"Bukankah kau juga tahu jika aku bukan robot yang akan selalu patuh padamu?" Aurora berdiri, menegakkan tubuhnya, dan membalas tatapan tajam Dante.
Seulas senyum yang terlihat berbahaya terukir di wajah tampan Dante. Lelaki itu memasukkan kedua tangannya di saku celana, berjalan mendekati Aurora sembari terus menatap gadis itu yang tidak juga gentar melihat tatapan tajam Dante.
"Siapa saja yang melihatmu memakai pakaian itu tadi?"
Aurora seketika itu juga meneliti penampilannya. Kaus putih itu melekat erat di tubuh bagian atas Aurora. Rok jins yang dipakainya jatuh di atas lututnya, memperlihatkan kaki jenjangnya. Aurora terlihat seksi tapi tidak vulgar.
"Tidak ada yang melihat Aurora selain aku, Dante." Oma Eni berdiri dan mendekati Dante, memberi lelaki yang masih terlihat marah itu senyuman menenangkan. "Percayalah. Semua pegawai lelaki tidak ada yang berani masuk selagi belum kau perintahkan."
Dante menarik napas panjang lantas mengangguk. "Oma, aku ...."
"Kau khawatir." Oma Eni mengangguk mengerti, seolah tahu apa yang akan dikatakan oleh Dante tadi. "Aurora adalah milikmu, Dante. Aku tahu itu."
Dante tersenyum, mendekati Oma Eni dan secara mengejutkan mencium pipi berkeriput wanita separuh baya itu.
Oma Eni tergelak, menepuk pelan lengan Dante. "Kau menciumku, Dante?"
"Itu karena aku mencintai Oma."
Dante kembali menatap Aurora. Diraihnya tangan gadis itu dan diusapnya lembut. "Saat marah dan wajahmu memerah, kau terlihat sangat cantik."
Aurora terdiam, menatap lekat lelaki tampan dengan sorot mata tajam di depannya itu. Dante bersikap lembut setiap kali berada di dekat Aurora. Gadis itu bahkan tidak yakin Dante sekeras yang terlihat dari luar.
"Oma." Dante mengalihkan tatapannya pada Oma Eni. "Aku akan membawa Aurora kembali ke atas."
Om Eni mengangguk, mengusap lembut tangan Dante dan membiarkan kedua orang itu berlalu dari hadapannya.
Dante menggenggam erat tangan Aurora sepanjang perjalanan mereka menuju lantai atas, tempat di mana Aurora sebelumnya beristirahat.
"Kenapa kau suka sekali melanggar perintahku, Princess?"
Aurora mencoba melepaskan genggaman tangan Dante tapi lelaki itu semakin mengeratkan pegangannya.
"Itu kata yang tidak aku suka, Dante. Kau mengatakan perintah. Aku bukan robot atau anak buahmu yang akan selalu mendengarkan perintah yang kau berikan."
Kening Dante berkerut. Lelaki itu terlihat bingung. "Lalu kata apa yang kau suka? Aku hanya tahu satu kata : perintah."
Aurora mendesah pelan, mengamati wajah keras lelaki di depannya itu. Melihat keras dan tajamnya mata Dante, hanya Tuhan lah yang tahu apa yang dikerjakan Dante untuk menjadi sekaya seperti saat ini. Dan jika Dante hanya mengenal kata perintah dalam hidupnya, Aurora dapat memahaminya.
"Ada kata lain selain kata perintah, Dante."
Dante masih mengamati dengan kening berkerut. "Kata apa itu?"
"Tolong."
"Tolong?" ulang Dante lagi.
Aurora mengangguk. "Ya. Kata itu bisa kau ucapkan jika kau memintaku melakukan sesuatu. Kata itu adalah kata yang sangat sopan dan membuat orang yang kau mintai tolong merasa sangat dihargai."
"Tidak." Dante dengan cepat meggeleng. "Kata itu mungkin cocok untuk orang lain tapi bukan untukku, Princess. Aku tidak akan pernah menggunakan kata itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine! [On Going]
RomanceMine! ( A Possessive Lover Romance Series) Adalah novel pendek berseri tentang possessive lover. Akan ada beberapa judul cerita dalam satu novel, yaitu : 1. The Princess and The Devil [Tamat] 2. Seducing Prince Ares [Tamat] 3. The Kiss [On Going] ...