"Tak ada suatu penghianatan yang terasa amat sangat menyakitkan, dibandingkan dengan penghianatan yang di lakukan oleh orang yang benar-benar kamu percaya."
.
.
.Sudah dua hari berlalu Jeje tak merespon semua chat dan panggilan yang Dila lakukan. Dila juga menuruti keinginan Jeje untuk tidak menemuinya. Setelah berpikir berulang kali, sepertinya ia sangat keterlaluan pada gadis yang amat sangat di cintainya itu. Hari ini ia memutuskan untuk menemui Dila dan meminta maaf atas sikap kasarnya waktu itu.
Jeje mulai memarkirkan motor kesayangannya lalu membuka helm yang ia pakai. Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahu sebelah kanannya. Refleks Jeje menengok dan mendapati Rey yang tengah berdiri di sampingnya.
"Mau nemuin Dila?"
Jeje hanya mengangguk lalu meletakan helm dan turun dari motornya.
"Yaudah ayo bareng."
Rey dan Jeje berjalan beriringan menuju apartemen Dila. Setelah beberapa menit menunggu, pintu lift akhirnya terbuka dan keduanya langsung bergegas keluar. Sepanjang perjalanan keduanya terlibat obrolan tentang beberapa mahasiswi cantik yang mencoba mendekati keduanya.
Dari mulai kakak tingkat sampai mahasiswi fakultas tetangga.Setelah sampai, Rey langsung memasukan kode dan pintu pun langsung terbuka. Jeje mengekori Rey yang telah masuk lebih dahulu.
Lagi-lagi apartemen terasa sangat sepi. Jeje mendengus lalu mengeluarkan ponselnya berniat untuk menghubungi Dila.
Namun Rey tiba-tiba menghentikan langkahnya dan membuat Jeje mau tak mau juga ikut berhenti.Jeje menatap bingung ke arah Rey yang seakan tengah mencari sesuatu atau mungkin mencoba mendengarkan sesuatu.
"Lo denger suara gak?"
"Kagak."
"Coba deh lo lebih pertajam pendengaran lo."
Jeje mulai mempertajam pendengarannya dan mencoba serius mencari suara yang Rey maksud. Samar-samar Jeje mula mendengar suara seorang wanita yang tengah merintih? Atau mungkin mendesah? Ah entahlah, suaranya seperti sedikit tertahan.
"Lo udah denger?"
Jeje hanya mengangguk lalu semakin mempertajam pendengarannya. Jantungnya berdetak dua kali lipat saat suara itu terdengar semakin jelas saat Jeje melangkah perlahan untuk semakin mendekat.
Kini Jeje sampailah di dekat soffa, terlihat dua orang yang berlawanan jenis tengah berciuman panas. Bahkan pakaian si wanita sudah tersebar di lantai dan hanya menyisakan pakaian dalam yang melekat di tubuhnya.
Seketika darah Jeje berdesir. Jeje mulai mengepalkan erat kedua tangannya lalu berjalan cepat ke arah dua manusia yang masih asik berciuman dan tak sadar akan kehadirannya.
"ANJING!"
Jeje menarik kencang si pria lalu membantingnya ke lantai. Memberikan bertubi-tubi pukulan hingga membuat hidung pria itu mengeluarkan darah segar.
'Buagh'
"ANJING!"
'Buagh'
"BANGSAT!"
'Buagh'
"Mati lo sialan!"
'Buagh'
'Buagh'
'Buagh'
Jeje terus membabi-buta melayangkan pukulan-pukulan pada pria yang terlihat pasrah dengan apa yang Jeje lakukan padanya tanpa berniat melawan.
Sedangkan si wanita hanya menangis sambil memeluk lututnya. Ia terus berteriak meminta agar Jeje berhenti namun Jeje tak memperdulikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akhir Pejuang LDR
RomanceAda saatnya semuanya harus berakhir. Saat takdir tak lagi menentukan kebersamaan, perpisahan adalah jalan mengecewakan yang harus di ambil. Saat sebuah kebohongan menghancurkan kepercayaan, dan keegoisan pula menghancurkan sejuta harapan. Saat tub...