Munculnya Kegelapan.

11K 756 13
                                    

Sebelumnya

Saya kok merasa cerita ini makin absurd ya? 😅

*************

Selama satu bulan Jasmine mengurung diri di paviliun, mempelajari banyak hal tentang dunia Fantasy. Ia lebih sering menghabiskan waktu diam di paviliun untuk membaca dan mendengarkan penjelasan Juri tentang kehidupan Putri Sakura di masa lalu. Sesekali ia jalan - jalan ke taman atau kebun buah istana untuk menghilangkan penat.

Ada begitu banyak hal yang ia pelajari selama sebulan. Membaca dan membaca sampai perutnya mual, dan kepalanya pusing.

Tidak jarang pula Putra Mahkota berkunjung ke paviliunnya untuk sekedar menanyakan kabar, respon Jasmine selalu dingin dan tidak peduli. Semakin hari, repson Jasmine semakin menjadi - jadi. Ia bahkan tidak segan mengusir Putra Mahkota dengan kalimat kasar khas manusia saat sedang mengumpat.

Selain Putra Mahkota dan Raja, Jasmine menolak semua kunjungan dan undangan yang mengharapkan kehadirannya. Ia selalu berdalih tidak enak badan dan butuh istirahat sehingga menimbulkan gosip dan rumor baru. 

Padahal kenyataannya dia selalu sibuk memodifikasi beberapa senjata secara diam - diam.

Untuk saat ini ia belum bisa menggunakan kekuatan sihir milik Putri Sakura karena memang Sang Putri sendiri tidak pernah menggunakan kekuatannya. Maka dari itu Jasmine meminta Juri untuk membawakannya sebilah pedang dan cemeti untuk berjaga - jaga.

Dengan pedang yang tajam Jasmine bisa menebas apapun. Dahulu ia pernah diajarkan beberapa teknik berpedang dan anggar. Cemeti hanya akan ia gunakan disaat pedangnya terlepas. Dahulu juga, Jasmine pernah menjadi suruhan panglima untuk menyiksa para penjahat yang tidak mau jujur.

Sungguh itu adalah pekerjaan terburuk Jasmine selama bekerja di badan intelegen.

Jasmine mendorong mundur cemetinya ke bawah peraduan dengan menggunakan tumit kakinya yang tertutup sepatu bot putih. Ia mengalihkan perhatiannya kearah Juri yang baru saja memasuki kamarnya dengan kepala tertunduk, dan tangan terlipat didepan perut.

Wanita itu kemudian memasang ekspresi datar dan angkuh seperti biasa. Aura seorang bangsawan menguar dari tubuhnya, ditambah dengan sikap angkuh dan tatapan mata yang tajam membuatnya terlihat seperti seorang bangsawan yang elegan.

Juri membungkuk, memberi hormat dengan sopan.

"Yang Mulia, Putra Mahkota datang untuk berkunjung."

Dengan helaan napas pelan, Jasmine menganggukan kepalanya. Ia mengibas - ngibaskan salah satu telapak tangannya.

"Biarkan dia masuk." Kata Jasmine lalu beranjak berdiri dari atas peraduan menuju meja bundar lalu menuang teh dalam teko pada cangkir.

Suara berderap mulai terdengar sedang melewati lorong paviliunnya yang sepi. Jasmine sudah duduk di salah satu kursi.

"Kau selalu rajin mengunjungiku."

Bukan kalimat penuh hormat atau sapaan yang menyambut kedatangan Putra Mahkota saat ia baru saja menginjakkan kedua kakinya di kamar sang adik, melainkan kalimat sindiran yang diiringi dengan tatapan sinis tak bersahabat.

Daryan tersenyum kecil. Menulikan kedua pendengaranya.

Meskipun Sakura di vonis telah kehilangan seluruh ingatannya, namun sepertinya ia masih mengingat sedikit semua dosa tak termaafkan yang pernah Daryan lakukan pada Sakura.

"Aku tidak akan berlama - lama."

Jasmine menaikkan kedua matanya. "Oh, kalau begitu sayang sekali.." Kata Jasmine pura - pura sedih. "Padahal aku sudah menyiapkan teh untukmu."

The PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang