Mine! [On Going]

4

Raya menyipitkan matanya, menatap fokus ke arah rumah di depannya dari ambang pintu rumah. Oma Rina atau yang biasa disapa Oma Ri yang tengah berada di bawah pohon lumayan besar itu berteriak sembari menatap ke atas.

Siapa yang tengah diteriaki oleh Oma Ri?

"Ya Tuhan, kau sudah memegangnya?" Raya mendengar teriakan itu, dahinya masih berkerut dan matanya masih menyipit, ia masih belum melihat dengan jelas siapa yang tengah berada di atas pohon itu. "Tolong turunlah perlahan dan pastikan Luna tidak ketakutan."

Luna adalah nama kucing Persia kesayangan Oma Ri. Apakah Luna memanjat pohon dan terjebak lagi di sana seperti kebiasaannya itu?

Raya masih menatap fokus ke depan. Biasanya Oma Ri selalu memanggil dirinya jika Luna terjebak di atas pohon seperti itu tapi kenapa sekarang tidak? Apakah Oma akhirnya menemukan orang lain?

Gerakan di pohon besar itu membuat Raya kembali menyipitkan matanya. Sosok bertubuh besar dan tinggi tengah menuruni pohon dengan sebelah tangan memegang kucing berbulu lebat berwarna abu-abu sementara sebelah tangannya berpegangan pada dahan pohon. Dengan sekali lompatan sosok lelaki itu sudah berada lagi di tanah, memeluk erat Luna tetapi sayangnya Luna justru berontak, keempat kakinya menerjang, mencakar sosok lelaki itu, membuat sosok itu berteriak keras dan segera melepaskan Luna dari pelukannya.

"Luna!" teriak Oma Ri keras sembari menyeret tubuh tua dan tambunnya mendekati kucing kesayangannya yang bersembunyi di balik pohon. "Ayo sayang, kembali ke sini. Ini Oma."

Raya bergegas keluar dari rumah, membuka pagar dan berlari menyeberangi jalan kecil pemisah rumahnya dan rumah Oma Ri. Mereka tinggal di komplek perumahan kecil dengan dinding rumah yang saling menempel dan jalan pemisah kecil yang hanya bisa dilalui oleh satu mobil. Saat tiba di depan rumah Oma Ri, Raya melihat lelaki itu tengah memegangi lengannya yang sedikit berdarah dan Oma Ri sudah menggendong Luna yang menatap dengan mata bulat hitam itu.

"Ya Tuhan, kau berdarah, Lex!" Oma Ri mendekati lelaki itu, meraih tangan kanannya yang terluka akibat cakaran Luna. Oma Ri mengalihkan tatapannya pada Raya yang sudah berada di dekat mereka dan berkata, "Ray, bisa tolong obati luka Alex? Aku punya antiseptik di rumah."

Lelaki yang tangannya dipegang Oma Ri dengan cepat menggeleng, membuat rambutnya yang menutupi sisi kanan wajahnya bergoyang. "Tidak perlu, Oma. Aku bisa melakukannya sendiri."

Raya terdiam sebentar saat suara serak tadi terdengar di telinganya. Suara itu menganggunya.

"Kau ini! selalu saja melawan." Oma Ri menepuk lengan kiri lelaki di depannya dan berdecak kesal. Raya kembali menatap kedua orang tadi, melupakan sementara pikiran yang mengganggunya tadi. "Masuklah ke dalam dan biarkan Ray mengobatimu."

Oma Ri masuk terlebih dahulu ke dalam rumah, sembari mengusap bulu Luna, mungkin untuk menenangkan kucingnya itu. Sosok lelaki yang wajahnya selalu menunduk itu mengikuti di belakang Oma, enggan membalas tatapan Raya yang penasaran ingin tahu siapa lelaki itu dan apa hubungannya dengan Oma Ri.

"Kau tahu di mana kotak P3Knya kan, Ray? Kau obati luka Alex ya, Oma akan membawa Luna ke kandangnya dan memberinya air."

Tanpa menunggu lagi jawaban Raya, Oma Ri sudah menghilang ke dalam, meninggalkan Raya bersama lelaki yang saat ini tengah berdiri menunduk memandangi tangannya. Raya meraih kotak P3K yang digantung Oma Ri di dinding dekat meja makan dan kembali mendekati lelaki tadi.

"Bisa kau duduk di kursi itu?" Raya menunjuk kursi makan di depannya. "Aku akan membersihkan lukamu. "

Lelaki itu menunduk, menyeret kursi dan duduk di sana. Raya meraih satu kursi dan duduk di depan lelaki itu. Ia meraih alkohol dan kassa steril, mengusapkannya pada luka memanjang di lengan lelaki itu. Suara sedikit mendesis keluar dari bibirnya, membuat Raya merasa sedikit bersalah.