8

7.1K 377 134
                                    

Karena hari ini aku ulang tahun, sebagai hadiah untuk kalian semua, aku kasih update cerita ya.

Oia, Selamat Menjalankan Ibadah Puasa. Semoga kita bisa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita di bulan penuh berkah ini.

Selamat membaca ....

.
.

"Pertama, kau harus memastikan jika kamera dan lensa yang akan aku pakai dalam keadaan bersih. Baterai telah diisi dan terpasang dengan benar. Flash memory juga telah diformat." Alexis mengangguk, mendengarkan penjelasan Raya dengan seksama. "Dan jika ada klien datang, kau harus mempersiapkan semua peralatannya sesuai dengan tema yang mereka inginkan. Kau bisa menanyakan di mana tempat peralatan-peralatan itu pada Ella."

Alexis lagi-lagi mengangguk dan wajahnya terlihat serius. Dia tengah menggengam salah satu lensa kamera Raya yang tadi dibersihkannya. Lelaki itu menatap lensa itu dengan kening berkerut.

"Kenapa kau memilih untuk menjadi fotografer?" tanya Alexis sembari kembali menatap Raya. "Di antara begitu banyak profesi yang bisa kau pilih."

Raya terdiam, membalas tatapan Alexis. Tiba-tiba, ruang kerjanya yang kecil terasa semakin sesak dengan kehadiran Alexis yang menatapnya lekat. Haruskah ia menceritakan pada Alex alasan dirinya begitu menyukai fotografi?

"Apa yang begitu menarik dari sebuah kamera, Raya?" Alexis meletakkan lensa tadi kembali ke meja, melipat kedua tangannya di dada, menanti jawaban Raya.

"Menjadi fotografer membuat aku memiliki kekuatan unutk membekukan sebuah peristiwa." Raya akhirnya memutuskan bercerita. "Dengan kamera, aku mampu menciptakan kenangan, entah itu bahagia ataupun sedih. Aku mampu membekukan tawa, air mata, dan juga amarah. Aku memegang kendali saat bersama kameraku. Seperti halnya seorang penulis yang memegang kendali atas sebuah cerita, aku memegang kendali atas sebuah peristiwa."

Kedua alis Alexis terangkat, matanya berbinar. "Wow, aku sungguh tidak pernah menyangka akan sepanjang dan sedalam itu alasanmu menyukai fotografi."

"Aku mencintai fotografi, Lex. Ini bukan hanya pekerjaan untukku. Ini juga nyawaku. Aku mendapatkan kamera pertamaku saat aku berumur sepuluh tahun. Aku mulai mengabadikan apa saja sejak saat itu." Raya beringsut mendekati jendela, menatap ke arah jalanan di depan studionya. Kenangan masa lalu itu menyerbu benaknya.

"Siapa yang memberimu kamera untuk pertama kalinya?"

Raya menarik napas panjang. Ia tahu, semakin dekat dirinya dengan Alex, maka akan semakin dalam juga lelaki itu mencoba mengenalnya. Dan anehnya, Raya tidak keberatan.

"Itu hadiah ulang tahunku, dari seorang donatur di panti asuhan tempat aku dibesarkan. Saat aku tahu dengan kamera aku bisa mengabadikan apa saja, aku mulai mengambil foto semua penghuni panti. Aku membuat kenangan yang akan bisa mereka ingat selamanya. Karena tidak memiliki kenangan tentang masa lalumu adalah hal yang sangat menyedihkan. Seperti aku, aku tidak tahu siapa orangtuaku, aku tidak tahu seperti apa wajah mereka, tawa mereka, dan tidak memiliki kenangan sedikit pun tentang mereka."

"Karena itu kau terobsesi untuk mengabadikan apa saja dalam bentuk foto?"

"Ya." Raya tersenyum, mengangguk pelan sembari menatap Alexis. "Saat aku mengambil foto mereka, aku mengabadikan bukan hanya fisik mereka saja, tapi juga jiwa mereka."

Alexis menatap lurus, membuat jantung Raya berdebar kencang dan seluruh tubuhnya terasa bergetar. Alexis berjalan mendekatinya, meraih tangan raya dan menggenggamnya.

"Jangan, Raya." Alexis menggeleng pelan saat Raya berusaha melepaskan tangannya. "Biarkan aku menggenggam tanganmu. Sebentar saja."

Raya terdiam. Tangannya yang digenggam Alexis terasa menghangat. Tatapan lembut Alexis, usapan lembut ibu jarinya di punggung tangan Raya membuat gadis itu merasa nyaman, terlindungi, dan disayang. Selama ini, saat tinggal di panti asuhan Raya harus berbagi kasih sayang bunda panti dengan anak-anak lain. Ia tidak pernah tahu bagaimana rasanya sebagai satu-satunya yang disayang dan dicintai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mine! [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang