Kehancuran Dalerium (B)

9.9K 701 13
                                    

Saya update sebelum study banding besok, saya takutnya gak bisa ngetik selama sb. Jadi saya putuskan update lebih awal.

Maaf kalau alur ceritanya terlalu cepat dan mudah😫









**********************










Raja menghela napas ketika melihat warna langit. Ini adalah kali pertama ia melihat langit dengan warna merah mengerikan seperti itu, di tambah petir yang tidak biasa. Mungkinkah akan terjadi badai?

"Yang Mulia, Menteri musim semi tiba untuk menghadap." Ucap seorang kasim yang berdiri dengan punggung membungkuk di belakang Raja. Kepalanya tertunduk dalam, tidak berani menatap Sang Raja bahkan jika itu dari belakang.

Raja kembali menghela napas, ia kemudian berbalik. Tepat di sebelah kasim, Menteri musim semi sudah berdiri dengan jubah kebesarannya yang terbuat dari daun maple kering.

"Yang Mulia." Menteri musim semi memberi hormat.

"Ada apa dengan langit, menteri?" Tanya Raja tanpa membalas salam Menteri musim semi.

Kepala menteri musim semi tertunduk dalam, kedua tangannya terlipat di depan perut dengan sorot mata berubah sendu.

Melihat ekspresi wajah salah satu menterinya yang berubah muram, Raja langsung mengambil kesimpulan jika menteri pun tidak mengetahui penyebab fenomena langit darah yang terjadi saat ini.
 
Raja kembali menatap langit, ada sesuatu yang membuat firasatnya memburuk, kedua matanya menyipit ketika melihat sesuatu mirip komet tengah terbang kearah mereka. Raja tersentak saat tahu benda yang ia kira komet adalah bola api raksasa, dengan segera ia merentangkan kedua tangannya, membuat pelindung transparan untuk melindungi istana.

Raja berhasil membuat sebuah barrier namun sayang ukuran barrier itu tidak cukup besar untuk melindungi seluruh istana. Suara benturan terdengar keras saat bola api mengenai permukaan barrier hingga membuat tanah bergetar. Beberapa bola api lainnya datang dari arah yang sama, membakar bagian istana yang tidak terlindungi barrier.

Raja menggeram marah, tanpa menggunakan indera keenamnya dia sudah tahu siapa dalang dari sabotase ini.

Kegelapan datang lebih awal dari ramalan yang ia lihat di kolam takdir. Selama beratus - ratus tahun menunggu kedatangan Noble, berharap para makhluk bangsawan kelas atas itu akan muncul sebelum kegelapan, namun yang terjadi justru sebaliknya.

"Kau tahu apa yang harus kau lakukan, menteri!" Raja berteriak sambil menahan pelindung yang ia buat. Semakin lama, pelindung semakin meluas namun disaat yang bersamaan pula wajah Raja berubah pucat.

Menteri musim semi mengangguk, ia pergi meninggalkan gazebo. Sementara itu, kasim yang terlihat panik juga ikut pergi setelah Raja memberinya perintah untuk mencari Putra Mahkota dan Putri Sakura.

Kedua mata Raja melebar ketika melihat sosok yang melayang di atas udara dengan jubah hitam raksasa yang meliuk - liuk bagai di dalam air. Wajahnya yang tertutup kerudung jubah membuat gigi Raja bergemeletuk menahan amarah dan takut.

Tepat di depan barrier, Agresor melayang di udara. Agresor menyingkap tudung yang menutupi wajahnya. Ekspresi wajah Agresor tetap tenang meski pun keadaan sekitar mereka jauh dari kata aman.

"Sayang sekali kau harus mati sebelum sempat melawanku." Ucap Agresor tenang. Ia kemudian mengulurkan salah satu tangannya ke depan, menyalurkan semua energi gelap dalam tubuhnya di satu titik.

"Katakan sesuatu untuk Putri tertuamu. Aku akan dengan senang hati menyampaikannya untukmu."

Tubuh Raja menegang. Sakura dalam bahaya!

"Jangan sentuh Putriku!" Teriak Raja. "Dia tidak ada hubungannya dengan takdir para Dewa!"

Agresor menatap datar.  Untuk beberapa saat, ia mengalihkan penglihatannya seperti sedang melihat dari kejauhan. Tempat Sakura dan Putra Mahkota berada.

"Aku berpikir demikian, tapi dia harus mati."

Sebuah bola seukuran bola ping pong tercipta di telapak tangan Agresor, bola kecil berwarna hitam pekat itu membesar dengan cepat.

"Terima kasih sudah membesarkannya untuk ku bunuh." Agresor menembakkan bola hitam itu kearah barrier. Seperti lubang hitam, bola itu menelan barrier yang Raja buat hanya dalam waktu lima detik.

Bola hitam itu mengeluarkan cahaya. Cahaya putih yang menyilaukan sebelum akhirnya meledak dan membumi hanguskan istana. Agresor masih melayang di tempat sebelumnya, tidak terganggu dengan ledakan yang senjatanya ciptakan.

***********

Jasmine terdorong kebelakang hingga punggungnya membentur dinding. Tekanan yang menghantam tubuhnya sungguh luar biasa.

Tepat di hadapannya, Daryan sedang berjuang mati - matian untuk melawan musuh. Sementara itu, Juri terlihat mulai kepayahan saat menghadapi puluhan monster Wilo yang terus berdatangan.

Suara benturan kembali terdengar, jantung berpacu dua kali lebih cepat ketika melihat musuh berhasil mengalahkan Putra Mahkota dalam sekali pukulan. Pedang Daryan terlempar jauh, dan menancap tepat di hadapan Jasmine.

Atensi Jasmine kembali teralihkan. Dia berbalik kearah Juri, kedua tungkai Jasmine melemas seketika. Juri tenggelam di antara makhluk - makhluk ganas itu. Juri mati bahkan sebelum ia sempat menggunakan kekuatannya. Wanita itu kalah dalam jumlah.

Jasmine jatuh terduduk dengan tatapan kosong. Melihat kesempatan emas di depan matanya, Sonaria melesat dengan cepat kearah Jasmine. Tangannya sudah siap untuk menebas kepala Jasmine.

Namun sebelum tangan Sonaria menyentuh permukaan kulit leher Jasmine, Daryan sudah terlebih dahulu berteleportasi, ia memeluk Jasmine erat. Daryan tersentak ketika merasakan sesuatu yang tajam baru saja menembus tubuhnya.

Waktu di sekitar Jasmine berhenti berputar, kedua matanya terbelalak. Sonaria tersenyum jahat, dia kemudian menarik tangannya dari tubuh Daryan. Jasmine membeku saat percikan darah mengenai wajah dan gaunnya.

Cairan bening mengalir turun menelusuri pipinya. Daryan terbatuk - batuk dan tanpa bisa dia cegah, Daryan memuntahkan darahnya di bahu Jasmine. Tubuh Putra Mahkota ambruk, Jasmine menahan tubuh Daryan dengan cara memeluk pria itu. Jasmine menangis tanpa dia sadari, untuk pertama kalinya ada orang yang mau melindungi dirinya sampai mengorbankan nyawa seperti Putra Mahkota.

"Bodoh. Kenapa kalian harus mati semudah ini?" Lirih Jasmine.

Terdengar kekehan dari Daryan. "Ini akan menjadi hal terbodoh yang tak akan pernah ku sesali."

"Bertahanlah--" Ucapan Jasmine terhenti saat tiba - tiba tubuh Putra Mahkota perlahan mulai menghilang, mirip seperti api yang membakar secarik kertas.

Sonaria memiringkan kepalanya, tersenyum puas karena sebentar lagi nyawa Sang Putri akan melayang di tangannya. Dia mengancungkan tongkat kuasanya ke wajah Jasmine kemudian memukul wajah Jasmine menggunakan ujung tongkatnya yang tajam.

Jasmine memegangi wajahnya. Darah segar mengalir di telapak tangannya. Jasmine menatap tajam Sonaria, ada kilatan ingin membunuh di kedua matanya.

"Tidak ku percaya, ternyata membunuh keluarga kerajaan bisa semudah ini. Sebelumnya sempat ku kira jika hanya kegelapan yang bisa membunuh kakakmu, tapi rupanya aku salah."

The PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang