Chapter 10

6.3K 731 50
                                    

Your ego destroy everything

.

Yoongi membuka kelopak matanya dengan perlahan-lahan, melihat sinar matahari yang menusuk matanya. Bertapa terkejutnya dirinya ketika melihat jarum jam menunjukan pukul sembilan pagi. Ia dengan cepat memposisikan tubuhnya untuk duduk, dan merasakan aroma makanan yang begitu menyengat di indra penciumannya.

Ia langsung melihat salju yang turun dengan lembut, pemandangan musim dingin di luar jendela itu. Pemandangan pagi yang sudah lama ia rasakan. 

Apa aku baru saja tertidur..?

"Oh Yoongi-ah.. aku sudah menyiapkan omlet dan susu hangat," Jimin meletakan di meja makan yang cukup untuk dua orang, Yoongi yang masih pakai pakaian kemarin itu menuruni kasur dan dengan ragu ia mendekati meja makan itu.

"Kamu tidur dimana..?" Yoongi bertanya.

Jimin mendengarnya langsung tersenyum kecil, "Tidak perlu mempedulikanmu. Oh kamu bisa tidur kan?"

Yoongi duduk di meja makan dan melirik kearah sofa, disana terlihat ada bantal bekas tiduri, dan bisa di simpulkan jikalau psikolog itu semalaman tidur di sofa.

"Makanlah," Jimin duduk berhadapan dengan Yoongi, "tenang saja. Aku akan menjaga privasimu--"

"Pasti kamu melakukan ini karena pekerjaanmu kan?" Yoongi memastikan dengan nada dinginnya.

Pasti.

Dia akan menyakitiku.

"Tidak lah!" Jimin tiba-tiba meninggikan nadanya, "astaga kenapa kamu sulit sekali percaya kepadaku.."

Yoongi terdiam. Kemudian Jimin menghembuskan nafas kasarnya, " Aku memang psikolog. Aku melakukan ini bukan karena uang. Aku melakukan ini karena aku mau dan ini adalah instingku."

"Tolonglah.." Jimin mulai sedikit meredakan emosinya dan sedikit menunduk karena merasa lancang kepada pasiennya.

 "jangan terus mengikuti ego mu.."

.

Taehyung menggeram kesal, hari ini dia harus melakukan meeting bersama dengan perusahaan lain dan CEO nya saat ini belum datang-datang juga. Jadwal sudah di tetapkan, mana lelaki brengsek itu? Rasanya Taehyung ingin sekali menendangnya dari lantai yang ia tempat saat ini. 

Beruntunglah Min Yoongi memiliki anak buah yang memiliki kesabaran yang luarbiasa tinggi. Kesabaran yang sangat amat kuat karena dia saat ini di permalukan di depan tamu-tamu perusahaan lain yang sudah menunggu terlalu lama.

Mau taruh di mana mukanya?

"Mana Min Yoongi??" 

Bersumah demi apapun ini sangat memalukan, dan rasanya Taehyung saat ini di rendahkan di hadapan mereka semua.

Ponsel Taehyung berdering, akhirnya dia bisa tenang dan bisa mendengar kabar dari boss nya jika boss nya akan tiba disana. 

Namun ketenangan itu tiba-tiba menghilang ketika mendengar sesuatu hal yang mengejutkan.

"Batalkan meeting nya."

Ingin sekali ia membenturkan kepalanya ke tembok.

.

Suran dengan senyuman malaikatnya datang ke ruang kerja Yoongi, dengan membawa pakaian hangat dan di pastikan pakaian itu bukanlah pakaian yang sembarang. Harganya sangat tinggi, wanita itu menghadap kearah Yoongi yang masih terdiam di meja kerjanya, sambil menatap kearah salju turun itu.

"Kamu gak punya malu," Yoongi berbicara dengan nada kesalnya, "masih mau mendekatiku setelah apa yang kamu lakukan kepadaku. Jalang."

Wanita itu terkejut, ia memperlihatkan wajah menyedihkannya di hadapan Yoongi, "Aku dulu salah.. maafkan aku. Aku ingin kita balikan seperti dulu--"

"Kamu membuatku menjadi sakit jiwa kau tau itu?" Yoongi menatap tajam kearah wanita tersebut, "dan satu hal lagi. Aku sudah ada seseorang di hatiku."

Suran terkejut, "S-Siapa?"

"Ia menyembuhkanku dari semua ini," Yoongi mengatakan dengan wajah datarnya, "dan kamu sudah cukup menyakitiku selama bertahun-tahun."

"M-Maafkan aku--"

"Aku akan membunuhmu kalau kamu berani menampilkan wajah menggelikanmu di hadapanku."

.

Jimin duduk diam disana, matanya tidak lepas dari gambar yang di tempelkan oleh sang adik di tembok itu. Gambarnya bisa terlihat setiap Jimin bangun tidur, gambar anak kecil yang terlihat lucu itu. Gambar dari crayon yang menambahkan kesan keunikannya tersendiri.

Yoongi sudah siap dengan pakaiannya dan memutuskan untuk pulang ke rumahnya, sebelum ia melangkah pergi, ia di hentikan oleh Jimin yang memberikan sweter hitam yang pernah di pinjamkan oleh Yoongi sebelumnya. Lelaki berambut pirang itu tersenyum lembut kearah lelaki pucat itu.

"Bolehkan aku memanggilmu dengan sebutan Hyung?" Jimin memberikan sweter itu, kemudian Yoongi menerimanya dengan santai.

Lelaki pucat itu tanpa mempedulikan dirinya dia menjawab, "Ya." 

Jimin tersenyum girang, ia terlihat gemas sekali. Pandangan Yoongi kemudian mengarah kepada sebuah gambar yang ia lihat pertama kali sebelum tidur dan sesudah tidur. Gambar tersebut terlihat menampilkan gambaran dua orang berambut pirang. Ternyata disini dulu di tinggalkan seorang anak kecil?

Apakah itu gambar dirinya?

"Itu gambar.."

Jimin menoleh kebelakang, melihat apa yang Yoongi lihat. Oh lihatlah itu, ada gambar dua lelaki di dalam gambar tersebut. Yang satu lelaki nya lebih tinggi, dan yang satunya berbadan pendek. Di gambarkan dengan crayon sebuah senyuman yang terlihat di wajah keduanya. 

"Itu gambar adikku,"  Jimin menatap Yoongi dengan semangat.

Lelaki pucat itu menaikan sebelah alis matanya, Jimin punya adik? Dimana adiknya? Ia semalaman penuh tidak menemukan keberadaan adiknya. Mungkinkah adiknya tinggal dengan orangtuanya?

"Dia sedang sekolah," Jimin berbicara dengan santai, "sebaiknya kamu segera berangkat kerja."

Jimin melirik kearah jarum jam, memperlihatkan pukul sebelas siang. Seharusnya adiknya sudah pulang sekarang. Ia menunggu adik kecilnya datang terlebih dahulu, baru ia akan berangkat untuk bekerja. 

Kekawatirannya mulai menambah, karena hujan saljunya cukup deras. Apakah adiknya tadi pagi memakai jaket tebal? Apa dia memakai syal? Pakai kupluk? Apa tadi adiknya sudah menalikan sepatunya? Jimin tidak tau.

Ia terlalu menghawatirkan Yoongi ketimbang adiknya. 

Ketika suara ketukan terdengar, Jimin tersenyum senang. Ia berdiri dan berjalan dengan langkah yang cepat, bahkan kucing calico nya bersembunyi ketakutan di bawah meja makan. Kucing itu menatap kearah Jimin yang membukakan pintu dan memperlihatkan senyumannya kepada sang adik yang terkena hujan salju itu

Sang adik sungguh menggemaskan, ia berambut pirang dan berkulit lembut. Ia seperti bocah yang di tenggelamkan di jaket yang tebal. Jimin dengan cepat menghangatkan ruangan supaya adiknya mendapatkan kehangatan. Ia melihat adiknya langsung duduk di sofa dan menonton di televisi yang sudah menyala.

"Hyung mau kerja dulu ya.." JImin tersenyum kearah adiknya, "Chimmy jaga adikku ya.."

Ketika Jimin keluar, kucing yang bersembunyi di bawah meja makan itu bergetar samar. Memperlihatkan bertapa anehnya majikannya itu.

Karena setiap hari Jimin berbicara sendiri.

Lullaby 「Yoonmin」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang