Dalam pekatnya kegelapan, serangkaian tulang manusia berkemeretak. Terdapat simpul tali di setiap persendian kerangka utuh tersebut. Dari simpul, memanjang utas-utas rami merah ke atas tengkorak; masing-masingnya terkait pada seperangkat katrol yang mengawang di udara. Ujung lain tali merah diikatkan ke jemari Taeyang yang duduk bersilang kaki. Bersama bergeraknya tangan itu, bergerak pulalah tulang-tulang telanjang bagai marionet kayu yang biasa dipertontonkan di kota-kota.
Namun, berbeda dengan artis-artis tak bernyawa bintang panggung jalanan, boneka Taeyang hidup—atau, setidaknya, pernah hidup. Ini percobaan kesekiannya untuk menciptakan mainan yang sempurna, juga kesekian kalinya upaya tersebut berujung sia-sia. Orang-orang yang diculiknya tidak dapat dikendalikan secara penuh walaupun kekuatan ajaib rami merah sudah melemahkan otot buat menurunkan resistansi. Katrol-katrol kehilangan kontrol, ancaman kecil-kecil tidak berhasil, maka daripada mereka terus berisik, sang marionetis terpaksa membunuh semuanya. Selanjutnya, ia membuang bagian lunak dari manusia-manusia ini hingga menyisakan kerangka putih gading yang dijadikannya sarana latihan.
Taeyang tidak mau kehilangan kemampuan mendalangnya ketika Anyelir pulang nanti.
Tidak ada boneka yang cukup serupa dengan Anyelir. Gadis mungil itu semula sama seperti tawanan yang lain: meronta minta dipulangkan, tetapi barangkali karena masih sayang (Taeyang lebih percaya bahwa inilah penyebab tinggalnya si marionet alih-alih ketakutan), ia lama-lama patuh pada helaan rami merah. Memang sebelum dijebak dalam kotak boneka, Anyelir adalah kekasih Taeyang si ahli sandiwara, tetapi ketika tirai panggung disingkap, sisi asli marionetis ini terungkap—dan 'cinta yang pernah ada menguap', begitu pengakuan sang boneka pujaan. Nyatanya, setelah berulang-ulang gagal menciptakan Anyelir Kedua, sang pengendali menduga, barangkali cintalah yang membuat dara manis itu istimewa.
Cinta si gadis sendiri pada Taeyang ataupun sebaliknya, yang mana pun tidak jadi soal. Sempat ia mengira, boneka-boneka barunya tampak gagal mungkin semata karena itu bukan Anyelir.
Mengapa boneka Taeyang yang paling terpelihara bisa sampai hilang? Sejak katrol dan rami memenjaranya, Anyelir tidak bisa bergerak, kecuali jika marionetisnya menggerakkan. Memang ada masa ketika katrol dan rami masih belum terlalu berdampak pada tubuhnya, lalu ketika ia mencoba kabur sendiri, katrol-katrol yang mengambang di udara jatuh dengan ribut hingga Taeyang terbangun dari tidur malamnya. Untuk itu, Anyelir telah memperoleh hukuman dari pemiliknya: 'dimainkan' sangat kasar hingga sekujur badannya nyeri, dan sejak peristiwa ini, ia tidak pernah berkeinginan untuk melarikan diri lagi.
Masalahnya, katrol tidak akan jatuh jika seseorang menggerakkan Anyelir, entah itu Taeyang—atau yang lain. Ini membawa sang dalang pada kesimpulan kedua: Anyelir dicuri. Diculik.
Pada malam Anyelir menghilang, Taeyang tertidur tanpa terusik satu bunyi pun. Siapa yang demikian cerdik menerobos rumahnya? Tunggu, jangan terlalu jauh; mengapa ada orang yang mengetahui kotak boneka ini? Apakah ada yang berniat mengunjunginya lagi? Ingat ia terakhir kali memperoleh kunjungan: sekelompok besar warga mengerubung kediamannya, berusaha mendapatkan bagian dari mereka yang berada di bawah kendali rami merah—marionet bernyawa pertama. Taeyang menyelamatkan diri lewat pintu bawah tanah ke seberang desa, meninggalkan kekacauan, dan memulai hidup baru bersama mainan-mainan kayu yang mati hingga bertemu Anyelir.
Mungkinkah kasus serupa akan terjadi dua kali? Bukan mustahil Anyelir ditolong duluan oleh seseorang yang menyayanginya—aneh, sebenarnya gadis itu bilang ia selalu sendiri hingga Taeyang datang—dan periode tenang saat ini ternyata hanya sebuah jeda persiapan. Sekelompok besar petani dan kuli yang tak paham seni marionet hidup kemudian akan memersekusinya.
Skenario lain? Banyak. Penculikan demi tebusan. Atau dijual. Atau sekadar memperbanyak koleksi.
Cangkir teh diletakkan. Simpul-simpul tali dilonggarkan dari jemari pengendali. Kerangka di seberang meja makan melunglai sebelum jatuh ke lantai di mana 'boneka-boneka' sejenis berserakan.
Menunggu tanpa kepastian begini membuatku gelisah.
Taeyang mengenakan jubah hitam panjang dan topi berkuda yang diturunkan hingga membayangi wajah. Ia hanya keluar rumah jika ada keperluan mendesak—dan sekarang salah satunya.
Sebelum mengeluarkan tunggangan dari istal, mata Taeyang tertambat pada sekelompok anyelir—bunga kegemaran kekasihnya—di kebun. Setengah sadar, ia petik kuntum ungu itu dan menyelipkannya ke balik jubah.
"Aku ingin segera membawamu dalam jubahku seperti ini juga," kekeh Taeyang kala beranjak ke kandang kuda. "Bercanda."
Hari pertama Taeyang mengelilingi desa, pencariannya tidak berbuah, tetapi bisa pulang dengan selamat saja sudah bagus sekali, mempertimbangkan identitasnya sebagai seorang pembantai. Selama mencari, ia merasakan ketegangan orang-orang yang berseliweran. Hati-hati, penculik sedang berkeliaran! Bergeraklah dalam kelompok, jangan pernah sendirian!
Orang-orang harusnya tenang sekarang. Taeyang sudah tidak berselera dengan mainan baru.
Hari kedua, petunjuk mulai mengemuka. Seseorang menyebut tentang kedai minum yang konon sering menyuguhkan penampilan menarik buat pelanggannya, mulai pesulap sampai gadis penyanyi. Anyelir bisa jadi ada di sana. Hari-hari selanjutnya, makin banyak rahasia terkuak, makin banyak pula mata rantai terhubung. Taeyang menyusuri rantai itu hingga ke pangkal. Sekonyong-konyong, pada suatu malam bulan cembung, ia berada beberapa kaki dari sebuah sangkar besar dalam kedai minum busuk.
Sangkar Anyelir.
Kekasih Taeyang kurus dan sakit. Tali-tali rami merah masih mengikatnya di persendian, ditarik sembarangan oleh kuli-kuli yang terus tergelak.
Satu lembar hijau diangsurkan pada pemilik kedai.
"Dengan ini, berapa banyak tali rami yang bisa kupegang dan berapa lama aku bisa main?"
Kesemua tali rami kembali ke tangan yang terampil. Taeyang menemukan jejak kering air mata pada pipi Anyelir, maka ia tanggalkan topi berkuda seraya tersenyum menenangkan.
"Taeyang!"
Di atas masing-masing kepala para peminum, satu katrol ajaib melayang. Utas-utas merah keluar dari kedua telapak tangan Taeyang, menyergap mereka tanpa bisa dihindari. Bergelombang-gelombang jerit terdengar ketika tubuh mereka mendadak terpilin menyakitkan. Anyelir mendelik ngeri sebelum Taeyang mendekati sangkarnya.
"Tidurlah, Cantik. Saat bangun, kau akan berada di rumah."
Begitu Anyelir memejam, sekian puluh badan terangkat ke udara, tangan dan kaki terbentang lebar, tak wajar. Katrol berderak ganas. Urat nadi lengan Taeyang bertimbulan ketika ia menarik simultan tali-tali rami merah. Badan-badan itu terobek secara membujur akibat traksi berlebih. Hujan darah. Taeyang menjebol sangkar, menggendong Anyelir, dan berlari menuju kudanya.
Tragedi kedai minum mendengung bersama angin pagi esoknya, menemani Taeyang mengubur 26 kerangka. Setelahnya, ia masuk untuk membangunkan Anyelir yang kembali bersih dan berpakaian indah. Sekuntum bunga ungu diselipkan ke tangan si boneka yang saling menangkup di dada.
"Selamat pagi."
Anyelir menangis terharu. Taeyang menggerakkan gadis itu untuk memeluknya.
"Aku merindukanmu, Taeyang ...."
Sesaat, sang dalang merasakan genggaman Anyelir mengerat di seputar tubuhnya tanpa kendali tali rami.
---
pertama kali liat taeyang tuh ragu ini org dimasukin ke jajaran elit/? 97-lineku ga ya? vibenya kejonghyun2an dan bukan tipeku sekali, tapi lama2 ngikutin sf9 ... ya udah masukin aja. pas jaman 'now or never' itu sepupuku sempet bilang 'wah jonghyun rebornnya kecepetan'. hm. btw ikutin sf9 juseyo, mereka lagunya enak2 tapi blm pernah menang T.T aku heran kenapa lagu sebagus dan seunik 'o sole mio' sama 'now or never' g dpt win pada jamannya....
ayo ayo siapa nih si anyelir?
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Slumber ✅
FanfictionDalam pekatnya kegelapan, kamu menemukan fragmen-fragmen perasaan yang terserak. Kisah mereka tidak akan utuh tanpa kamu yang melengkapinya! [Let's play a little game! 28 ficlet dark fantasy featuring 28 97-line idols, 14 couples, 14 different unive...