35 9 2
                                    

Busan
2010.02.04

Jimin

Dua minggu lagi aku akan dinyatakan lulus dari junghakgyo (sekolah menengah pertama). Dan pada awal bulan Maret aku akan mulai masuk ke semester baru. Dimana aku akan masuk ke sekolah menengah atas.

Karena nilaiku di bidang pengetahuan umum terbilang cukup tinggi, appa menyuruhku untuk melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum. Agar aku dapat masuk ke perguruan tinggi dan menjadi seorang guru.

Itu keinginan appa bukan aku. Keinginanku adalah menjadi seorang penari modern profesional. Dan untuk mewujudkannya selama 3 tahun ini aku mengikuti ekskul seni tari modern di sekolahku. Wali kelasku juga pernah menyarankanku untuk melanjutkan sekolah di bidang modern dance.

Sebenarnya aku sangat ingin masuk ke sekolah menengah khusus untuk mencapai impianku. Namun aku tidak berani untuk bicara kepada appa. Aku takut appa akan memarahiku.

Dan hari ini ada konsultasi dengan wali kelas. Semua teman sekelasku dipanggil satu persatu ke ruangan khusus yang di dalamnya hanya terdapat meja dan 2 buah kursi yang berhadapan.

Ini giliranku, wali kelasku yang sekarang duduk di depanku sedang melihat dan membolak-balikan beberapa lembar kertas di meja. Keheningan menyelimuti ruangan yang kami tempati. Hanya terdengar suara kertas yang di bolak-balik. Kedua mataku menyapu seluruh ruangan. Di sini tidak ada apa-apa selain sebuah jam dinding dan meja kursi yang kami tempati. Aku gugup, ini lebih terasa seperti di introgasi oleh detektif.

"Jimin-a." suara guruku membuka pembicaraan. Refleks aku menundukkan kepalaku. Suaranya terdengar lebih lembut dari biasanya. Mungkin agar para siswa tidak terlalu tegang saat konsultasi?

"Ne... Seon.. saengnim." walaupun begitu aku sedikit gugup.

"Tidak usah gugup begitu Jimin-a.... Ini hanya konsultasi antara guru dan murid. Hanya kita berdua disini jadi tidak usah merasa seperti kau akan dihukum guru di ruang konseling. Aku disini bukan untuk memarahimu apalagi mengajarkan materi." ucap guruku sambil tersenyum melihatku.

"Ah.. Ne...." Jawabku sekarang sedikit lebih tenang. Sedikit tak percaya karena biasanya jika sedang pelajaran wali kelasku tidak seramah ini. Apa mungkin dia sedikit kasar agar semua memperhatikan pelajaran?

"Baiklah. Jimin-a... Apa kau sudah tahu setelah lulus kau ingin sekolah dimana dan ingin bagaimana kedepannya?"

"Geuge.... naneun ajigdo honlan seuleobda..." (saya masih bingung) soal itu memang aku masih bingung, antara mencapai impianku, atau... Menuruti kata appa.

"Apa ada masalah yang mengganggumu, Jimin-a?" tanya guruku.

"Emm... Geure, geuge.... Seonsaengnim."  (Iya, ada) sebenarnya aku ragu untuk menjawab iya, tapi bila masalahku ku pendam sendiri... Mungkin aku tidak bisa menyelesaikannya.

"Jadi... Apa kau tidak keberatan untuk menceritakan ya padaku? Jika tidak, maka ini hanya akan menjadi rahasia kita berdua." ucap guruku untuk meyakinkanku.

"...... Tentu saja saya tidak keberatan seonsaengnim." setelah berfikir sebentar aku menjawab dengan yakin. Aku sudah membuang semua keraguanku.

"Jadi, apa itu?" tanya guruku penasaran.

"Sasil... Nae appa... Menginginkan saya untuk masuk ke sekolah umum agar saya menjadi seorang guru. Tapi, bukan itu keinginan saya. Keinginan saya adalah menjadi seorang penari modern profesional. Tapi saya terlalu takut untuk berbicara dengan ayah saya. Takut jika appa akan memarahi saya. Saya juga takut dianggap anak yang tidak berbakti kepada orang tua." aku menceritakan apa yang kurasakan saat ini.

MIRAE KKUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang