Zhakira

7 3 0
                                        

Ukiran-ukiran penuh darah di seluruh penghujung dinding bertuliskan serupa.

Dimana tubuhku?

Aku rasa Deventor sempat murka di tempat ini. Aku tak tahu tempat ini apa dan mengapa ia menggiring kami kemari. Tempat ini kubus dan simetris jika dilihat dari ukiran dan peletakkan benda. Namun, warna dinding dan bentuk benda itu sendiri tidak. Aku rasa itu mewakili masing- masing ras peri.

Kami ada di mulut pintu. Tepat di depan pintunya. Saat masuk tak ada lorong sama sekali. Lenggang. Kubus seluas 100m² benar-benar ada di depan mata. Lihat binar mata Zhakira, begitu antusias melihat perawakan dinding di sebelah timur.

Dinding di sini peletakkan bendanya begini,

Cat yang mewakili warna ras peri dibentangkan di seluruh tembok hingga ke pelosok. Lalu benda pusaka imitasi ada di tengah dinding — aku tahu itu imitasi karena pusaka leluhurku ada di sini, haha, tak mungkin kan? — lalu terdapat ukiran-ukiran di dinding mengiringi cat yang terulas disana. Aku rasa ukiran itu ukiran ras sayap peri. Lalu di sepanjang lajur horizontal terdapat benda peninggalan leluhur ras yang mereka jadikan identitas. Kemudian di sepanjang lajur vertikal ... ukiran-ukiran tulisan tangan Deventor yang penuh amarah tadi. Lalu di sisi diagonal ada rantai titanium yang berwujud X melintasi dinding dengan buas. Namun, rantai ini saling terhubung di keempat sisinya.

Zhakira melangkah maju satu langkah, diagonal kekanan. Sisi timur ruangan ini adalah dinding Ras Denada. Dengan bongkahan emas besar di tengah dan jajaran alat musik emas melintang dari kiri ke kanan.
Kami pun mengikuti kepakan lemah lembut sayap Zhakira menuju sisi timur ruangan. Hei? Semakin di dekati aku tahu sesuatu!
Di rantai-rantai ini ada tulisan kunonya.

"Alkisah zaman dahulu kala ...." Zhakira mengerti tatapan tajamku ke arah rantai dan mulai mengeja. Haha, anak ini memang sahabat sejatiku.

"Sel ... ini bahasa Ras Denada," ujarnya melanjutkan.

"Aku tahu, ayo lanjutkan," ujarku penasaran.

"Tapi aku hanya mengerti sebagian saja, daritadi pun aku kesulitan membaca ini dengan mengeja. Lalu aku mengira-ngira arti dari kata yang rumpang karena aku tak mengerti artinya," ucapnya menyesal, "mungkin aku tak sepandai kau Selina, aku tak cepat belajar, mungkin aku bukan keturunan murni."

"Itu dia! Itu dia Zhakira!" Aku melompat kegirangan, tak sabar memberitahukan pemikiranku yang brilian padanya.

"Kau bisa melihat Deventor tapi tak mengerti bahasanya, dan kau hanya mengerti bahasa leluhurmu sedikit saja. Aku rasa kau keturunan campuran dari Xyratrias dan Denada," ujar Yore menjelaskan. Ukh aku senang kita sehati sepemikiran, tapi tolong jangan ambil bagian kerenku dalam menjelaskan hal brilian, ok?

"Apa maksud kalian?" Zhakira masih penasaran. Yaampun pantas saja anak ini cerdas nya setengah-setengah sebab dia bukan keturunan murni Ras Denada. Keherananku pun akhirnya terjawab.

"Begini Zhakira sayang, Ras Xyratrias ada yang sayap nya warna kuning, mereka berhianat lalu bergabung dan menyamar menjadi ras Denada demi mendapat keselamatan atas fraksi mereka, lalu mereka mungkin menikahi Ras Denada yang asli lalu lahir lah kau."

"Oh, tetapi bukankah kalau begitu seharusnya aku kuat? Xyratrias kuning lebih kuat dari Denada, ditambah ia menikahi Ras Denada itu sendiri bukahkah itu akan jadi Zhakira kubik? — istilah triple combo power ala Zhakira"

"Mungkin kau dapat gen resesif! Ahahahahaha," Yorenza memecah suasana serius. Bisa saja dia.

Kami menertawakan Zhakira 1 menit sebelum tulisan-tulisan kuno di dinding Denada bergerak merayap.

Aku terbelalak.

"Yore!" Aku menjerit ketakutan.

"Tenang Sel, memang seperti ini, dari atas pindah ke bawah, bergilir agar kita bisa membaca semua, " ujar Yore menenangkan, "nah, Zhakira? Apa yang kau dapat tadi? Deventor mengirim kau kesini untuk melengkapi kepingan-kepingan cerita nenek moyang, siapa tahu di sana disebutkan sebuah kekuatan bagi Selina untuk dipelajari," lanjutnya.

"Uhm Sel," Zhakira melirik lengan kanan Yorenza yang dicengkeram erat oleh jemari kecil ku.

Deg.

"Oh! Ma...maaf. Maaf aku terbawa suasana. Aku, aku—"

"Hihihi, salah tingkah Sel?" Si payah ini selalu manggangguku disaat yang tidak tepat! Lihat wajah Yore, pasti dia sekarang sedang memikirkan hal yang aneh terhadapku dan aku yakin wajahku semerah tomat saat ini.

Aku diam. Berusaha tidak membalas lebih jauh gurauan si payah Zhakira. Terlebih karena aku tidak ingin salah tingkah — lagi.

"Ah ... aku rasa kita sebaiknya ehm, kembali ke topik pembicaraan saja, jadi bagaimana nona Zhakira?" Aku rasa Yore berusaha mengalihkan topik. Bagus, si payah itu tak akan melanjutkan menggodaku. Ah tetapi tetap saja, Yore pasti sudah berprasangka aneh terhadapku.

"Ah begini Yore ... "

Mereka terus mengobrol, membahas hal yang tentunya penting. Tak seperti  isi rumit kepala kecilku ini. Aku jadi merasa bersalah mencengkram lengan Yore yang mungkin saja sempat terluka tadi dengan kencang. Dengan alasan yang tidak valid. Terkejut secara berlebihan terhadap teknologi canggih Negeri Valentrinos. Bodoh. Pasti ia sedang memikirkan sikap-sikapku yang aneh-aneh. Tak apa aku memang aneh. Tak apa Selina.

Hufff memikirkan apa yang kira-kira ia pikirkan membuatku lelah. Lalu kemudian pikiranku kosong—

"Sel? Hei?" Jentikan jemari Yore membangunkan setiap inci neuron di otakku yang tengah hilir mudik berpikir. Namun, kosong.

"Ah maaf Yore, ya jadi apa tadi?" Ah ... ini membuatku semakin konyol.

Yore menggelengkan kepala tanda tak mengerti apa yang sedang aku lakukan.

"Begini sel, tadi aku sempat membaca ... ," ucap Zhakira mencoba menjelaskan ulang, tapi aku masih tidak konsentrasi, "... nah, begitu, paham?"

"Pa ... paham." Ujarku dengan penuh dusta.

"Nah dari pada menerka-nerka, lebih baik langsung coba saja Sel!" Ujar Yorenza memberi saran.

Aku semakin tidak mengerti apa yang mereka diskusikan beberapa detik silam. Akh, ayolah Selina! Ini misi! Ayo konsentrasi!

"Baiklah, hmm jadi, katanya aku cukup mendorong batu emas ini ke dalam, memutarnya ke kanan ... lalu—"

Srrriiiiinggg!!!

Batu emas itu mengeluarkan cahaya, bukan seberkas, tapi dalam satu sorotan besar yang menyilaukan. Aku hampir buta melihatnya.

Dan Zap! Padam.

Kemudian, ... Zhakira menghilang.

Aku mematung, bingung, harus panikkah? Atau ini bagian dari rencana yang mereka diskusikan tadi?

Hai! Maaf lama tdk update! Pasti kalian sudah lupa ceritanya ya! Tolong pegang baik² prolog ya gaes! Penting! Terimakasii.

Klandestin MuditaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang