p r o l o g

11.4K 415 11
                                    


"Tara!"

Tara menjauhkan wajahnya dari buku novel yang tengah ia baca. Wajah Zara, kembarannya menyembul dari balik pintu dan tanpa diminta ia langsung melangkah masuk mendekati Tara.

"Ayo cepat ke aula istana. Papa sudah menunggu kehadiran kita di sana. Lelaki yang menyelamatkan David akan datang hari ini."

Dengan cepat Tara melemparkan novel yang tengah dibacanya ke atas ranjang lantas menuruni ranjang hendak melangkah. Langkahnya terhenti saat tangannya tiba-tiba dipegang oleh Zara. Tara mengangkat satu alisnya penuh tanya.

"Kau tidak bisa masuk aula istana dengan pakaian seperti itu." Zara menggelengkan kepalanya menatap Tara dari atas hingga ke bawah. "Mama akan sangat marah. Kau tahu bagaimana mama kan?"

Ratu Sheila, mama mereka memang terkenal sebagai ratu yang sangat fashionable, dia selalu memerhatikan pakaian yang akan dikenakannya bahkan saat ia akan beranjak tidur.

Tara menatap celana pendek dan kaus yang dipakainya tadi yang memang pakaian favoritnya. Mengembuskan napas kesal, Tara beranjak kembali ke sebuah walk in closet di sebelah ranjangnya untuk mencari pakaian yang layak ia pakai di depan seluruh anggota kerajaan.

Sebuah gaun cantik berwarna biru muda sebatas lutut akhirnya menjadi pilihan Tara. Setelah merapikan rambut coklat ikalnya yang ia biarkan tergerai, Tara kembali berjalan mendekati Zara yang terlihat sangat anggun dalam balutan setelan ketat berwarna hijau, sewarna dengan matanya.

Kembarannya itu memang menuruni bakat mama mereka, memiliki selera berpakaian yang baik. Sementara dirinya, termasuk dalam kategori biasa saja, baik dari segi penampilan maupun kecantikan. Tara selalu merasa Zara lebih cantik dibandingkan dirinya.

"Penampilanmu sudah lebih baik." Zara menarik lagi tangan Tara sembari keluar dari kamar.

Mereka menusuri lorong panjang yang menghubungkan setiap kamar menuju langsung ke aula istana yang berada di bagian tengah istana sementara kamar mereka berada di bagian sayap sebelah kiri.

Beberapa penjaga dan pelayan istana yang bertemu dengan mereka segera membungkukkan badan tanda hormat. Tara membenci hal itu, ia tidak ingin diperlakukan berlebihan. Tapi, itu adalah protokol istana yang harus ia dan seluruh pelayan istana patuhi.

"Siapa orang yang sudah menyelamatkan Pangeran David, Zara?"

Zara memperlambat sedikit langkahnya, menatap ke arah Tara. Mata hijaunya terlihat sangat bening.

"Entahalah. Aku hanya mendengar beberapa pengawal mengatakan lelaki itu sangat berani, mempertaruhkan nyawanya demi David, pangeran mahkota. Awalnya dia menolak untuk datang ke istana, mengatakan sudah menjadi kewajibannya sebagai rakyat untuk melindungi anggota kerajaan. Akhirnya, setelah papa memohon, lelaki itu setuju untuk datang dengan satu syarat."

"Syarat apa?" Kening Tara berkerut. Siapa orang yang berani memberi persyaratan pada Raja?

"Syaratnya adalah," Zara kembali mempercepat langkahnya saat pintu besar aula istana mulai terlihat. "Dia tidak ingin saat datang nanti ada banyak orang yang menyambut ataupun melihatnya di aula. Pertemuan ini hanya antara dirinya dan anggota kerajaan. Papa, mama, aku dan kau sendiri. Serta beberapa pejabat istana."

Alis Tara kembali berkerut. Sombong sekali lelaki ini. Dia pikir dirinya siapa mengharapkan penyambutan besar untuk dirinya? Dia seharusnya berterima kasih papa sudah mau menjamunya di istana. Jika bukan karena David, Tara bahkan tidak akan mau hadir saat ini.

Seminggu yang lalu, Pangeran David, kakak lelakinya yang paling tua memutuskan untuk mengendarai motor balapnya di daerah yang cukup terpencil, dekat dengan perbatasan kerajaan. David mengalami kecelakaan yang menyebabkan dirinya dan motor yang dikendaraainya jatuh ke jurang. Beruntung saat itu ada lelaki yang sedang lewat di sana.

Mine! [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang