33 9 14
                                    

Seoul
2020.12.24

Mirae

Aku sangat senang ketika jimin memberiku hadiah. Walau hanya sekedar cup cake kecil. Tapi itu sangat berarti bagiku. Karena itu adalah hadiah pertama dari Jimin untukku.

Saking senangnya aku sampai tak sadar sejak tadi aku senyum-senyum sendiri menatap cup cake pemberian Jimin. Sampai aku mendengar suara Jimin memanggilku yang membuatku tersadar.

"Mirae-ssi.."

Aku mengangkat wajahku yang sedari tadi menunduk. Kemudian menatapnya penuh tanya.

"Ne?"

Jimin hanya diam. Aku pun menunggunya untuk kembali bicara. Namun saat Jimin hendak membuka mulut untuk bicara, suara bel rumahku kembali berbunyi. Membuat aku dan Jimin secara bersamaan mengarahkan pandangan kami menuju pintu depan.

Siapa yang datang? Apa itu Ely? Pikirku. Sedetik kemudian aku beranjak berdiri untuk membukakan pintu. Kemudian berjalan menuju pintu depan. "Sebentar ya." Sampai di depan pintu aku pun membukanya.

Baru saja aku membukakan pintu, orang tersebut sudah berteriak sambil memelukku. "Mira~~!!"

Aku heran melihatnya berkunjung ke rumahku dengan membawa tas ransel yang terlihat penuh. "Ely, kenapa kau petang-petang kemari? Dan ini, kenapa tasmu terlihat penuh sekali?" aku berusaha melepaskan pelukannya.

Anak yang ku ajak bicara malah cengengesan. "Hehe... Aku bosan di rumah tak ada pekerjaan yang bisa kulakukan. Jadi aku berniat menginap di apartemenmu malam ini. Mungkin juga kita buat pesta kecil-kecilan untuk merayakan keberhasilan kita. Kita juga bisa maraton drama korea semalaman, seru kan?"

Baru saja datang Ely sudah mengoceh panjang lebar. Pesta kecil-kecilan? Seperti main jailangkung saja.

"Aku masuk ya. Capek aku berdiri terus." Ely pun menerobos masuk ke apartemenku sebelum ku persilahkan masuk. Dasar. Tidak, tidak, aku bukannya tak senang Ely menginap. Justru aku sangat senang ada teman untuk ku ajak mengobrol dan menemaniku menonton drama.

Aku pun menutup kembali pintu apartemenku. "Mira ini sepatu siapa? Siapa yang berkunjung?" sontak aku teringat sesuatu. JIMIN MASIH DISINI!. Aku menatap Ely dia sudah berjalan masuk ke dalam. "Ya! Ely!" aku pun buru-buru mengikutinya masuk.

Ely tampak diam di tempat saat melihat seseorang yang sedang berada di depannya. Dapat kulihat ekspresi wajahnya yang terlihat terkejut. Suasana menjadi canggung seketika. Apalagi sekarang Jimin beranjak berdiri dari tempat duduk nya dan hanya diam sambil menatapku dan Ely bergantian. Aku yang sudah berdiri di samping Ely mengerti arti tatapan Jimin pun angkat bicara.

"A-ah.. J-jimin-ssi i yeojaneun nae chingu, Ely. Dia temanku yang juga mendapatkan beasiswa di sini. Dia juga mendapat kesempatan sepertiku untuk masuk kuliah lebih awal." Aku tak pernah menyangka akan memperkenalkan mereka berdua seperti ini. (ini temanku, Ely.)

Aku menggigit bibirku dan melihat mereka berdua bergantian. Mereka masih diam. Seakan sudah kembali sadar Jimin menjulurkan tangannya. "Annyeonghaseyo, Park Jimin ibnida." Aku sedikit bernafas lega.

Namun, kenapa orang di sampingku belum merespon sama sekali. Membuat Jimin kembali menatapku dengan bingung. Karena penasaran dengan Ely yang hanya diam, aku pun menoleh untuk melihat dia kenapa. Heol, ekspresinya belum berubah sejak tadi.

Merasa tak enak dengan Jimin yang hanya di diamkan saja. Aku menyenggol lengan Ely dengan pelan. Seketika Ely mengedipkan matanya dan mulai tersadar. Syukurlah. Ely kemudian menoleh ke arahku. Kepalanya sedikit dimiringkan ke kanan menunjuk ke arah Jimin. Aku yang paham maksud Ely pun mengangguk sekilas.

MIRAE KKUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang