prolog.

35.1K 1.9K 76
                                    


[MAMA]

Perlahan tubuhnya merosot, masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang, wanita itu terisak. Ketakutan terbesarnya selama ini terjadi sudah, nafasnya tersengal-sengal, tubuhnya bergemetar hebat.

Rasanya seperti, tubuhnya di lempar dari lantai gedung tertinggi. Benar-benar sesak. Dirinya hancur, sehancur-hancurnya. Tidak tau apa yang harus dilakukan, hanya terus menangis sambil menatapi benda kecil yang berhasil membuatnya hancur berkeping-keping.

Dua garis merah.

Benar-benar tidak menyangka, ada kehidupan lain di tubuhnya saat ini. Wanita ini sudah mengeceknya berkali-kali, tapi hasilnya tetap sama. Tetap dua garis merah yang terlihat.

Pikirannya kalut. Bagaimana jika kekasihnya tidak mau bertanggung jawab dan malah meninggalkannya bersama dengan buah hati yang mereka tidak inginkan kehadirannya.

***

Sementara itu, dua wanita lainnya terlihat berdiri di depan toilet dengan cemas. Mereka juga menunggu hasil dari kejanggalan yang dialami oleh sahabatnya selama ini.

"J! Apa semuanya baik-baik saja?!" teriak salah satu dari mereka sambil terus menggedor pintu kamar mandi.
"Oh, God! Cepat keluar, J!"

"Li! Bisa tenang sedikit?!" sahut wanita satunya. Wanita yang satu ini benar-benar tidak berhenti bolak-balik sejak tadi, dari awal sahabatnya memasuki toilet.

"Rosie! Bagaimana bisa aku merasa tenang disaat seperti ini?!" ujar Lalisa. Wanita ini benar-benar panik, bahkan ia mengabaikan panggilan telfon dari kekasihnya sejak tadi.

"Lalisa! Bisa angkat dulu telfonmu?!" ujar Rose dengan geram. "Itu mengganggu!"

"Y-ya. Baiklah," ujar Lalisa masih dengan wajah paniknya.

Setelah itu, Lalisa pergi keluar kamar Jennie lalu mengangkat telfon dari kekasihnya.

"Ha-hallo," sapa Lalisa gugup.

"LALISA! Oh Tuhan! Kau dimana, sayang?!" terdengar teriakan cemas dari kekasihnya di sebrang sana.

"Ju-jung, a-aku di rumah Jennie, sayang. Maaf tidak mengabari mu," ujar Lalisa. Wanita ini bahkan masih terus memikirkan Jennie di saat seperti ini.

"Bahkan kau tidak mengangkat panggilan dari ku," ujar Jungkook di sebrang sana.

"Iya aku tau, maafkan aku," ujar Lalisa dengan lirih. Pikirannya masih berkelana, ingin cepat-cepat mengakhiri pembicaraan dengan kekasihnya.

"Apa yang terjadi, sayang?"

"Tidak bisa sekarang. Aku akan menceritakan nanti," ujar Lalisa.

"Oke. Kau dimana sekarang?" tanya Jungkook.

"Aku di rumah Jennie,"

"Aku akan menjemput nanti. Hubungi aku jika kau ingin pulang,"

"Baiklah. Terima kasih," ujar Lalisa.

"Sama-sama, sayang."

***

Perlahan Jennie berdiri dari posisinya, menghapus air matanya masih dengan tangan gemetar. Berjalan menuju pintu toilet dengan langkah tertatih lalu membuka pintu toilet dan menemukan sahabatnya dengan air muka khawatir.

MAMA | TAENNIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang