Kekey mengerjapkan matanya perlahan, berusaha menerima asupan cahaya yang masuk ke matanya. Tidurnya sangat nyenyak, mimpinya indah. Sangat sangat indah.
Tunggu, apa semua hanya mimpi?
Malam pertama, ralat.. kedua dan juga ciuman di Nusa Penida, hanya di mimpinya?
Kekey berusaha mengingat, dalam hati tidak ingin itu semua hanyalah mimpi hingga akhirnya sebuah suara memecah proses otaknya untuk mencerna apa yang terjadi dalam beberapa hari terakhir. Hari yang sangat indah dan terasa tidak mungkin.
"Nggak berangkat magang, Keynara?" Kekey tersentak, terkejut bersamaan dengan rasa lembab yang tiba bersarang di pipinya. Revan mencium pipinya.
"K-kak?" Kekey menatap wajah tampan di depannya, tidak percaya bahwa itu semua nyata. Revan kini memandangnya, pandangan yang dengan pasti membuat jantung milik Kekey berdebar tidak santai.
Bagaimana bisa tidak berdebar, jika ditatap lekat lekat oleh lelaki yang sedang dicintai?
"Ayo berangkat" Revan tersenyum, memandang Kekey yang memasang ekspresi bingung. Revan gemas, sepertinya gadis itu masih belum sadar penuh karena kemarin hari pulang terlalu malam dan lelah dari Bali.
Iya, pulang dari Bali. Bali, tempat dan waktu yang tidak pernah mereka duga akan menjadi tempat mereka saling menyatakan perasaan dan menyalurkan rasa jatuh cinta.
"J-jam berapa, Kak?" tanya Kekey dan mengusap wajahnya, sebenarnya itu hanyalah gimmick yang Kekey ciptakan untuk menutupi wajahnya. Entah mengapa, ia masih belum terbiasa dengan Revan yang melihat wajahnya fresh setelah bangun tidur.
Iya, fresh. Dengan minyak minyak segar menghiasi pori pori.
"Jam.. delapan" ujar Revan santai, sambil melirik arloji sementara Kekey menganga dan melebarkan matanya. Kekey bangkit dari tidurnya, membuka selimut dan terburu pergi menuju kamar mandi.
Jantungnya berdebar dua kali lipat, sudah ditatap Revan lekat lekat dan sekarang ia jadi membayangkan amukan Kepala Divisi plontos yang menakutkan itu.
Hahh, bisa bisa gak lolos nilai magang nih!
"Mati, mati... kena omel tuyul plontos" Kekey menggumam tanpa sadar sambil bingung sendiri mencari setelan baju putih dan hitamnya untuk magang.
Revan hanya bisa tersenyum melihat tingkah istrinya yang kebingungan, iya.. senyum tanpa berniat membantu sama sekali.
Kekey dengan sigap menggosok giginya sambil melakukan proses mandi yang amat cepat. Tentunya dengan menutup pintu kamar mandi, Ia tidak sebodoh itu untuk bertingkah memalukan pada suami yang baru saja menyukainya juga.
Revan masih asik duduk ditepi ranjang dan hanya menatapi Kekey yang kini tengah memakai bajunya. Berkutat dengan resleting celananya di depan cermin, dan merapikan ujung kemeja yang ia masukkan ke dalam celananya.
"Ini, lupa ditutup" Kekey berjengit kaget saat merasakan tangan Revan berada di dadanya. Dari belakang, tangan lelaki itu sedang mengaitkan kancing dua teratas kemejanya yang masih terbuka. Kekey mencuri pandang pada Revan melalui cermin di depannya. Mengaitkan kancing saja tampan!
Kekey merutuki jantungnya yang sempat sempatnya berdebar dan mengakibatkan pipinya merona. Kekey tidak terbiasa dengan kebiasaan cinta baru ini.
Ia masih beradaptasi dengan romansanya bersama Revan. Persetan dengan ia dan Revan yang sudah menikah, jadi ia tak punya waktu mengistirahatkan jantungnya dari dampak pesona Revan.
"Ehmm, makasih Kak" Kekey tersenyum tipis, berusaha tidak menatap Revan yang kini menatap pantulan dirinya di cermin. Kekey mengalihkan pandangannya dengan menguncir rambutnya sebagai alasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm In Love
RomanceBisakah Keynara menjadi tulang rusuk dari seorang Revano yang tidak mencintainya? Kuatkah Keynara untuk menahan goncangan rumah tangga yang dibangun bukan dengan pondasi cinta? Cukupkah satu pondasi cinta untuk mempertahankan satu rumah? Apakah pern...