7. Hadiah

6.7K 621 61
                                    

"Kamu yakin mau ke kampus? Gak istirahat aja dulu di rumah? Muka kamu masih keliatan pucet sayang." Tanya Mika meyakinkan sembari mengelus pipi mulus Kevin lembut. Kevin pun mencoba menepis kekawatiran sang bunda dengan gelengan. 

"Bunda tenag aja, aku udah sehat kok." Jawabanya ceriah."Dan semuanya berkat bubur enak buatan Bunda."Cowo itu ingin mengcup pipi sang bunda namun di tahan oleh lengan mungil Kayla.

"Jangan percaya bunda, Kak Kelpin lagi bohong." Kayla yang semula hanya menonton pembicaraan Mika dan Kevin pun kini ikut menimbrung. Dia menunjukan bibir mengerucutnya pada sang kakak sembari memeluk bundanya."Kela kan gak bisa kakak bohongin." Lanjut anak itu kemudian menjulurkan lidahnya pada kevin. membuat Kevin semakin gemas dibuatnya.

"Kamu dapet kata-kata itu dari siapa?" Kevin mengacak pucuk kepala Kayla dan membuat Kayla teriak kesal pada sang kakak. Tapi teriakan Kayla bukannya membuat Kevin takut melainkan malah membuat Kevin semakin gemas. Karena benar saja teriakan akan itu begitu imut.

"Aku dapet dari Kak Kepin lah, Kak Kepin kan sering ngomong gitu."Jawab Kayla."Lagian Kak Kelpin kan baru pulang kemarin, belum juga main sama Kela, tapi udah mau pergi lagi. Kela sebel jadinya sama Kak Kelpin." gadis itu melipat tanganya di dada dan memalingkan pandanganya dari Kevin. Niat awal ingin ngambek lama tapi semua itu mencair saat Kevin mengangkat tubuh mungilnya. senyum senang Kayla pun mengembang.

"Jangan marah lagi ya adik kakak yang paling cantik." Kevin mengecup kedua pipi Kayla lalu mencubitnya pelan."Nanti pulangnya kakak beliin macaron deh."

"Beneran, kakak mau beliin ade kebipeti warna-wani kaya di pilem sepombop?" Kevin mengangguk. 

"Jadi sekarang udah gak sebel lagi kan sama Kak Kevin." Anggukan Kevin dapatkan. "Kalau gitu kakak berangkat dulu ya. Adek gak boleh nakal dan harus bantuin bunda."

"Sipp deh kak, tenang aja." Kevin kembali mengacak pucuk kepala adiknya setelah menurunkanya dari gendongan.

"Yaudah bunda, aku berangkat dulu." Pamit Kevin. cowo itu mencium kening Mika.

"Jangan lupa bekalnya di makan ya, dan jangan lupa mimum obat mag nya dulu."

"Siap bunda cantik. Asalamualaikum."

*****

Alex menerima dengan senag hati segelas luwak kopi yang di berikan Ramah. Bila kemarin Alex datang ke kantor ramah dengan wajah muram, hari ini sebaliknya. Pria itu datang ke kantor Rama dengan wajah cerah secerah mentari pagi. Dengan senyuman yang terus melekat dan mood yang sangat baik tentunya.

"Jadi apa yang membawa kamu ke kantor ku pagi-pagi sekali?" Tanya Rama penasaran dan hanya di jawab senyuman oleh Alex.

"Ku rasa permintaan ku kali ini tidaklah sulit. Bisakah kamu menolongku untuk memberikan ini pada Kevin." Pinta Alex sembari meletakan beberap paper bag berukuran besar ke atas meja. "Tadi saat perjalana ke sini aku mampir ke departemen store aku melihat sebuah sepatu yang bagus. Aku pikir dia akan menyukainya." Tutur Alex mejelaskan namun sialnya penjelasan Alex itu masih sulit Rama pahami. Karena barusna Alex mengatana bahwa dia hanya membeli sebuah sepatu. Tapi kenapa pria itu memberikan delapan paper bag pada Rama.

"Kamu bilang hanya sebuah sepatu? Lalu menagapa sebanyak ini?" Tanya Rama bingung dan cengiran pun Alex tunjukan. Dia pun menjawab bahwa awalnya dia hanya ingin membeli sepatu untuk Kevin. Tapi setelah berkeliling departemen store dia jadi gelap mata dan membeli semua barang itu untuk putranya.

"Sudah lama aku tak membelikan putraku sesuatu. Jadi aku pun terbawa suasana tadi." Ucapnya sembari tertawa renya. "Lagipula ini belum semuanya. Karena di garasi mobilku masih ada banyak lagi."

Longing HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang