5. Pertemuan

7.2K 690 66
                                    

Di setiap kesulitan aku akan selalu ada. Kau tau, itulah fungsi ayah bagi anaknya.

***Longing Heart***

Azam terpaku di tempat. Menatap layar handponya yang tertera sejumblah uang yang terkirim di rekeningnya. Dengan enam digit angka 0 di blakang angka 1. Nominal itu sangatlah banyak untuk Azam. Karena bagaimana tidak, Azam hanya membeli dua kotak bento dengan haraga kurang dari 200 ribu per hari. Di kali 4 hari jadi totalnya Rp. 800.000,- tapi yang dia dapat malah sebanyak Rp 1.400.000,- Mungkinkan sang pemberi uang itu salah hitung.

"Maaf Pak, apa uangnya tidak terlalu banyak?" Tanya Azam ragu. Siapa tau pria di hadapanya ini salah memberi. Namun sang pria hanya tersenyum teduh sembari menggeleng.

"Sisanya bonus buat kamu. Terimakasih sudah menjaga anak saya." Tuturnya ramah."setelah ini saya akan terus mentransfer uang di setiap minggunya. Jadi bisakah bapak terus melakukan yang saya perintahkan?" Azam menganguk mantap. Kemudian Alex memberikan selembar kertas pada Azam. "Ini adalah daftar menu makanan kesukaan putra saya. Mungkin dia akan bosan bila menunya selalu sama."Azam mengangguk, pria itu mengatakan bahwa dia akan mengganti menunya di setiap hari." Dan bisakah bapak beri libur dia dua hari semingu. Untuk kerugian ketidak hadiran dia saya akan membayarnya." Alex menambahkan, namun bukannya langsung menjawab Azam malah terdiam dengan raut wajah bingung.

"Maaf, Pak.." Azam tampak ragu. "Masalah hari libur... " Azam kembali terdiam, dia benar-benar takut salah saat menjawab pertanyaan dari bos barunnya itu. " Kevin.. Saat saya tawarkan dia ingin libur di hari apa, anak bapak menolak. Dia bilang dia akan bekerja full selama dua bulan ini tanpa libur."

Seketika, setelah mendengar jawaban Azam Alex tertegu. Separuh hatinya berdenyut sakit. Bagaimana bisa seseorang bekerja tanpa mengambil hari liburnya, dan lagi anak itu tidak hanya bekerja di satu tempat. Sungguh hal itu menghancurkan Alex.

Selama ini Alex berusaha menahan diri, meski dia bisa saja mendatangi Kevin tapi Alex lebih memilih hanya memperhatiakn Kevin dari jauh dan mendukung semua yang Kevin lakukan. Seperti saat Kevin mencari pekerjaan part time, sebeneranya semua pekerjaan yang Kevin dapat atas campur tangan Alex. Karena itu, Kevin selalu mendapat bos yang baik. Bos yang pengertian bila Kevin harus mengambil libur untuk kuliah. Alex melakukan hal itu guna meringankan beban Kevin, Alex tak dapat memberi uang secara langusng pada Kevin tapi Alex bisa memberikanya lewat orang lain. Dengan cara itu juga Alex berharap Kevin tidak kesulitan dalam membagi waktu kuliah dan bekerja. Tapi entah mengapa semakin lama, bukan hal baik yang Alex dapat dia malah mendapat kenyataan pahit yang menghancurkn hatinya. Alex pikir bila dia membiarkan Kevin melakukan apa pun yang dia mau, semua akan baik-baik saja. Tapi entah apa yang ada di dalam fikiran Kevin, Anak itu malah semakin gila kerja dan parahnya dia malah mengorbankan kuliahnya. Bukankah semua ini sudah keterlaluan. Sungguh rasanya detik ini Alex sangat ingin menemi Kevin dan memohon pada anak itu untuk berhenti memaksakan dirinya.

"Saya tau ini sulit, tapi bisakah bapak memaksa putra saya untuk mengambil liburnya." Pinta Alex lagi. "Dan juga bisakah bapak kurangi jam kerjanya. Saya akan mentranfer lebih banyak uang lagi bila bapak melakukan hal tersebut."

**longing heart **

Di depan gedung yang menjulang tinggi Kevin terpaku. Di tatapnya gedung di hadapanya itu dengan sorot mata sendu. Sebuah gejolak dalam hatinya tiba-tiba muncul dan membuat dada Kevin terasa sesak saat melihat gedung putih itu. Sebuah bangunan yang sudah sangat lama tak pernah Kevin datangi. Sebuah bangunan yang dimiliki oleh seorang pria yang sangat Kevin rindukan. Ayah.. Ya.. Gedung itu milik ayahnya. Milik Tuan Alexandra gabril, seorang pengusaha kaya raya. Dan apesnya hari ini Kevin di suruh mengantar pesanan untuk salah seorang kariawan di perusahaan milik ayahnya itu. Sunguh sebuah kemalangan.

Longing HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang