"Tapi jika ras pusaka peri Xyratrias ada di bawah laut bagaimana peri di negeri Luxior masih memiliki warna di sayap mereka?", tanya Zhakira penasaran. Ia jelas merasa penjelasan Yore ganjil. Atau ia tidak terima bahwa leluhur nya — Denada — adalah jahat.
"Iya. Dibawah laut, laut Luxior. Bukan laut Valentrinos. Jika aku ke negeri Luxior sayap ku bisa berubah warna. Namun saat aku kesana, aku masih dalam wujud penyamaran. Aku memakai bulu-bulu hitam sintetis," ucap Yore menjawab. Bangga sebab penyamarannya luput dari mata elang Zhakira.
"Zhakira aku rasa cerita Yore benar, lihat sayapku, pendaran ungunya tak sekuat sebelumnya, semakin lama semakin pucat. Lagipula saat aku ke istana ratu Luxior semua pusaka benda peri diletakkan di bingkai cantik. Kecuali batu permata putih, aku tak lihat ada benda semacam itu disana. Bahkan aku baru tahu pusaka leluhurku adalah itu. Ratu berbohong bilang padaku pusakanya telah hancur. Lagipula lihat sayap Ratu, sayapnya yang lebar itu didesign untuk berenang pastilah sebuah teknologi dan bukannya alami yang hanya dimikiki ratu Luxior sexara turun-temurun. Agar dapat tetap menyegel pusaka Xyratrias. Sayapmu terus berpendar walau ada diruang dimensi berbeda sebab pusaka milikmu tak tersegel sedemikian rupa. Astaga pastilah segel itu amat kuat."
Zhakira berseru tertahan. Tatapan menyesal menggelimangi matanya. Permintaan maaf telah ada diujung bibir. Ia tak menyangka leluhurnya begitu kejam.
"Maaf Sel leluhurku berbuat begitu aku—"
"Tidak Zhakira, bukan salahmu."
"Percayalah padaku, aku takkan meninggalkan mu, aku akan mendukungmu untuk mengkudeta ratu Loxior V dan dapatkan tahta mu kembali Sel!"
"Tidak semudah itu Zhakira," ucap suara seram itu. Suara Deventor selalu membuatku merinding. Dia punya aura yang tak biasa. Terasa kuat sekali, "Selina harus tahu apa tanggungjawabnya, kekuatan apa yang harus ia bangkitkan, masih banyak yang harus kita atur ulang disini. Yorenza, aku senang kau menjelaskan duduk perkara pada si kuning ini dengan baik. Dia belajar cepat."
"Sebuah kehormatan Yang Mulia", Ujar Yorenza.
"Apakah dengan kau mempertemukan aku dengan Yorenza juga merupakan sebuah misi untuk mengembalikan tahta ku?" Tanyaku.
Aku sungguh masih penasaran mengapa Deventor mempertemukan ku secara sengaja dengan Yorenza. Dan aku yakin portal hitam yang terbuka di kandang sapi waktu itu adalah ulahnya, ia tak semata-mata ingin membuka batas negeri. Tapi ia ingin kami berjumpa.
"Kau akan tahu mengapa aku mempertemukan kalian berdua. Kekuatan besar akan terjadi, khu khu khu," kekehannya semakin membuatku tercengang.
Lenggang.
Langkah kaki kami terus digiring masuk oleh Yore. Yore, ia merupakan sosok yang berbeda dengan sayap putih itu. Tampan sekali, berwibawa. Tapi hei dia dan aku tidak tembus seperti Deventor. Kenapa ya?
"Anak muda aku bisa membaca pikiranmu," ujar Deventor secara tiba-tiba.
"Oh...be...benarkah? Haha...ba...baguss. Bagus sekali 😅," okay sekarang aku tertangkap basah berpikiran negatif pada penguasa negeri ini haha.
"Selina kau pasti bertanya-tanya siapa nenek moyang mu dahulu yang tengah mengempu tahta kemudian disegel kekuatannya bukan?"
"Ya dan aku bertanya-tanya pula apakah dia ikut dibuang ke tanah Valentrinos atau kah tetap di Luxior? Atau di kota lain di negeri peri mungkin? Dan aku juga agak merinding mendengar suara dan kehadiran mu Deventor, selalu. Dan fakta mengapa kau selalu tembus pandang itu ehm maaf kalau aku tidak sopan Yang Mulia tapi bukankah itu sedikit tidak masuk akal? Ataukah itu kekuatan tersembunyi ras Xyratrias?"
"Hahaha, ya, nenek moyang mu itu sebenarnya ada di kedua dunia dimensi peri itu."
"Hah? Apa maksudmu?"
"Ya, tubuhnya ada di Luxior namun jiwanya tidak."
Glek. Aku merinding. Apa maksudnya? Sungguh saat ini aku tengah amat berusaha untuk tetap berpikir positif terhadap Deventor.
Ia pun lanjut berbicara, "Ratu Luxior sebenarnya tidak secara harfiah menyegel kekuatan. Ia hanya memisahkan antara tubuh dan jiwa. Ya, dia memisahkan tubuh dan jiwa ku Selina. Yang kau lihat sekarang, hanyalah roh, yang bisa melihatku hanyalah keturunan Xyratrias. Makanya aku heran mengapa Zhakira bisa melihatku sedang mengerti bahasaku pun dia tidak?"
Glek. Aku terkesiap. Badanku kaku. Ketakutan. Seraya ingin berteriak. Hei! Aku diculik hantu! Namun tak bisa.
Bisu. Hening menyelimuti suasana. Kaki kami semakin dekat dengan pintu besar. Seperti berangkas dengan kunci putar. Namun ini tingginya hampir 20m.
Ia membiarkan kami bertiga masuk ke dalam sana lalu menutup pintunya dan pergi.
Kau tahu? Ada dinding-dinding kokoh yang menyangga tempat ini dengan darah dan cabikan. Ada tulisan, sebuah pertanyaan yang diukir besar sekali.
Dimana tubuhku?
*Maaf telat update. Enjoy and vote ^^
Warning : This is the last part of season 1!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Klandestin Mudita
FantasyInilah "kebahagiaanku" Tentang sebuah kebahagiaan tersembunyi yang aku dapati dengan usaha penuh bayang-bayang Bimbang, hancur, dan mati, bersama rasa ini. Sedang dunia terus berjalan melewati masa dan asa, duniaku, juga dunia mu. Membentuk sebuah p...