23 9 0
                                    

Seoul
2020.11.15

Mirae

Kaki ku melangkah menyusuri trotoar di pinggir jalan raya. Cuaca hari ini sedikit lebih dingin dari hari-hari sebelumnya. Angin pun bertiup kencang. Tapi itu tidak menghalangi jalanku. Aku sudah mempersiapkan diri agar tidak kedinginan. Memakai pakaian yang tebal tapi masih terlihat modis agar tidak terlihat norak. Dengan sedikit polesan make up natural, sepatu kets, dan juga tas gendong kecil kesayanganku. Aku ingin tampil cantik hari ini.

Walaupun cuaca dingin aku lebih memilih jalan Kaki daripada naik bus. Karena tempat yang kutuju bisa dijangkau dengan jalan kaki. Dan wantu yang diperlukan terbilang tidak lama. Hitung-hitung olahraga.

Kemarin seseorang yang tidak ku sangka mengirim sebuah pesan kepadaku dan mengajakku untuk bertemu hari ini. Saat aku membaca pesan darinya aku tak percaya sekaligus senangnya bukan main. Teriakanku yang keras memenuhi apartemen. Yang berujung kepalaku dijitak Ely. Karena terlalu mendadak jadi aku bingung dan membalas pesannya sedikit lama. Setelah berfikir dengan keras akhirnya aku menyetujuinya.

Dan di sinilah aku dalam perjalanan ke sebuah kafe tempat kita akan bertemu. Jujur aku benar-benar gugup. Namun aku mencoba membuang rasa gugup itu jauh-jauh.

Sekarang aku sudah hampir sampai ke tempat tujuanku. Dapat kulihat kafe tersebut mulai terlihat. Setelah sampai aku langsung masuk ke dalam. Sepi. Padahal ini adalah hari libur. Mataku menyusuri sekeliling, kosong, tidak ada orang.

Namun aku salah. Ternyata di meja paling ujung terdapat seorang laki-laki yang duduk sendirian. Saat dia melihatku, dia menyuruhku untuk menghampirinya. Benar dugaanku. Laki-laki itu adalah orang yang mengajakku kemarin. Park Jimin. Seperti kemarin lusa dia mengenakan topi berwarna hitam. Tetapi kali ini pakaiannya tidak seperti kemarin. Mungkin dia sungguh-sungguh dengan perkataannya.

Aku menghampirinya dan duduk di kursi yang berada di depannya. Dia kemudian melepas topinya memperlihatkan wajahnya yang tanpa polesan make up dan menaruh topinya di atas meja. Walaupun tanpa make up dia tetap saja tampan. Aku memulai pembicaraan dimulai dengan sebuah pernyataan.

"Jimin-ssi, kenapa kafe ini tidak ada orang sama sekali? Apa kafe ini  benar-benar buka?" tanyaku karena penasaran dari tadi.

"Aku menyewa kafe ini selama 3 jam kedepan. Aku tak ingin terlihat oleh orang-orang. Kecuali kau. Karena mulai kemarin lusa kau adalah temanku." jawabnya dengan senyuman di akhir kalimatnya.

Sedikit terkejut aku mendengar kalimatnya.

"Heol... Jadi sekarang bias ku sendiri adalah temanku? Dae.. Bakk...." sungguh, ini baru beberapa detik berlangsung dan dia sudah membuatku merasa senang.

"Ngomong-ngomong, aku sudah memesankan ini untukmu." dia menodongkan segelas latte. "Dan sebelum kau bertanya aku akan menjelaskan terlebih dahulu. Aku mengajakmu bertemu hari ini untuk merayakan pertemanan kita. Oh iya, jika kau ingin sesuatu tinggal pesan saja. Tenang saja aku yang bayar." kemudian dia tersenyum lagi.

"Waaahhhh... Bahkan sampai dirayakan. Padahal kita baru bertemu 2 kali ini kenapa kau sudah baik padaku. Aku merasa tak enak padamu jika kau yang membayar semuanya." ucapku sedikit canggung.

"Gwaenchana, Mirae-ya. Kau kan juga masih pelajar. Karena aku sudah bekerja jadi aku yang bayar. Tidak usah merasa tidak enak padaku. Lagi pula yang mengajakmu kesini adalah aku." jawabnya tapi aku masih merasa tak enak.

Aku menghela nafas. "Untuk kali saja."

"Geureum." setelah dia menjawab, kami berdua hanya diam. Aku ingin bicara dengannya tapi aku masih merasa canggung.

MIRAE KKUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang