4. Beban

7.2K 675 61
                                    

Menyerah itu lebih mudah dari pada berusaha. Lalu kenapa tak menyerah saja? Kenapa malah repot-repot perusaha dan membiarkan tubuh tersiksa?

****Longing Heart***

Rasa ngantuk itu masih datang meski Kevin sudah menghabiskan dua gelas kopi hitam. Kevin kembali menguap sembari menyekat air mata yang yang keluar sangking mengantuknya. Untuk seminggu penuh dengan sedikit waktu tidur, hal itu cukup melelahkan bagi tubuh Kevin. Tapi meski begitu Kevin harus menahannya. Dia harus kuat menjalani aktivitasnya yang padat selama dua bulan ini. Tidak lama, hanya dua bulan saja.

Kevin kembali melirik jam di dinding. Rasa kecewa itu kembali muncul. Masih pukul 3 pagi, masih dua jam lagi sebelum jam kerja malamnya habis, setelah itu Kevin baru bisa beristirahat. Kevin menghela nafas panjang, hingga suara lonceng yang tergantung di atas pintu berbunyi dan mengalihkan perhatian Kevin.

Sontak mata sayup Kevin melebar saat mendapati sosok Iqbal di sana. Terlebih lagi saat melihat penampilan Iqbal yang sepertinya sengaja pergi ke toko Kevin di jam selarut ini. Pasti anak itu memiliki tujuan lain selain berbelanja. Karena benar saja, jarak toko tempat Kevin bekerja kan cukup jauh dari rumah Iqbal dan lagi, ini masih pukul 3 pagi. Waktu yang tidak normal untuk berbelanja.

Iqbal berjalan masuk tanpa menyapa. mengambil dua kaleng kopi dan satu bungkus kacang kulit ukuran besar lalu memberikan itu pada Kevin guna melakukan transaksi. Kevin pun tanpa bertanya langsung menscan barkot belanjaan Iqbal dan menotalkan belanjaan sahabatnya itu. Sedangkan iqbal, anak itu langsung memberikan uang sejumlah yang Kevin sebutkan lalu memberi isyarat pada Kevin untuk ikut dengannya. Kevin pun tidak menolak dan mengikuti keinginan Iqbal. Toh, toko sedang sepi tak ada pengunjung jadi, bersantai sejenak seharusnya tak masalah.

Kevin duduk di hadapan Iqbal. Sebuah bangku yang sengaja di siapkan untuk bersanati pelanggan yang ada tak jauh dari pintu menjadi tempat pilihan mereka. Untuk sejenak setelah Iqbal meberikan kopi kaleng pada Kevin tak ada yang berbicara. Iqbal menikmati kopi itu begitu pula dengan Kevin. Meski anak itu merasa cangguh karena Iqbal terlihat dingin tapi, dia berusaha untuk bersikap sesantai mungkin.

"Ngapain lo belanja jauh banget sampe ke sini? Kangen sama gua?" Tanya Kevin memecah keheningan. Niatnya bercanda tapi sepertinya itu bukan waktu yang tepat.

"Apa nyokap sama Bayu tau kalau lo kerja kaya gini?" bukannya menjawab pertanyaan Kevin, Iqbal malah balik bertanya. Membuat Kevin memalingkan pandanganya.

Sungguh, Kevin sangat tak mau menjawab pertanyaan Iqbal saat ini. Rasanya Kevin ingin pergi saja kembali ke tempatnya di depan mesin kasir. Tapi kalau dia menghindar Iqbal pasti akan semakin kesal dan itu akan semakin menambah masalah.

Iqbal mendesa saat tak mendapati jawabn dari Kevin. Itu artinya tante Mika dan Bayu tak tau bahwa Kevin melakukan kerja hampir 24 jam sehari. Sesuatu yang sudah Iqbal duga tapi tetap membuatnya kecewa.

Setelah mendapat kabar dari Faldi teman kuliahnya yang memberitau bahwa Kevin bekerja juga di sebuah toko 24 jam saat malam hari. Iqbal sudah punya feeling bahwa ada yang tidak beres, dan sedihnya dugaanya benar. Kevin benar-benar bekerja di toko ini, di shif malam setelah pulang dari caffe. Setelah bekerja seharian penuh, Bukanya beristirahat Kevin malah lanjut bekerja samapi pagi. Sungguh anak gila.

"Mereka pasti bakal marah kalau tau." Jawab Kevin akirnya dengan suara pelan dan membuat Iqbal kembali mendesa.

"Terus kenapa lo lakuin ini, kalau lo tau mereka akan marah?" Kali ini nada bicara Iqbal sedikit meninggi. Anak itu meletakan minuman kalengnya ke atas meja. "Lo mau cepet mati kerja kaya gini?!"

Kevin kembali diam, ada kegundaan dalam hatinya untuk mengatakan alasan mengapa dia begitu giat bekerja siang dan malam hingga dia mengorbankan kuliahnya. Tapi kalau dia tak memberi alasan, Iqbal pasti akan terus menanyakannya. Hingga jawaban singkat pun keluar dari mulut Kevin.

Longing HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang