Last Chapter: Hold Me Tight Pt. 3

3.3K 400 168
                                    

Happy Reading

.

.

.

.

Hari ini kami seharusnya pergi ke Universal Studio. Berkencan layaknya sepasang mudamudi seperti di Disney Land kemarin. Tapi begitu aku terbangun dan melihat wajah damai Yoongi yang masih terlelap, bahkan beranjak dari ranjang saja aku tak mau.

Ketika sarapan aku bilang aku ingin menghabiskan hari di hotel saja, atau barangkali keberangkatan kami ke Kyoto bisa dipercepat. Yoongi menyetujui usulan terakhir, karena itulah selepas makan siang di Stasiun Osaka kami sudah berada di dalam kereta menuju Kyoto.

Pembawaan Yoongi sedikit berubah begitu kami sampai di kota kelahirannya. Dia seakan-akan terlepas dari beban berat yang selama ini dipikul pundak. Dia terlihat jauh lebih tenang, namun ketenangan yang memancarkan sebuah kesenduan.

Sepasang matanya berbinar redup menampilkan kesan nostalgia.

Dua pasang kaki kami melangkah pelan menyusuri daerah Kyoto yang cukup berbeda dari Tokyo dan Osaka, lebih banyak kuil, lebih hijau dan terasa lebih sejuk, serta lebih kuno atau berbudaya. Bangunan-bangunan lama khas Jepang masih banyak dijumpai di mana-mana, berdiri kokoh dan terawat.

Jemari kami yang saling terpaut erat tak sekalipun lepas ketika berjalan beriringan. Yoongi membalas singkat-singkat semua pertanyaanku atas rasa penasaran yang muncul terhadap hal-hal di sekeliling kami.

Di bawah rindangan pohon yang tersusun rapi sosok kami berdua diterpa secercah cahaya matahari.

"Apa bedanya antara dango dan mochi?"tanyaku begitu pesanan kami telah dihidangkan, mematai satu piring keramik berisi tiga tusuk dango dan dua gelas mug bermotif sakura yang dipenuhi teh hijau.

Kami beristirahat di sebuah kedai tradisional setelah turun dari bis yang kami naiki begitu keluar dari Stasiun Kyoto, dan berjalan kaki sekitar dua kilometer. Duduk berdua di teras kayu tanpa meja, menselonjorkan kaki ke arah tanah.

Kedai ini sungguh berpegang teguh pada konsep yang diusungnya, aku jadi benar-benar merasa tengah menikmati camilan di Jepang pada era meiji.

"Entahlah, Jimin. Aku tak pernah memusingkan hal itu."

"Hmmm. Sepertinya jenis tepung yang digunakan serta cara menghidangkannnya,"jawabku sendiri sembari mengunyah dango, "tapi mereka seperti camilan yang sama. Maksudku sekilas tampak sejenis-"

Yoongi larut dalam pikirannya sendiri. Menerawang jauh entah memikirkan apa. Rasanya aku ingin bertanya apa yang tengah terlintas dalam benaknya tapi disisi lain aku juga merasa lebih baik membiarkannya sendiri barang sebentar.

Hari belumlah terlalu sore jadi awan putih bersih masih berarak menghiasi cakrawala berwarna biru laut. Suasana di sekitar kami benar-benar tenang, jauh dari hiruk pikuk padatnya perkotaan.

Angin musim panas berhembus pelan menyejukkan si cuaca pembuat keringat. Sejauh mata memandang tak ada sampah berceceran, sedikitpun. Kali selebar satu ruas jalan di hadapan kami memiliki air jernih dan diapit pepohonan hijau yang tumbuh subur.

Alam dan atmosfer di sini sungguh berbeda dari kota-kota lain yang pernah aku kunjungi seumur hidupku.

Begitu indah. Begitu damai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 08, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dark & Wild : Book 2 [SLOWUPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang