10. rencana

6.9K 566 45
                                    

Aku tau saat aku membuka mata dan aku menemukan diriku di dalam ruangan serba putih, itu adalah tanda bahwa semua sudah berakhir. Karena pada saat itu aku tak dapat melakukan apapun yang aku inginkan lagi.

****

Sunyi. Meski ada dua orang dalam kamar rawat itu namun entah mengapa ruangan itu malah tak terasa seperti ada penghuninya. Tak ada satu pun dari dua orang yang berada di dalam ruangan itu yang mau membuka mulut yang tentunya membuat perasaan cangguh hadir di antara mereka. Membut hening terasa mencekam dan membuat hati terasa kelabu.

Setelah Kevin siuman, Mika merasa sangat lega. Rasa khawatirnya juga sedikit berkurang. Meski kondisi Kevin belum bisa dikatakan baik, tapi setidaknya putranya itu sudah dapat membuka matanya. Mika senang melihat putranya sudah sadar, namun kemarahan yang ada disebagian hatinya tak dapat Mika abikan. Karena untuk sebuah kekecewaan kali ini Mika tak dapat memaafkan Kevin begitu saja.

Selama ini Mika berusaha percaya pada Kevin, meski dia selalu diliputi rasa khawatir tapi dia selalu berusaha percaya pada putranya. Karena Kevin pernah berjanji pada Mika untuk selalu berkata jujur tentang apapun termasuk kondisi tubuhnya. Tapi ternyata janjinya Kevin ingkari, karena nyatanya anak itu malah menyembunyikan penyakitnya dari Mika. Bukan penyakit ringan biasa, tapi penyakit yang bisa di bilang parah yang tentunya hal itu membuat Mika kecewa. Sungguh Mika benar- benar sangat kecewa pada kevin saat ini.

"Maaf..." Hanya kata itu yang dapat Kevin ucapkan saat ini.

Setelah Kevin tersadar Mika langung memeluknay erat dan menangis terisak lalu setelah itu Mika hanya diam tanpa kata. Membuat Kevin merasa bersalah karena Kevin memang salah. Yaa.. Kevin sudah menyembunyikan keadaanya dan Kevin tau bahwa saat ini Mika pasti kecewa.

Mika yang sembula hanya menatap seprai putih di hadapannya tanpa mau menatap putranya kini mengalihkan padanganya dan menatap wajah pucat Kevin. Dengan mata sedihnya Mika menatap Kevin lekat. Membiarkan putranya itu melihat dengan jelas kekecewaannya.

"Kamu pikir kata maaf yang kamu ucapkan itu cukup?" Mika bertanya dengan suara bergetar. Membuat kepala Kevin kali ini tertunduk dalam. Sakit, tentu saja. Hati anak mana yang tidak merasa sakit saat mendengar suara bundanya yang sedang menahan tangis. "Kenapa kamu gak kasih tau bunda kalau kamu sakit? Kenapa kamu malah menyembunyikan semuanya dari bunda? Kalau kamu kasih tau bunda dan kamu melakukan pengobatan lebih awal kondisi kamu gak akan seburuk ini. Tapi Kenapa kamu memilih untuk tidak malakukan pengobatan? Hemm.. Apa kamu lelah hidup dengan bunda jadi kamu memilih untuk ninggalin bunda? Kamu capek di bebani sama bunda?" Mendenger kalimat terkhir Mika membuat mata Kevin mengeluarkan bulir kristal bening. Cowo itu langung menggengel tidak membenarkan tuduhan bundanya.

"Enggak bunda.. Kevin gak capek tinggal sama bunda, bunda juga gak pernah ngebebanin Kevin.. Kevin hanya.." kalimat Kevin terhenti saat tangan lembut Mika meraih tanganya dan menggenggamnya erat.

"Bunda gak mau kehilangan kamu, kamu tau itu kan?" ucap mika di tengah isakkanya." Bunda udah kehilangan kakak kamu, dan bunda gak mau kehilangan lagi. Sekarang Bunda cuman punya kamu sama Kayla. Bunda gak mau kamu juga pergi ke tempat Kak Alvin... Kalau kamu juga pergi, nanti siapa yang jagain bunda sama Kayla? Kamu kan udah janji sama bunda kalau mau jagain bunda sama Kayla, mm.."

"Kan nanti ada ayah..." Saut kevin dengan senyum lembutnya."Bunda masih mencintai ayah kan?  Nanti Kevin minta ayah supaya rujuk sama bunda lagi, Biar bunda sama ayah bisa tinggal sama-sama lagi kaya dulu. Biar ayah bisa jagain bunda. Kevin yakin ayah juga masih sayang sama bunda, Ayah pasti mau rujuk sama bunda kalau Kevin gak ada. Bunda sama ayah kan bercerai gara-gara Kevin, jadi Kevin akan bikin bunda sama ayah rujuk lagi."

Longing HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang