit menggeser tubuhnya lebih dekat ke arah sang mamah. Perempuan itu langsung memeluk anaknya yang terlihat kebingungan melihat keadaan mamahnya. Pasalnya, perempuan itu selalu menangis jika mereka berkunjung ke tempat ini.

"Gue gak tau harus ngomong apa lagi. Gue kangen elo kak. Kangen ribut sama lo, kangen rebutan berbagai hal sama lo. Hari ini Jeje ulang tahun yang ke 4. Itu artinya lo udah pergi hampir 5 tahun lamanya, dan rasanya gue masih belum bisa percaya itu semua...

..Jeje keliatan sayang banget sama lo kak. Dia selalu antusias setiap kali gue nyeritain tentang lo. Dia selalu bilang pengen jadi kaya lo, dia pengen jadi sehebat lo."

Laki-laki itu mengusap pelan sudut matanya yang terasa mulai basah. Sejenak menghembuskan nafas untuk mengurangi rasa sesak yang terus menekan rongga dadanya.

"Oh ya, sampe sekarang gue belum kasih tau lo tentang kenapa gue namain anak gue sama kaya nama panggilan lo. Karna kita semua mau lo selalu hidup di anatara kita. Kita juga berharap dengan adanya Jeje kecil bisa mengembalikan sepercik cahaya yang hilang semenjak kepergian lo. Mungkin emang gak akan sama, tapi seenggaknya bisa sedikit ngobatin rasa rindu kita sama lo. Entah tuhan terlalu baik atau apa, karna dia bener-bener mirip sama lo kak. Senyumnya, wajahnya, bahkan sifatnya. Semua sama kaya lo...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 12, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Akhir Pejuang LDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang