- Mencoba Melupakan -

4 0 0
                                    

Hari ini, di depan rumahku, Donny berdiri dengan jarak tidak lebih dari lima meter denganku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini, di depan rumahku, Donny berdiri dengan jarak tidak lebih dari lima meter denganku. Entah apa lagi yang membawa dia ke rumah ini. Rumah yang sudah dua kali dia buat salah satu penghuninya kecewa dan menangis oleh kelakuan kejamnya. Namun karena rasa cinta yang teramat dalam, rasa rindu yang menyesakkan dada, lagi-lagi penghuni rumah ini memaafkan dan menerimanya kembali. Penghuni rumah ini aku, Adara Zalian alias Ian.
Kuangkat ponselku yang masih saja melantunkan suara indah Adele. Dengan nada datar, kusapa penelepon itu.
“Hallo”
“Hallo Ian, aku kangen kamu..”
“Maaf, aku gak bisa. Aku gak bodoh untuk terus-menerus tertipu dan jatuh ke lubang yang sama!” Emosiku tak terkendali, kuputus sambungan telepon itu. Kututup pintu rumahku tanpa menghiraukan panggilan-panggilan itu.

Lelah... sangat lelah... untuk mengingat semuanya. Kenangan bersamanya begitu menyenangkan sehingga aku tak rela ketika mengetahui perselingkuhannya di depanku.

...
Hubungan indah kami berjalan indah sekitar enam bulan selama sisa waktu kami di SMA. Donny adalah laki-laki yang teramat aku cintai, dia begitu sangat istimewa. Kejahilannya semasa di kelas 11 itu lenyap sudah oleh segala kebaikannya padaku. Aku bak seorang puteri yang selalu dimanjakan oleh seorang pangeran tampan.

Pernah suatu ketika, hari senin, aku terlambat masuk dan gerbang sekolah sudah ditutup karena tepat pukul 07.00 Upacara Bendera akan dimulai. Perlu diketahui bahwa aku tak pernah telat sebelumnya. Dan wajib dipahami, bahwa setelah malam jadian kami, setiap hari Donny selalu datang lebih awal dan menyambutku saat aku tiba di sekolah, lalu kami masuk bersama-sama. Pagi itu aku tak melihat Donny menungguku di gerbang sekolah seperti biasanya. Aku memang mengatakan padanya bahwa aku bangun kesiangan – karena mengerjakan tugas semalaman – dan mungkin akan terlambat masuk sekolah. Aku dan beberapa siswa lainnya duduk di trotoar, beberapa berdiri bersandar pada pintu gerbang.

Tiba-tiba terdengar suara berisik dari belakang, ternyata Donny bersikeras meminta Pak Asep (Satpam Sekolah) untuk mengijinkan dia keluar dan tidak ikut upacara. Tapi sayang Pak Asep tak mengijinkannya keluar. Aku menghampiri Donny untuk mengatakan bahwa aku tidak apa-apa, dan dia harus mengikuti upacara. Ternyata aku tak mampu meluluhkan hati Donny untuk mengikuti upacara, dia bersikeras untuk menemaniku.
“Kamu tenang aja Ian, aku nemenin kamu di sini yaa.. Aku gak mau kamu kena hukuman sendiri.” kalimat itu membuatku melayang dan semakin membuatku jatuh padanya.

Dan akhirnya kami berdua harus rela berlari mengelilingi lapangan upacara, menjadi tontonan dan bahan lelucon teman-teman yang sedang bersantai setelah upacara, menunggu bel pelajaran pertama dimulai.

...
Namun, ketika kami benar-benar sibuk dengan persiapan masuk Perguruan Tinggi keinginan kami masing-masing, komunikasipun sudah tak semulus pada saat kami satu sekolah. Aku melanjutkan kuliah di UNPAD dengan jurusan psikologi, sedangkan Donny di UNPAR dengan jurusan Arsitektur.

Hubungan kami semakin jauh, sampai akhirnya aku mendengar dari temanku yang juga masuk perguruan tinggi yang sama dengan Donny mengatakan bahwa Donny sering terlihat jalan berdua dengan senior wanita. Diketahui nama senior wanita itu adalah Marcella, ketua tim pemandu sorak perguruan tinggi tersebut. Wajar saja jika mereka sering bertemu dan mulai saling menyukai, Marcella yang pemandu sorak dan Donny yang atlit basket. Awalnya aku tak mempercayai berita kedekatan mereka, aku terlalu percaya padanya, lebih tepatnya aku terlalu takut menerima kenyataan akan kehilangannya. Tapi pertemuan itu menyadarkanku akan kenyataan pahit itu. Senin malam itu, tak sengaja kami bertemu di salah satu mall di kawasan Dago, dan kulihat seorang wanita yang sedang bergelayut mesra menggandeng lengan dan menyandarkan kepalanya di atas bahu Donny. Seketika jantungku seakan berhenti berdetak, nafasku terasa sesak hampir kekurangan oksigen.

Loving YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang