Terik matahari tak membuat para anggota cheers menyerah begitu saja, termasuk Fela. Menggerakkan tubuh mereka membentuk formasi untuk perlombaan nanti. Bukan hanya tim basket yang dinilai, namun tim cheerleader mereka juga diperlombaka. Jadi sebisa mungkin dalam waktu yang singkat, persiapan mereka sudah matang.
"Fel!" Fela menoleh. Mikaila berdiri tak jauh darinya. Ya, Fela berhasil menyeret kedua temannya untuk bergabung di cheerleader. Dan keduanya menurut saja, toh nggak ada masalahnya juga.
"Kenapa?"
"Gara, ikut basket. Liat noh!" Fela mengikuti arah tunjuk Mikaila. Seorang laki-laki bertubuh atletik, mengenakan jersey kebanggaan tim basket SMA Geometri. Kedua sudut di bibir Fela tertarik membentuk senyuman.
"Doi ganteng banget, Mik."
"Udah, doi nggak cocok buat lo. Doi butuhnya cewek yang kalem, lembut, bukan cacing kepanasan kek elo."
"Aduh pen toxic."
"Halah sekolah naek angkot aja."
"Wa sialan."
***
Sebenarnya Gara malas berada disini, di tengah teriknya matahari, berlarian kesana-kesini mengincar sebuah bola, kemudian memasukkannya ke ring. Kalau tidak dipaksa oleh Chandra, dia tidak akan mau, walaupun ia memang mempunyai bakat dalam basket.
"Woi, cewek lo udah berangkat ya?" Tanya Chandra. Gara yang tengah duduk hanya menganggukan kepalanya. Kemudian Chandra mengambil duduk di samping Gara.
"Lo liat cewek yang disana kan? Dia cantik, ngejar-ngejar lo juga. Kenapa lo nggak milih sama dia aja? Daripada sama cewek lo yang sekarang." Gara menoleh dengan wajah datarnya ketika Chandra mengucapkan kata-kata itu.
"Lo apaan sih. Sampai kapanpun gue nggak akan lepasin Thena." Ucap Gara seraya bangkit dari duduknya.
"Kalau lo berubah pikiran gimana?" Gara hanya terdiam dan melangkahkan kakinya, menjauh dari Chandra.
Sedangkan di sebrang sana, manik mata Fela selalu mengintai Gara. Mengikuti kemana si pemilik raga itu pergi. Dari belakang, masih mengenakan pakaian cheers Fela mengikuti arah langkah Gara. Pelan-pelan. Supaya tidak ketahuan Gara.
Langkahnya membawanya ke toilet laki-laki. Gara sudah masuk sedari tadi, Fela hanya bersembunyi di balik sebuah pot besar.
"Fela?" Fela melebarkan matanya, kemudian berbalik. Seorang Gavin berdiri tak jauh dari sana.
"Eh? Lo ngapain disini?" Tanya Fela.
"Seharusnya gue yang nanya, lo ngapain ada di deket toilet cowok?" Sial. Kalau seperti ini caranya, bisa menurunkan harga diri seorang Fela Nakeisha.
"G-gue, gue--,"
Gavin mengernyit, "Lo? Kenapa?"
"Fela!" Seru Mikaila. Fela menghela nafas lega. Syukurlah sahabatnya datang tepat waktu.
"Ah, gue lagi main petak umpet. Lo sih, jadi ketahuan kan gue. Yaudah yuk, Mik, kita lanjut cari Tamara. Gavin, gue sama Mika duluan ya." Mikaila mengernyit tak paham, begitupula dengan Gavin.
"Anak SMA? Main petak umpet?" Gavin menggeleng-gelengkan kepalanya kemudian terkekeh. "Fela, jadi gemes gue sama lo." Lirihnya. Beberapa saat kemudian, Gara keluar dari balik toilet.
Laki-laki itu berjalan begitu saja tanpa menghiraukan siapapun di sekitarnya. Kembali menuju lapangan, karena akan dilakukan satu kali latihan lagi. Sebelum benar-benar mempersiapkan untuk turnamen besok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanafe [BOOK 3]
Ficção AdolescenteBook 3 of GHS series Bermula dari keinginan Fela untuk mendapatkan Gara kembali, Fela melakukan berbagai cara agar hubungan Gara dengan Athena kandas. Gara yang dingin, Fela yang egois, dan Athena yang penuh kelembutan. Entah siapa yang akan mendapa...