Chapter 4

6.8K 730 4
                                    

Sosok lelaki berambut pirang yang duduk di sofa merah yang berada di ruang kerjanya. Dengan kucing tipe calico yang tertidur lelap di paha berlapis jeans itu. Tangan kanannya dia belai kearah puncak kepala kucing itu. Matanya tak lepas dari sosok wanita yang menangis-nangis untuk meminta pertanggung jawaban atas kehamilannya kepada orang yang dia sayangi dan telah di khianati itu.

Jimin mengerutkan dahinya, dia mengerti bagaimana perasaan wanita muda itu. Andai kata dia berada di posisi wanita itu, mungkin dia akan bunuh diri karena rasa sakit hatinya. Apalagi melahirkan seorang anak tanpa ayah itu sangat menyakitkan.

Jimin tersenyum miris, "Astaga.. suamimu itu.. "

Wanita itu menangis dengan tersendu-sendu, "A-aku ingin tuhan membalas keburukan dia! H-hiks huwaaa!"

Jimin kemudian menaruh kucing kesayangannya di sofa dan mulai mendekati wanita itu. Kemudian dia menepuk pundak wanita itu perlahan-lahan, supaya dia bisa tenang dan bisa mengeluarkan semua emosinya ke Jimin.

"Meong~" Chimmy tiba-tiba melompat ke paha wanita itu dan mengelus-ngelus perut buncit milik wanita itu.

Wanita itu yang tadinya menangis langsung terkejut melihat kucing calico itu, seakan berbicara kepadanya untuk tenang.

"Bongsoon.." Jimin mulai berbicara, "kamu memiliki nyawa di dalam perutmu. Kamu harus menjaga nyawa itu dengan baik karena, percayalah padaku. Nyawa di dalam kandunganmu itu adalah sosok malaikat yang sangat indah dan menantikan untuk menemanimu dan menjagamu."

Bongsoon kemudian mengusap perut buncitnya, "Menemaniku..?"

" Malaikat kecil yang di titipkan dari tuhan untuk menemanimu dan terus berada di sampingmu. Jangan terus bersedih, nantikan anakmu yang imut ini," Jimin tersenyum lembut, "ngomong-ngomong.. siapa namanya?"

"A-aku belum memikirkannya.." Bongsoon sedikit gugup.

"Kamu harus memberikan nama yang indah untuknya," Jimin terkekeh.

Wanita itu mengangguk, dia mulai berdiri dan berjalan keluar dari ruang kerja Jimin. Sebelum dia benar-benar ingin keluar, dia menoleh dan membungkuk dengan hormat, menandakan seberapa terimakasihnya dia kepada Jimin.

Barulah wanita itu pergi tanpa beban sekalipun, karena semua beban-bebannya sudah di tumpahkan kepada Jimin. Jimin suka dengan pekerjaannya, dia selalu mendengar suka maupun duka, dan dia akan selalu menghibur mereka. Kucing milik Jimin kemudian melompat kearah paha Jimin, dia meraung seperti ingin dinyanyikan lagu untuk tidur.

"Astaga kamu ini.." Jimin mengusap kepala Chimmy.

"If i sing a lullaby" "I will take you to your dream.."

...

Yoongi duduk diam di ruang kerjanya sambil melihat data-data sekertaris yang ingin bekerja bersamanya. Dia juga telah melihat photo-photo nya dan tentu saja dia tak tertarik dengan semua sekertaris nya itu. Lihatlah photo ini! Mereka dengan badan seksi dan menawan itu, dia yakin pasti mereka hanya ingin merayunya, bukan bekerja.

Ia memijit kepalanya dan memberi tanda silang ke semua data-data terkait calon sekertaris yang berjejer antre di luar sana. Di saat yang sama, pintu terbuka dan memperlihatkan sosok wanita pirang membawa kantung kain dengan tulisan nama restoran cukup mahal. Yoongi melirik ke wanita itu, dia menghela nafas kasar dan dengan kasar dia menutup file data-data nya.

"Apa yang kamu lakukan disini?" Yoongi mulai menatap tajam kearah wanita di hadapannya itu.

Wanita itu tersenyum manis dan meletakan kantung kain itu di meja kerja milik Yoongi, "Aku membelikan makan siang untukmu sayang."

Yoongi dengan tatapan tak tertarik itu dia menjawab, "Pergi kamu."

"Ish. Jahat sekali kamu sebagai tunanganku~" Suran tersenyum lembut, namun senyumannya berubah menjadi menyeringai, "sayang.. kita sebentar lagi akan menikah. Kamu kok gitu sih sama calon istri mu ini?"

"Taehyung!" Yoongi memanggil anak buahnya itu.

Beberapa saat kemudian, sosok lelaki berambut coklat tua masuk ke ruang kerja Yoongi. Dia menatap kearah keduanya yang berdiri di sana. Taehyung terdiam, dia berharap semoga dia tidak di marahi oleh boss iblis di hadapannya ini.

"Carikan aku psikolog yang berkualitas tinggi," Yoongi menegaskan, "kamu juga boleh membawa makanan mahal ini. Aku tidak tertarik."

"Hah?" Suran mengerutkan dahinya, "aku membeli ini untukmu sayang--"

"Sayangnya aku alergi dengan semua makanan ini," Yoongi menjawab dengan cuek, "keluar kamu atau aku meminta bodyguard ku untuk menyeretmu?"

Suran mulai kesal, dia berjalan keluar dari ruang kerja Yoongi.

...

Jimin mulai membereskan semua buku-buku di ruang kerjanya. Hari sudah mulai menjelang malam, dia memakai jaket hitam dan menggendong Chimmy kesayangannya itu di tangannya. Baru saja dia mau keluar, tiba-tiba atasannya masuk ke ruang kerjanya Jimin.

"Oh? Seokjin hyung?" Jimin mengernyitkan dahinya bingung.

Lelaki cantik di hadapannya itu memberikan kertas terakhir, kertas pasien terakhir, "Ini ada satu lagi orang yang harus kamu urus."

"Huh?" Jimin mengambil kertas itu dan meletakan di atas meja kerjanya.

Jimin melepaskan jaketnya dan meletakan kucing kesayangannya itu di sofa merah marunnya. Setelah itu dia di perintahkan Seokjin untuk pergi bersamanya ke atap gedung psikolog ini. Jimin menyetujuinya, mereka berdua berjalan menaiki tangga hingga menuju atap gedung kantor khusus psikologi ternama.

"Ada apa hyung?" Jimin mulai bertanya.

Atasannya itu menyila kedua tangannya, "Pasienmu ini cukup serius. Dia mengalami insomnia yang parah. Di antara semua psikolog ternama disini, aku memilihmu untuk menangani masalahnya."

"Huh?" Jimin bingung, bukankah masih ada senior-seniornya yang lebih hebat di bandingkan dengannya, "tapi kan masih ada senior-senior lebih hebat dari padaku hyung. Hyung juga kan bisa."

Seokjin terkekeh dan merangkul bawahannya itu, "Semua pasien sangat menyukaimu. Aku harap orang ini juga menyukaimu hahaha."

"Orang ini?" Jimin memiringkan kepalanya, "hyung kenal dengannya?"

"Oh tentu hyung kenal," Seokjin melepaskan rangkulan Jimin, "kebetulan dia itu kenalan pacar hyung. Hyung dengar banyak psikolog terkenal yang mencoba menangani masalahnya, tapi gak ada yang bisa."

Jimin tersenyum miris, "Oh aku kasihan sekali padanya. Kalau begitu aku balik dulu ke ruanganku ya hyung."

"Okay! Goodluck!"

Jimin mengangguk dan masuk menuruni tangga. Ketika anak tangga terakhir, dia berjalan menelusuri koridor, mencari ruang kerjanya. Ah ketemu! Ruang kerja Park Jimin yang tertulis di atas pintu ruangannya.

Tetapi kok dalam keadaan terbuka?

"MEONGG" suara kucingnya terdengar.

Jimin panik, dia mempercepat langkahnya menuju ruang kerjanya. Ketika dia berhenti di ambang pintu dia mulai menyebutkan nama kucing kesayangannya itu.

"CHIM--my..?" Jimin membelakan matanya tak percaya, melihat sosok lelaki pucat duduk di sana sambil menatap kearahnya dengan tatapan tak percaya juga.

Benar.

"K-Kamu.. Yoongi kan?"

"Jimin..?

Lullaby 「Yoonmin」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang