Kota di tengah perbatasan

9.1K 634 17
                                    

Jika tidak ingin memberi komentar setidaknya beri vote pada cerita ini. Vote atau pun komentar kalian bernilai sama bagi saya, sebagai penyemangat.

*******

Jasmine mengusap peluh di keningnya seraya menghela napas lelah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jasmine mengusap peluh di keningnya seraya menghela napas lelah. Perjalanan masih cukup jauh dan sepertinya Davendra tidak berniat menggunakan kekuatan sihirnya untuk teleportasi agar sampai tujuan lebih cepat.

Davendra berjalan memimpin di depan sambil berpunggung tangan, melangkah dengan tenang tanpa memperdulikan wanita yang sudah nampak kelelahan di belakangnya.

Panas terik matahari membuat bibir Jasmine gatal ingin bertanya pada Davendra tentang berapa lama lagi jarak yang harus mereka tempuh. Jasmine menatap sejenak punggung tegap pria di hadapannya lalu menyipitkan kedua matanya, ia tidak yakin. Jasmine kemudian mengedarkan pandangannya kesekitar, menatap hamparan rumput ilalang berwarna keemasan yang tumbuh mengelilingi mereka.

Mereka seperti berjalan di tengah - tengah lautan ilalang. Beberapa bunga cantik dengan warna gradiasi tak lazim tumbuh di beberapa titik, Jasmine ingin memetik salah satu dari mereka namun sekali lagi... Ia tidak yakin. Tidak yakin jika bunga itu tidak akan membunuhnya saat ia menyentuh satu kelopak saja dari bunga itu.

"Hei," panggil Jasmine, Davendra berhenti melangkah yang langsung diikuti oleh Jasmine. Menoleh, Davendra menatap Jasmine dengan tatapan bertanya.

"Paman, apa perjalanan kita masih panjang?" Tanya Jasmine. Hal itu sukses membuat ekspresi Davendra yang selalu datar dan dingin berubah.

"Paman?"

Jasmine memutar bola matanya, menghela napas malas. "Kalau begitu, kakek?"

"Kakek?" Ulang Davendra, ekspresi wajahnya berubah keruh.

"Kau lebih tua seribu tahun dariku." Jawab Jasmine apa adanya.

Kedua alis Davendra bertaut. "Tahu dari mana?"

"Terlihat demikian." Ujar Jasmine asal - asalan. Ia menunjuk kearah rambut perak Davendra menggunakan dagunya. Maksud Jasmine, Davendra terlihat seperti kakek - kakek karena warna rambut Davendra.

Kakek - kakek berwajah rupawan.

"Dan sialnya kakek ini sudah menyelamatkan seorang wanita yang nyaris di telan hidup - hidup anak buah kegelapan. Sungguh tidak tahu terima kasih." Balas Davendra sarkas. Jasmine hanya tersenyum lebar, menunjukkan deretan giginya yang rapi, menyembunyikan luapan emosi atas perkataan Davendra barusan di balik senyum gusinya.

Tolong ingatkan Jasmine untuk menahan diri agar tidak berbuat hal - hal yang tidak sopan kepada pria dengan wibawa selayaknya seorang Raja yang saat ini sedang menatapnya dengan tatapan mengejek meskipun tidak terlihat jelas.

The PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang