09.00- 15.00 : Kantor
16.00 - 23.00 : Caffe
00.00 - 05.00 : Minimarket
Kevin mehempaskan nafas lelah saat melihat isi dalam note book nya. Jadwal yang begitu padat dengan istirahat yang minim tersusun rapih di sana. Membuat Kelvin merasa lelah sebelum memulai aktivitasnya di hari ini. Untuk sejenak, Kevin menidurkan tubuhnya ke atas kasur empuk. Memejamkan matanya sesaat lalu menatap sendu lukisan langit yang di buat oleh ayahnya.
Terkadang saat sedang seperti ini dia rindu dengan masa-masa sekolah. Masa dimana masih ada Kak Alvin dan ayah di sini. Masa dimana Kevin bisa selalu melihat senyuman mereka dan keceriaan mereka dari jauh. Ya.. Meski dulu Kevin selalu di abaikan tapi itu lebih baik karena, dia masih bisa melihat mereka di setiap harinya. Tidak seperti sekarang, meski Kevin menangis pun dia tetap tak bisa bertemu dengan kakak serta ayahnya. Kevin benar-benar rindu pada Kak Alvin dan ayah. Kevin benar-benar menyesal karena tak bisa menyelamatkan Kak Alvin dan membuat ayah pergi.
Kevin menutupi matanya denga sebelah lengan. Isakkan kecil itu terdengar memilukan. Sebuah isakkan penuh rasa sakit yang selalu Kevin tahan. Sebuah kesakitan yang tak pernah mau Kevin bagi pada siapapun.
**ANOTHER**
"Bagaimana hari pertama kamu? Menyenagkan bukan?" Pertanyaan itu menghentikan gerakan tangan Kevin yang sedang mengaduk supnya. Anak itu pun menoleh pada Rama-- seorang pria baik yang kini menjadi bosnya-- lalu mengangguk dan tersenyum hangat.
"Cukup menyenagkan, walau sedikit sulit.." Jawab Kevin jujur dan tawa Rama pun terdengar.
"Haha tentu saja, ini adalah hari pertama kamu bekerja. Jadi Om memaklumi. Tapi Om salut sama kamu karena kamu bisa cepat akrab dengan pegawai yang lain." Puji rama sembari mengacungkan sumpitnya."Kamu tau kan hubungan dalam rekan bisnis itu adalah kunci kesuksesan dalam bekerja. Dan kamu juga jangan sungkan untuk bertanya bila mendapta kesulitan. Om akan membantu dengan senang hati."
Kevin mengangguk dan mengucapkan terimakasih.
"Tapi Om, kenapa Om mau menerima aku bekerja di sini? Aku bahkan belum memiliki gelar dan pengalaman dalam bidang desain. Tapi Om langsung menawarkan aku di posisi yang cukup bagus." Tanya Kevin heran sejak pertama kali dia ditawari bekerja di perusaan milik Om Rama ini.
"Memangnya kenapa?" Rama balik bertanya."Kamu sangat ahli dalam bidang itu dan Om pikir itu akan menguntungkan Om. Lagi pula gelar saat ini belum bisa menjamis seorang indifidu kopeten. Kadang mereka yang tidak memiliki gelar malah lebih kreatif dan ulet dari mereka yang memiliki gelar. Jadi jangan pernah berkecil hati dan pesimis."
Rama menepuk-nepuk bahu Kevin menyemangati anak itu. Membuat Kevin tersenyum ramah.
"Tapi kenapa cuman tiga bulan, tidakah kamu ingin terus bekerja di sini. Saat cuti kuliah kamu sudah berakhir, Om bisa mengatur jadwal kerja kamu supaya kuliah kamu tak terganggu. Kamu juga bisa bekerja tanpa harus datang ke kantor dan mengirim pekerjaan kamu lewat email."
Kali ini Kevin hanya tersenyum. Sejujurnya dia sangat ingin meneriman tawaran Om Rama. Bekerja di bidang yang kita sukai dengan gaji yang lumayan menggiurkan bukankah itu menyenagkan. Tapi sayangnya Kevin tak memiliki waktu sebanyak itu.
**Longing Heart**
Dari dalam mobil Mata itu masih mengamati lekat seorang pemuda yang sedang sibuk mengelap setiap meja di dalam caffe. Dengan wajah lelah yang terlihat amat ketara di wajah pemuda itu. Tentunya hal tersebut berhasil membuat sang pria yang sedari siang mengamati sang pemuda merasa sedih. Membuat pria itu sangat ingin menyeret pemuda itu kelaur dari caffe dan menyuruh pemuda itu beristirahat di rumah sekaligus melarangnya untuk bekerja serabutan seperti itu. Tapi sayangnya hal itu tak akan pernah bisa dia lakukan. Karena kesalahan yang telah dia lakukan membuat dia tak berhak ikut campur dalam kehidupan sang pemuda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Longing Heart
Teen Fiction'Season 2 dari ANOTHER' Kevin kira semua sudah berahir. Saat kesadaranya menghilang di dalam pelukan sang kakak dia pikir setelah itu semunaya berahir. Semua akan berjalan sesuai rencananya. Tapi nyatanya tuhan berkehendak lain. Karena tuhan masih m...