confuse II

13 3 0
                                    

Akhirnya jam pulang.

Tik..tik..tik..
Begitulah bunyinya dentuman jarum jam yang sayup - sayup terdengar setelah sekian lama tak bersuara.

Yah. Terhalang oleh kericuhan khalayak ramai dalam kelas, canda tawa mereka yang tergurat, emosi yang mengalir, sampai guru yang kelewatan pun mewarnai hari ini.

Tapi sekarang aku hanya terdiam, merenung sendiri di dalam kelas memikirkan satu hal yang tak jelas, satu hal yang dulu mewarnai hariku, satu hal yang dulu tersenyum kepadaku, satu hal yang membuat aku merasa lebih hidup.
Itulah dirimu..

Mawar silih berganti membuat nyaman kedua mata ini, entah berapa banyak luka yang tergurat tak peduli sedalam apa durinya menancap.

tetap ku genggam erat hanya untuk bisa melihat keindahannya lebih dekat.

Tapi yang indah tak akan abadi dan tak boleh bersedih jika mulai pudar dan pergi.

Aku tak terlalu berat melepaskan. Karna sudah sering kali merasakan.

Hanya ingin tahu mengapa dan kenapa indah itu pergi.

Hhhhhm..
Menghembuskan napas panjang.

Rein, aku mulai mencintaimu.

Setelah semua yang kita lakukan bersama, aku baru sadar akan adanya itu setelah kehilanganmu.

Aku harus menemuimu entah apapun yang terjadi.

Munkin itu satu - satunya cara untuk menghentikan bayang mu.

Apa, kemana, gimana?

Caranya....

Apa aku harus bertanya, Dimana rumahmu..

Dan datang secara tiba - tiba agar kamu gabisa mengelak lagi reinatya..

.
.
.
.
.
.
.
.
Chat dea.

El : Dey sharelock dong rumahnya carla

Dea : ehem. Mo apa nich..

El : ah elah ini buku paket dia ketinggalan, besok kan ada mapelnya

Dea : ciee perhatian.. yauda gue share ya.

Okey dapet, boong dikit gapapa kan?


El segera meninggalkan sekolah dan memakai taksi online menuju rumahnya carla

Didalam mobil dia hanya tertunduk diam dan berfikir, memang begitu sifatnya.

"Kang? ..."
Ucap pak supir.

"Gimana pak?" Jawab el cepat.

"Kayaknya akang turun di depan aja deh.. soalnya tempat tujuannya gak bisa masuk mobil" ucapnya seraya menyetir.

"Euh.. kumaha atuh, tapi gak begitu jauh kan pak?"

"Engga kok, nah akang turun disini yaa"

El hanya mengangguk saja lalu turun dari mobil.

ia berdiri di pinggir jalan menatap lurus kedepan.

Jalan terus berjalan melewati orang - orang yang sedang bernego dikiri dan kanannya..

Sesekali el berhenti dan mengecek rute di maps.

Dan akhirnya gerbang putih bertuliskan A sebelas pun menghentikannya.

El mengucap salam
"Assalamu'alaikum, puntenn "

Beberapa saat kemudian datang wanita tinggi memakai baju daster dan ditangan kanannya memegang pisau dapur.

"Wa'alaikumussalam.."
Ia menjawab.

" Ado apo ya dek? "

Oh padang..
" Em.. uni, calranya adaa? "
Begitulah jawabku

" Ditunggu yaa.. "
Ia pun masuk kembali kedalam rumah. Sementara aku masih terdiam  didepan gerbang rumahnyaa..

Satu menit dua menit tiga menit sudah aku berdiri... Apakah carla mempermainkan ku?

Seribu delapan ratus detik yang kutunggu sebelumnya terasa lama dan.. harus sampai kapan lagi

Nafasku mulai tak beraturan karna perdebatan hati ini.. satu menit lagi aku tunggu, satu menit lagii..

Jika ia tak kunjung datang aku akan tak peduli apa yang selanjutnya terjadi dan melupakan yang sudah terjadi.

Emosi ini membuatku tak bisa berfikiran jernih..

Sudahlah lupakan aku pergi saja, mungkin salah rumah

Sembari tersenyum tipis aku pergi.
.
.
.
.
.

" Tunggu... el "
Suara itu membuat langkah ku terhenti.

Akupun menoleh namun tak berbicara.. hanya menoleh dan terdiam
Dan kemudian dia menghampiri ku.

Apa artinya aku masih penting baginya?

Apa artinya dia tak ingin jika aku benar benar pergi?

Mengapa dia berinisiatif menghampiri ku..

Mengapa tak menungguku saja yang menghampirimu ?

Dengan berlari kecil reinatya menghampiri..

" ada apa el ? " Setelah L terucap dari bibirnya reinatya langsung tertunduk..

Apa maksud dari bodylanguage nya?

" Kamu yang ada apa, kamu yang kenapa.. " spontan el memegang tangan rein.
.
.
.
.
Untuk yang pertama kalinya.

" Ikut aku.. " ucap el

" Ehh .. " reinatnya keheranan.

Ngobrol dimana.. ini gang yang ramai, aku butuh tempat yang sepi dan cocok.

" Kamu mau bawa aku kemanaa "
Ahh.. ucapan reinatya terdengar lembut. Apa amarahnya sudah reda ?

Pipiku memerah karna telat menyadari sudah berapa lama kita berjalan sambil bergandengan?

Rein pun tak menunjukan kesan penolakan..

Seolah.. masalah - masalah yang kupunya, apapun itu,
Berjatuhan dari pundak ini.

Cafe gak ada. Kedaipun tak ada.. harus kubawa kemana ini anak berdarah minang?

Ah ada kedai eskrim di sebrang jalan..

Untunglah...

Kami pun sampai di kedainya dan duduk. Ini hanya kedai biasaa.. namun sepi, aku menyukai tempat sepi untuk mengutarakan semuanya..

Kamipun duduk dan.. sama - sama terdiam.

" Jadi.. kamu kenapa? "
Aku memberanikan diri untuk bertanya.

Bibir manisnya mulai membuat pola namun suara itu tak keluar, bagai tertahan oleh sesuatu..

" Apa rein.. aa em aa em. Kenapa? "
El hari ini menjadi anak yang tak sabaran..

Rein gelisah, pipinya memerah.. dan badannya tidak mau diam seakan duduk di papan kayu yang lapuk.

" Jadi.. beberapa minggu ini kenapa kamu menjauh rein? Aku tidak bodoh meskipun kita sering tertawa bersama. Tapi kamu tertawa bersama mereka bukan denganku.. aku chat gak di bales terus sampe spam chat juga gak di bales.. ketemu kita gak saling sapa kaya biasanya, bahkan senyum pun kamu seperti tak sudi,
Aku pusing mencari jawaban kenapa kenapa dan kenapa selama berhari hari ini fikiran ku penuh dengan namamu rein "

Bla bla bla bla bla.. rein tidak mendengar semuanya seakan el berkeluh tanpa suara. Rein hanya memperhatikan wajah el saja lalu tersenyum di buatnya..

".... Rein hei. Sebenernya kamu denger gak sih gua ngomong apa hm? "

Emosinya sedikit naik.. entah kenapa hari ini el terkesan berbeda.

Nafasnya tak beraturan.

" Rein.. sakit hati sama kamu el, rein.. rein cemburu "

DreamboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang