Prologue

18.2K 1K 23
                                    

Meski Dafi membenci Ayah, ada satu hal yang selalu ia rindukan bersamanya; menghitung bintang, walau ia tahu, jumlah bintang yang terlihat di langit Jakarta dapat dihitung jari. Oleh karena itu, Ayah membuat permainan. Siapapun yang dapat menghitung bintang paling banyak (dengan catatan tidak boleh menghitung bintang yang telah dihitung lawan) akan mendapat satu cone es krim dari lawan esok sorenya.

Lalu, esoknya mereka akan tertawa bersama. Duduk di kafe dengan dua mangkuk es krim. Walau Dafi kalah dalam permainan itu, tetap Ayah yang membayar.

Hingga akhirnya, Ayah pergi dari rumah. Ia lebih memilih bersama keluarga barunya, dibanding harus mempertahankan apa yang telah dibangunnya selama ini.

Dafi tetap pada kebiasaan lamanya dengan Ayah. Ia duduk di balkon rumah, menatap langit gelap, dan menghitung bintang. Pada akhirnya, ia menertawai dirinya sendiri yang bahkan tidak bisa melupakan kenangan manis semacam itu.

Pada akhirnya, Dafi berusaha untuk melupakan hal itu dan menjalani hidupnya seolah tanpa beban. Bagaimanapun juga, Dafi ingin bahagia, meski ia tahu kebahagiaan di dunia hanyalah sesaat.

Tetapi, ketika semuanya terasa begitu sempurna, Dafi harus menyadari bahwa kehidupan tidak pernah sesempurna itu. Kedatangan saudara tirinya yang selalu bersikap seolah membenci Dafi. Ditambah dengan terbukanya rahasia yang selama ini disimpan rapat oleh orang tuanya.

•rendirse•

Kemungkinan, prolog sampai beberapa bab ke depan, ga terlalu beda!

RendirseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang